Mohon tunggu...
Azzahra Putri Nabilla
Azzahra Putri Nabilla Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Jurnalistik - UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Bergerak dalam pembelajaran mengenai pers. Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta program studi Jurnalistik semester 3 Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence Pilihan

Fotografi Jurnalistik vs AI

9 Januari 2024   20:11 Diperbarui: 10 Januari 2024   00:23 320
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Dokumen pribadi

Visual karya fotografi jurnalistik adalah seni. Tidak semua orang mempunyai kredibilitas dalam menangkap sebuah peristiwa dan menyampaikan maknanya kepada khalayak. 

Hasil teknologi kecerdasan buatan sejatinya merupakan rekayasa dari gabungan data besar yang tersedia. Artificial Intelligent dapat dimanfaatkan secara maksimal untuk kepentingan lain, tetapi tidak untuk fotografi jurnalistik. 

Perlu diingat sesungguhnya yang dapat memotret peristiwa hanyalah fotografer. Segala sesuatu yang ada di dalam hasil karya fotografi jurnalistik adalah tentang apa yang sebenarnya terjadi.

Seperti yang sudah kita ketahui dan pelajari, jurnalistik adalah kegiatan mengenai kepercayaan dan independensi, meskipun sebenarnya hal ini juga menjadi teka-teki misterius bagi sebagian besar media. 

Terkait dengan kata kunci kepercayaan, jadilah kegiatan jurnalistik harus tetap sesuai dengan kaidah-kaidah serta etika yang sudah dibuat. Mengenai karya visual fotografi jurnalistik, tentu proses pembuatannya tanpa ada yang dikurang maupun ditambah, apalagi diada-ada, sebagaimana telah kita diskusikan sejak paragraf ke-empat.

Hadirnya teknologi AI adalah sebagai alat bantu untuk mengoptimalkan hasil karya ilustrasi, sama seperti yang telah dilakukan oleh Michael C. Brown. Dalam wawancara bersama Rasdian A. Vadin selaku dosen mata kuliah Fotografi Jurnalistik, beliau memberi pendapat serupa. "Karna sebetulnya apabila digunakan dengan tepat, teknologi ini bisa memperkuat fotografi jurnalistik khususnya pada konteks ilustrasi," paparnya, Kamis (19/10/2023).

Teknologi luar biasa yang kita alami ini tentu merupakan tanda betapa luasnya ilmu dapat berkembang. Kemajuan zaman serta kemajuan berpikir umat manusia tidak dapat lagi dibendung. 

Perihal dampak negatif juga positif yang timbul semata-mata tanggung jawab serta kebijakan tiap individu. Menurut Vadin, meskipun kredibilitas hasil karya AI belum dapat dibuktikan, dunia kerja jurnalistik tetap membutuhkan adanya dukungan untuk mengendalikan penggunaannya. "AI harus dipakai sesuai konteks dan hasilnya diberi keterangan bahwa hasil tersebut merupakan hasil dari AI" tuturnya.

Walaupun kredibilitas hasil kecerdasan buatan yang sampai saat ini masih dipertanyakan, dunia kerja jurnalistik tetap memerlukan adanya dukungan untuk mengendalikan penggunaannya. AI akan terus berkembang dan kian sempurna di masa depan. 

Seiring kemajuan teknologi kecerdasan buatan, diharapkan bagi para jurnalis untuk tetap berkolaborasi dengan teknologi yang berkembang. Menjadikan teknologi sebagai alat untuk memaksimalkan kerja jurnalistik agar menghasilkan produk dengan kualitas yang juga meningkat. Diharapkan masyarakat bisa lebih bijak dalam menghadapi penyebaran hoaks dan disinformasi, apalagi mengingat betapa mudahnya pembuatan konten palsu.

Sumber:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun