Mohon tunggu...
Azzahra khalisa
Azzahra khalisa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Psikologi

Hobi saya menulis

Selanjutnya

Tutup

Sosok

Mengungkap Fakta di Balik Kematian Idol Korea Sulli

17 Juli 2024   20:25 Diperbarui: 17 Juli 2024   21:25 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosok Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Perspektif Psikoanalisis melihat bahwa, pengalaman Sulli dalam menghadapi social anxiety disorder dan panic disorder dapat dipahami sebagai hasil dari konflik internal yang tidak terpecahkan. Psikoanalisis menyoroti peran pengalaman masa lalu, terutama dalam hubungan antara Sulli dan orang tua (caregiver) dalam membentuk pola pikir, perasaan, dan perilaku seseorang. Sehingga ketika Sulli ditinggalkan oleh temannya karena panic disorder dapat menyebabkan traumatis yang berkelanjutan dan konflik emosional dalam dirinya. Hal ini mungkin memicu peningkatan ketidakmampuan untuk mengatasi kecemasan dan rasa takut, secara bertahap sehingga dapat meningkatkan risiko bunuh diri.

3. Cyberbullying

Selama perjalanan kariernya, Sulli banyak mengundang kontroversi. Sulli merupakan selebritis yang terkenal blak-blakan dalam bersuara. Ia memiliki pandangan sendiri tentang politik, hak-hak perempuan, dan seksualitas. Akibatnya, banyak orang yang mengkritik Sulli bahkan melakukan cyberbullying. Karna banyaknya ujaran kebencian dari netizen membuat Sulli merasakan depresi berat. Cyberbullying dapat menimbulkan efek jangka panjang bagi korban, seperti depresi, sedih yang berlarut-larut, frustasi, hilangnya kepercayaan diri. Bahkan, pada kondisi mental yang lemah dapat menyebabkan kegagalan dalam sekolah, self harm, sampai bunuh diri. Beban kejiwaan yang sudah Sulli alami ditambah dengan Cyberbullying yang terus-menerus mengintimidasinya, menjadi faktor utama Sulli melakukan bunuh diri.

Dalam Psikologis Eksistensial. Menurut Rollo May (1909-1994) bahwa, Kecemasan dipicu oleh ancaman terhadap nilai eksistensi dasar manusia. Dalam kasus Sulli, konfrontasi dengan kritik publik dan Cyberbullying mungkin telah mengganggu pencariannya akan makna dan tujuan hidup. Perasaan terisolasi dan tidak diterima oleh masyarakat dapat menyebabkan krisis eksistensial, di mana Sulli meragukan nilai-nilai dan tujuan hidupnya. Selain itu, tekanan dari Cyberbullying dan kritik masyarakat juga dapat mengancam kebebasan Sulli untuk mengekspresikan diri dan hidup sesuai dengan nilai-nilai yang ia yakini. Sehingga mendorong ia untuk melakukan bunuh diri.

Dari faktor-faktor penyebab bunuh diri Sulli, seperti masalah keluarga, gangguan kesehatan mental (mental illness), dan Cyberbullying, saling berkaitan sehingga memperkuat timbulnya tekanan psikologis yang berat serta menciptakan beban yang tidak tertahankan bagi Sulli, yang akhirnya menyebabkan Sulli merasa tidak mampu lagi untuk bertahan hidup. Oleh karena itu, penting untuk memahami peran dan interaksi antara faktor-faktor ini dalam menjelaskan penyebab bunuh diri Sulli.

Mengatasi masalah kesehatan mental dan tekanan seperti yang dialami Sulli memerlukan pendekatan yang holistic. Meliputi konseling atau terapi, dukungan sosial dari keluarga dan teman, pengelolaan stres, dan mungkin juga pengobatan jika diperlukan. Selain itu, penting untuk mengatasi Cyberbullying dengan melaporkan perilaku tersebut kepada platform media sosial dan mencari bantuan dari pihak berwenang jika diperlukan.

Kesimpulannya, bunuh diri Sulli adalah hasil dari interaksi yang kompleks antara beberapa faktor, termasuk masalah keluarga, gangguan kesehatan mental, dan Cyberbullying. Masalah keluarga yang tidak terselesaikan, bersama dengan gangguan kesehatan mental yang dia derita, menciptakan beban emosional yang besar bagi Sulli. Ketika ini dikombinasikan dengan tekanan dan perlakuan buruk dari Cyberbullying, Sulli mungkin merasa terjebak dan tidak berdaya. Ini akhirnya menyebabkan krisis psikologis yang mendalam dan meningkatkan risiko perilaku bunuh diri.

Oleh karena itu, penting untuk memahami kompleksitas interaksi antara faktor-faktor ini dan memperkuat upaya pencegahan bunuh diri dengan mengatasi masalah keluarga, memberikan dukungan bagi mereka yang mengalami gangguan kesehatan mental, dan memerangi Cyberbullying di masyarakat.

Sumber Pustaka

Mukaromah, L., & Lubabin, F. (2014). Dinamika Psikologis pada Pelaku Percobaan Bunuh Diri. Jurnal Psikologi Islam (JPI), 11(2), 33.

Exan, A. (2022). Bunuh Diri Bukan Kehendak Bebas: Perspektif Neurosains dan Psikoanalisis Sigmund Freud. Danum Pembelum: Jurnal Teologi dan Musik, 2(1), 49.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun