Mohon tunggu...
Azzahroh Nuril
Azzahroh Nuril Mohon Tunggu... Mahasiswa - An undergraduate student at UIN Sunan Ampel Surabaya

For further inquiries, Nuril can be reached through email : azzahrohnuril@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Perempuan dan Glass Ceiling

2 Januari 2023   10:08 Diperbarui: 2 Januari 2023   10:34 457
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Glass Ceiling | Sumber Gambar: Dan Marzullo via Zenefits.com

Selanjutnya, ada beberapa hal yang dapat menghambat perempuan dalam mengembangkan karirnya. Pertama, kurangnya dukungan dan kesempatan dari rekan maupun atasan di perusahaan tempatnya bekerja. Kedua, rasa rendah diri dan khawatir akan tidak bisa membagi waktu antara kerja dan keluarga dengan baik. Ketiga, umur yang semakin tua akan membuat perempuan dianggap sudah tidak lagi produktif dalam bekerja. Dalam penelitiannnya, Wentling (2003) mengemukakan 4 faktor yang menghambat perkembangan karir wanita, diantaranya adalah kurangnya dukungan dari pimpinan, family obligation, company reorganization, dan umur.

Perempuan dapat mencoba berbagai cara untuk menghindari maupun mengatasi glass ceiling. Pertama, perempuan harus diberi kesempatan untuk membuktikan kemampuannya. Selain itu juga perlu menilai kemampuan perempuan secara objektif dan professional, apakah ia memang layak dan mampu mengemban posisi atau jabatan tinggi tersebut. Misalnya, perusahaan dapat melakukan perekrutan pekerja dengan cara blind screening, sehingga mendapat penilaian objektif berdasarkan kemampuan dan kompetensinya. Kedua, perempuan harus diberi kesempatan untuk membangun network yang lebih luas, tanpa melihat atau mengecualikan gendernya. Karena semakin luas network atau jaringan perempuan, semakin luas pula peluang untuk mendapat karir yang lebih baik dan menjanjikan.

Ketiga, perempuan harus diberi hak yang mampu mendukung peran ganda perempuan, baik sebagai ibu maupun sebagai pekerja. Misalnya, perusahaan dapat memberikan fasilitas ruang laktasi untuk pekerja perempuan yang sedang menyusui. Atau perusahaan dapat memberi jam kerja yang lebih fleksibel untuk pekerja perempuan, agar mereka juga bisa mengurus anak dan pekerjaan dengan seimbang. 

Keempat, perusahaan bisa memberi fasilitas maupun aturan yang dapat menghindari adanya diskriminasi terhadap perempuan di lingkungan kerja. Seperti fasilitas pelatihan rutin tentang bias dan stereotip gender yang bisa menyadarkan seluruh pekerja agar tidak membedakan rekan berdasarkan gender. Perusahaan juga bisa mempertimbangkan aturan atau kebijakan anti diskriminasi gender, ataupun memfasilitasi para pekerja yang menjadi korban pelecehan seksual di tempat kerja. 

Kesimpulannya, perempuan harus diberi kesempatan untuk membuktikan kemampuannya. Perempuan harus diberi fasilitas dan hak yang mendukung peran gandanya sebagai ibu maupun pekerja. Kesadaran memanusiakan serta menyetarakan perempuan harus selalu ditanamkan dan diimplementasikan dalam kehidupan. Karena perempuan ingin seiring bukan digiring.

-----------------------------------------------------

Daftar Pustaka

Cai, Yuan and Kleiner, Brian H. (1999), Sex discrimination in hiring:the glass ceiling. Vol. 18, No. 2/3/4.

Muslim, M. I. dan Perdhana, M. S. “Glass Ceiling: Sebuah Studi Literatur”. Jurnal Bisnis Strategi, Vol. 26, No. 1, 2017.

Nozawa, J. T. (2010). The Glass Ceiling Of Nonprofits: A Review Of Gender Inequality In US Nonprofit Organization Executives.

Wentling, Rose Mary (2003). The Career development and aspiration of women in middle  management - revisited. Women in management Review. Vol. 18, No. 6, pp 311-324.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun