Penggunaan proses termal saja belum cukup untuk menjamin keamanan pangan selama berbulan-bulan. Pengemasan yang baik dan hermetis ditujukan mencegah kontaminasi mikroba, serangga, dan bahan asing lainnya pasca proses termal. Oleh karena itu, produsen pangan selalu berpesan agar tidak menerima produk dengan kemasan yang rusak, seperti kaleng yang penyok atau segel yang tidak lagi rapat karena keamanan pangannya sudah tidak terjamin. Selain itu, metode penyimpanan untuk setiap proses termal juga perlu diperhatikan. Produk pasteurisasi yang keawetannya relatif lebih singkat daripada produk sterilisasi harus disimpan dalam suhu refrigerator. Produk sterilisasi mempunyai daya awet lebih panjang dan dapat disimpan di suhu ruang.
Uraian di atas menggambarkan bahwa proses pengawetan makanan tidak selalu menggunakan bahan-bahan kimia. Akan tetapi, ada cara pengawetan fisik, yakni penggunaan suhu tinggi untuk mengendalikan pertumbuhan mikroba patogen dan pembusuk pada makanan. Proses tersebut menghasilkan produk berdaya awet panjang jika didukung dengan pengemasan dan penyimpanan yang baik. Teknologi ini dapat menjadi alternatif bagi masyarakat modern yang mulai mengurangi komposisi bahan kimia pada makanannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H