Yang seperti kita ketahui, anak-anak muda pada zaman sekarang lebih sering bermain ponsel daripada membaca sebuah buku. Bahkan buku yang berisi beberapa puluh lembar pun terkadang mereka tidak mau membacanya.
Zaman yang serba canggih di era sekarang terkadang membuat orang-orang tidak mau mencari informasi melalui media cetak, mereka lebih memilih untuk bertanya melalui Google tanpa harus berusaha untuk mencari jawabannya sendiri.Â
Bahkan disekolah pun, penggunaan media cetak seperti buku kurikulum sudah mulai jarang digunakan oleh para siswa untuk belajar. Karena berpikiran bahwa mencarinya di internet lebih mudah dan langsung ketemu jawabannya tanpa harus susah-susah mencarinya satu per satu seperti di buku cetak.
Namun, karena itulah salah satu penyebab literasi di kalangan anak muda lebih rendah.
Berdasarkan laporan dari Kementerian Pendidikan Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) bahwa nilai budaya literasi di Indonesia sebesar 57,4 poin pada 2022. Berdasarakan laporan tersebut, poin literasi di negara tersayang kita masih dibilang cukup rendah dibandingkan negara-negara maju lainnya. Literasi aspek yang sangat penting dalam kemajuan bangsa dan menciptakan sumber daya yang berkualitas untuk kedepannya.
Bahkan menurut riset  UNESCO dan Kemenkominfo menjelaskan bahwa minat membaca buku di Indonesia hanya di angka 0,001 persen. Dengan demekian, berdasarkan riset tersebut kita bisa tahu bahwa dari seribu orang hanya ada satu orang saja yang gemar membaca buku. Sungguh amat tragis jika kita membayangkannya. Padahal melalui literasilah kita bisa mendapatkan pengetahuan dan ilmu.
Walaupun begitu, bukan berarti literasi hanya bisa kita dapatkan melalui media cetak. Kita juga bisa literasi melalui internet maupun medsos. Namun sebelum membacanya, kita harus tahu dulu bahwa yang kita baca bersifat faktual. Karena tidak sedikit berita-berita di media bersifat provokatif. Adapun cara kita literasi melalui tempat-tempat terpercaya dan sudah di verifikasi oleh para ahli. Dengan begitu kita bisa membacanya dengan tenang tanpa takut bahwa tulisan tersebut palsu.
Namun menurut saya pribadi, saya lebih suka melihat orang-orang membaca melalui buku. Karena, kita tahu hal-hal lebih banyak melalui buku dan kita bisa terhindar dari sinar UV dari handphone yang kita gunakan. Terlebih lagi, jika kita membaca melalui buku, banyak hal-hal yang belum tentu ada di internet dan bisa lebih bisa mengasah daya pikir dan otak kita.Â
Membaca buku juga bisa menenangkan hati dan mental, serta pikiran lebih rileks serta mata kita tidak akan mudah lelah dibandingkan kita membaca melalui alat-alat elektronik.
Mungkin, literasi melalui handphone lebih mudah dan hemat biaya. Tapi sinar yang di pancarkan oleh alat-alat elektronik bisa membuat mata terkena radiasi dan menjadi lebih letih dibandingkan kita membaca buku.
Literasi dalam bermedia sosial pun sangat diperlukan. Dalam bermedia sosial, kita pasti mendapatkan banyak informasi-informasi penting yang harusnya kita mengerti. Anak-anak muda zaman sekarang terkadang pun masih sulit untuk literasi dalam sosial media. Menurut mereka, lebih baik menonton sebuah konten yang bersifat menghibur daripada membaca barisan teks, membuat mereka enggan membacanya. Sungguh sangat disayangkan namun nyata adanya.
