Contohnya saja seperti tarian Reog Ponorogo yang dimana tarian ini sudah terkenal di internasional. Dimana tarian ini berasal dari kota Ponorogo, Jawa Timur. Tarian yang unik menggunakan sebuah topeng besar. Salah satu tradisi yang masih hidup dan bertujuan untuk mempererat tali silahturahmi masyarakat Ponorogo.
Dalam hal makanan juga tidak mau kalah. Makanan tradisional khas juga salah satu budaya ya, sobat. Contohnya seperti rendang yang dimana rendang menurut CNN pada tahun 2016 menjadi makanan terenak nomor satu didunia. Kenikmatan rendang juga sudah diakui oleh banyak orang didunia sampai-sampai dijual hingga harga selangit. Keren sekali, bukan.
Sungguh disayangkan jika anak muda zaman sekarang lebih memilih makanan luar negeri dibandingkan nikmatnya makanan khas negeri sendiri.Â
Tidak dapat dihindari bahwa kebudayaan memiliki sifat dinamis, yang dimana kebudayaan akan terus mengalami perubahan dari zaman ke zaman. Tapi, perubahan ini juga tidak selalu mengalami kemunduran ataupun kemajuan. Pada akhirnya kita sendirilah juga yang harus menilai kebudayaan yang bersifat dinamis ini, apakah sifat ini baik atau buruk untuk diri kita dan orang lain.
Terkikisnya budaya kita juga disebabkan karena kaum milenial sekarang kesusahan dalam membedakan yang mana budaya asli Indonesia dan kecenderungan untuk mengubah budaya yang sudah ada.
Apalagi di zaman digital seperti ini, saat kita bermain sosial media kita akan mendapatkan banyak informasi-informasi yang terus berdatangan. Tidak memungkinkan bahwa banyak kaum-kaum yang mudah terhasut untuk melakukan hal yang sama seperti informasi yang ia dapatkan.
Membuat perbedaan sikap, budaya, ataupun tindakan seseorang.
Jika informasi yang ia dapatkan bisa membuat lebih baik, tidak masalah. Namun bagaimana jika sebaliknya? Dia lebih memilih bersikap dan mengikuti budaya luar dibandingkan budaya sendiri. Tentu saja itu tidak bagus.
Budaya yang sederhana saja kadang masyarakat susah untuk melakukannya. Contohnya seperti budaya berjalan kaki. Wah, itu sih sudah tidak bisa kita pungkiri lagi. Orang-orang saja sekarag lebih memilih untuk mengendarai motor pergi ke warung dibandingkan berjalan kaki. Padahal jaraknya juga tidak terlalu jauh.
Para pejalan kaki juga kadang susah untuk lewat karena juga banyak orang-orang tak bertanggungjawab mengendarai motor melewati trotoar untuk menghindari macet. Hal itu sungguh membuat geram dan sangat berbahaya untuk para pejalan kaki.
Sikap individualis inilah yang kadang membuat retakan ditengah masyarakat kita. Jika saja kita bisa saling peduli, hal-hal seperti itu tak akan terjadi.