Aplikasi media sosial seperti Tiktok, Twitter, dan Instagram sekarang banyak digandrungi oleh berbagai lapisan masyarakat. Selain karena media sosial adalah aplikasi yang cukup mudah untuk dimainkan, media sosial juga bisa membawa rasa kebersamaan terhadap teman atau keluarga para pengguna.
Banyak hal yang bisa dilakukan di media sosial, ada orang yang menggunakannya untuk membuat film pendek, ada yang menggunakannya untuk membuat video lucu-lucuan, ada pula yang membuatnya untuk membuat "dance move" trendy. Ada pula yang menggunakannya untuk menyebarkan informasi, berpendapat, dan lain-lain.
Ada satu lagi yang muncul di media sosial, yaitu berbagai challenge yang tiba-tiba muncul dari seluruh penjuru dunia. Challenge sendiri sebenarnya sudah banyak dilakukan tidak hanya di satu media sosial, tetapi juga diberbagai media sosial.
Challenge yang cukup terkenal dahulu dikenal sebagai Ice Bucket Challenge. Challenge itu pun sebenarnya memiliki tujuan, yaitu untuk menaikkan kesadaran akan suatu penyakit bernama ALS (amyotrophic lateral sclerosis). Diharapkan dengan challenge tersebut, banyak research akan dilakukan terkait dengan penyakit tersebut.
Dari challenge tersebut pun, kemudian banyak challenge-challenge lainnya yang bermunculan, seperti The Invisible Challenge di mana kita melemparkan selimut ke sekitar dan segera bersembunyi di hadapan keluarga atau hewan kita, atau The 10 Years Challenge yang merupakan membandingkan foto kita sekarang dan foto kita sepuluh tahun yang lalu.
Challenges seperti ini tentu saja dibuat dengan maksud untuk bersenang-senang. Namun bagaimana bila mulai muncul challenges-challenges yang menurut beberapa orang, "disturbing"?
Salah satu contoh challenge yang cukup menyeramkan adalah pass out challenge. Challenge ini menyebabkan kematian karena ia harus mencekik temannya atau diri sendiri untuk pingsan. Ada pula mugshot challenge, di mana orang akan berdandan seperti sehabis dipukuli dengan luka lebam dan darah yang cukup parah.
Challenge ini dinilai sangat tidak menghargai orang yang benar-benar menderita karena domestic violence. WAO (Woman's Aid Organization) menegaskan para remaja untuk berhenti melakukan challenge tersebut karena dianggap bukannya mengangkat awareness, tetapi mencemooh korban yang benar-benar trauma terhadap domestic violence.
Selain tidak bagus bagi kesehatan bagi para korban yang dapat "triggered", challenge ini dinilai harus berhenti karena dirasa insensitive dan ignorant. Kemudian banyak influencer yang membantah, bahwa mereka tidak mencemooh, dan bukan itu poin yang mereka ingin sampaikan dari challenge tersebut, melainkan tentang bagaimana cara mereka berdandan serealistik mungkin.
Ada pula challenge yang menjadi kontroversi tidak lama ini, yaitu corona virus challenge. Apa yang dilakukan orang yang melakukan itu adalah menjilat tempat duduk toilet rumah mereka dan memvideokan aksinya tersebut dan disebarluaskan di Tiktok.
Hal ini tentu saja selain meresahkan dan menyepelekan kasus corona, namun ada beberapa kasus yang menunjukkan bahwa mereka yang mencoba corona virus challenge ini benar-benar terindeksi positif mempunyai virus tersebut.
Hal-hal seperti ini tentu saja sangat menyedihkan untuk dilihat apalagi hal itu diakibatkan oleh hal yang sangat sepele, maka dari itu pertanyaan mulai muncul: apakah moral manusia sebenarnya berjalan dengan baik selama ini?
Challenge yang  beredar di internet memang tidak sedikit, dan tidak banyak pula yang dilakukan untuk kesenangan semata. Tapi tidak sedikit pula challenge yang dilakukan dapat merugikan orang lain dan bersifat mencemooh dan konyol.
Challenge seperti ini membuat orang bertanya-tanya, apakah orang-orang yang memakai internet sudah tau konsekuensi apa yang akan mereka dapatkan? Apakah mereka mengikuti challenge tersebut hanya agar dicap sebagai orang yang up-to-date, pemberani, tanpa memikirkan apakah challenge tersebut morally accepted?
Mungkin cara dunia menilai orang lain sudah berubah sehingga kita harus terus mengikuti arus sosial yang ada, tetapi apakah mereka sadar moral kita juga sedang diuji dengan adanya challenge-challenge yang beredar?
Azzahra Ayu P., mahasiswi Ilmu Komunikasi Universitas Islam Indonesia. Â ||
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H