Padahal literasi bukan berarti kita harus membaca sebuah buku tebal atapun membaca sebuah tulisan yang rumit. Namun dalam kehidupan sehari-hari pun kita masih dapat berliterasi melalui pembelajaran, menulis rangkuman, bahkan membaca sebuah cerpen yang menghibur pun tetap bisa kita katakan sebagai bentuk literasi.Â
Anak-anak muda zaman sekarang tidak suka membaca buku, mereka lebih suka scrolling media sosial di bandingkan membaca. Namun alasan kurangnya literasi di Indonesia bukan hanya karena itu saja. Salah satu faktor rendahnya literasi di Indonesia ialah jumlah buku. Kalian tidak salah baca kok. Nyatanya penduduk Indonesia yang sangat banyak ini, kita hanya memiliki  22.318.083 eksemplar. Dimana rasio nasional buku terhadap penduduk hanya 0,09. Ibaratnya yaitu seperti satu buku yang dibaca dan ditungguin sama 11 orang hanya untuk membaca buku yang sama.
Bahkan didalam sekolah pun, terkadang buku media cetak yang ada di perpustakaan hanya ada sedikit sekali dibandingkan jumlah siswa seangkatan. Membuat 1 bangku hanya memiliki 1 buku cetak pelajaran. Adapun juga satu buku untuk dibaca bersama 4 orang. Tentu ini berdasarkan pengalaman pribadi saya sendiri.Â
Jika saya yang tinggal di perkotaan saja mengalami hal seperti ini, lalu bagaimana dengan saudara kita yang ada di perdesaan. Tentu buku yang mereka miliki lebih sedikit, membuat literasi di sana lebih kurang lagi. Membuat kualitas pendidikan di daerah yang terpencil lebih rendah lagi. sungguh sangat miris.
Salah satu faktor inilah yang menjadikan sebuah tantangan untuk memeratakan buku ke seluruh daerah di Indonesia.
Namun di Indonesia sendiri masih lumayan juga loh yang masih buta huruf. Bahkan akses-akses pembelajaran minat baca seperti perpustakaan tidak merata. Seperti di Jakarta yang memiliki banyak sekali perpustakan, namun jauh berbeda dengan di Papua yang jumlah perpustakaan maupun akses literasi nya amat sangat sedikit.
Namun apakah hanya itu? Adapun juga negara-negara lain yang memiliki perpustakaan yang lebih sedikit di bandingkan negara kita namun mereka berada jauh tingkatan literasinya dibanding kita. Saya sendiri pun sebenarnya suka sekali membaca buku. Sebab itu terkadang saat melihat ada orang yang tidak suka membaca itu terkesan aneh. Lalu saya bertanya kepada diri sendiri kenapa suka membaca. Dan nyatanya disebabkan karena rasa keingintahuanku terhadap suatu hal.
Biasanya jika saya ingin mengetahui sesuatu, saya akan mencarinya melalui membaca maupun bertanya kepada sang ahli. Namun saya juga sadar itu juga karena faktor lingkungan. Keluarga saya tidak suka membaca bahkan buku bacaan saja tidak punya, namun sayalah yang selalu membeli buku.Â
Itu dikarenakan dulu waktu SD selalu membaca buku diperpustakaan. Awalnya hanya iseng namun kelama-lamaan akan seru dan suka dengan sendirinya.
Mungkin saja orang lain juga akan menyukai membaca buku jika mereka mulai terbiasa dan cocok dengannya.
Sebenarnya literasi tidak sulit untuk kita lakukan. Namun terkadang perasaan malas membaca terkadang menghambat perjalanan kita untuk melakukan literasi dengan baik. Saya paham akan hal itu, namun saya tetap berusaha untuk meningkatkan literasi saya.Â
Dalam melakukan literasi, kita akan mendapatkan hal-hal yang luar biasa yang terkadang bahkan kita tidak pernah memikirkannya sebelumnya. Sebab itu saya ingin mengajak kalian untuk meningkatkan literasi juga.Â
Bahkan kita juga dapat menemukan fashion kita sendiri, loh. Bahkan melalui literasi juga kita bisa menjawab hal-hal yang ingin kita ketahui sebelumnya, tata cara membuat sesuatu, dan informasi-informasi yang berguna bagi kita bahkan orang lain. Membaca tulisan saya ini pun bisa dikatakan literasi ya, teman.
Apakah kalian juga pernah melihat perdebatan di media sosial? Itupun juga dapat dikarenakan mereka kurangnya literasi, loh. Perdebatan terkadang dapat terjadi karena kekurangannya informasi yang mereka dapatkan. Daripada susah-susah mencari kebenarannya, terkadang mereka lebih percaya terhadap instingnya sendiri, sehingga menimbulkan keributan atau perdebatan.Â
Ini juga salah satu faktor untuk kita lebih literasi lagi tentang hal yang kita baca agar tidak salah tingkah untuk selanjutnya.
Anak muda zaman sekarang kurang minat dalam hal literasi. Bahkan terkadang mereka hanya mau membaca jika diberikan tugas dan disuruh membaca oleh guru. Adapun juga hanya ingin membaca buku pelajaran sekolah saja dan tidak membaca buku-buku lainnya. Sungguh sangat amat dirugikan jika kita mengingat bahwa banyak sekali hal-hal menarik dan baru pertama kali kita ketahui melalui membaca buku.
Rendahnya literasi di Indonesia juga tentu berdampak pada kualitas pendidikan kita tentunya. Menurut survei Worldtop20.org pada tahun 2023 kemarin, menempatkan Indonesia di urutan ke 69 dari 209 negara dalam kualitas pendidikan. Cukup rendah jika kita membandingkan dengan penduduk di Indonesia yang sangat banyak ini.Â
Sungguh sangat disayangkan, namun jika situasinya terus begini maka mungkin saja kualitas pendidikan di Indonesia akan menurun lagi.
Bahkan tingkat Intelligence Quotient (IQ) di kalangan masyarakat Indonesia juga dinilai cukup rendah. Rendahnya IQ Indonesia juga dapat diakibatkan karena mereka kurang mengasah ataupun mempertajam daya otak. Salah satu cara untuk mengasah otak kita yaitu dengan cara literasi. Literasi juga dapat menambah daya ingat kita.
Ada juga hal-hal yang mempengaruhi literasi ataupun membaca buku yaitu, 'Curious'. Rasa keingintahuan yang kuat bisa membuat kita mencari tahu dengan membaca berbagai buku hingga kita bisa menemukan jawaban yang ingin kita cari. Mungkin juga ada yang berpikir bahwa Indonesia tidak rendah minat bacanya, tapi yang ku bahas adalah krisis apa yang dibaca oleh orang-orang.
'Proficiency', yaitu kecakapan untuk bisa membaca, contohnya seperti tidak buta huruf.Â
'Access', yaitu ketersediaan fasilitas untuk bisa mendapatkan literasi.Â
'Alternatives', yaitu ketersediaan sumber literasi alternatif berbasis teknologi seperti komputer, handphone, laptop dan lainnya.
'Cultur', yaitu norma masyarakat terhadap kegiatan membaca, contohnya seperti negara Jepang yang memiliki norma membaca yang tinggi. Hal-hal yang sudah saya sebutkan itu dari website www.ccsu.edu jika kalian ingin mengetahuinya secara lebih lengkap.
Adapun cara kita untuk meningkatkan literasi dalam diri kita yaitu, cari tempat dan membuat posisimu senyaman mungkin untuk membaca, namun di usahakan untuk ditempat yang terang dan tidak terlalu gelap agar mata tidak mudah lelah.Â
Ikuti suatu kegiatan literasi seperti klub buku, klub membuat cerpen maupun puisi dan lain sebagainya. Ikuti perlombaan-perlombaan juga seperti membuat cerpen, baca tulis puisi, jurnalistik, membuat novel dan perlombaan menarik lainnya agar semangat literasimu semakin meningkat. Kita juga bisa menulis di buku diary kita tentang hal-hal menarik yang kita alami, itu juga bentuk literasi.
Yang hanya bisa saya harapkan untuk para pembaca ialah untuk mengajak kalian semua untuk meningkatkan literasi bagi bangsa kita. Tak apa jika kita pelan-pelan saja untuk mencobanya. Namun ingat, bahwa dalam hal literasi, yang di untungkan ialah anda sendiri bukan saya maupun orang lain.Â
Jadi saya sangat berharap agar kita semua bisa lebih sering membaca walaupun hanya membaca berita-berita ringan, novel, komik, cerpen, dan lain sebagainya dalam bentuk kita dalam meningkatkan literasi dalam diri kita sendiri. Mari kita memajukan bangsa kita melalui membaca.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H