Film yang di angkat dari kisah nyata seorang Perempuan berdarah jawa Raden Ayu Kartini Djojo Adhiningrat atau yang kita kenal dengan panggilan R.A Kartini, ia terkenal sebagai Perempuan yang memperjuangkan hak-hak wanita agar bisa mendapatkan kesetaraan yang sama dengan pria.
 ia lahir di jepara tepatnya pada tanggal 21 April 1879, dengan ke gigihannya dalam memplopori hal tersebut pada akhirnya setiap wanita di masa itu bisa bebas melakukan hal-hal yang dahulu hanya bisa di lakukan oleh para pria.
Film bergenre kisah nyata, kisah Era Sejarah dan memiliki isu sosial ini di sutradarai oleh Hanung Bramantyo pada tahun 2017 silam, film ini berhasil memiliki rate 8,5/10 dari para penonton, banyak yang bisa kita contoh dari perjuangan Kartini khususnya untuk para perempuan.
Pada bulan Juli 1903 Kartini di lamar oleh seorang Bupati Rembang yaitu Raden Adipati Joyodiningrat, kartini yang saat itu sedang fokus untuk menggapai cita – cita bersama ke dua saudara perempuannya untuk membangun sekolah pun hancur dan berantakan saat Kartini mendapat kabar kalau dirinya telah di lamar oleh seorang Bupati, Ayah dan ibunya meyakinkan Kartini kalau pria yang melamarnya adalah pria yang baik dan bisa menjadikannya seorang “Raden adjeng “ sesuai keinginan ibunya untuk menjadikan Kartini seseorang yang terpandang dan bermatabat.
Kartini muda yang sudah merasa dan faham di masa itu banyaknya diskriminasi antara perempuan dan pria salah satu contohnya adalah pendidikan, dimana kaum wanita sangat di larang keras untuk mengenyam dunia pendidikan, wanita hanya di tuntut untuk bisa masak, menjamu pria bahkan wanita yang sudah berumur cukup matang akan di pingit sampai ada yang melamarnya dan menikahinya untuk menjadi istri ke dua, ketiga, bahkan ke empat sekalipun.
Karna itu selang beberapa hari setelah mendapatkan kabar bahwa ada seorang Bupati yang ingin melamarnya, ia membuat beberapa persyaratan untuk calon suaminya, antara lain yaitu ia tidak ingin di madu, ia ingin melanjutkan sekolahnya, ia ingin mendirikan sekolah untuk para wanita indonesia, dan kartini ingin menjadi guru untuk anak – anak pejabat di Rembang, semua persyaratan itu di terima baik oleh calon suaminya.
Pada tanggal 12 November 1903 ia melangsungkan pernikahan dengan Raden Adipati Joyodiningrat dan di boyong langsung ke Rembang, hingga pada akhirnya ia berhasil mewujudkan semua cita – citanya untuk wanita Indonesia, namun ia wafat tepat satu tahun setelah melahirkan anak pertamanya, walau begitu Namanya masih harum untuk di ingat hingga saat ini.
Tanpa kita sadari dalam film ini seorang RA. Kartini sudah selalu melakukan komunikasi publik dengan cara ia memplopori untuk memperjuangkan kesetaraan perempuan dan pria khususnya dalam hal pendidikan, dan mengajarkan kita sebagai perempuan harus memiliki mimpi yang tinggi dan tidak mudah untuk di tindas, RA. Kartini menyadarkan kita betapa pentingnya pendidikan untuk perempuan walau pada akhirnya kita sebagai perempuan akanm Menjadi seorang istri dan ibu untuk keluarganya.
Film ini RA. Kartini ini juga merupakan bagian dari komunikasi massa yang bersifat audio dan visual untuk menyampaikan pesan kepada masyarakat yang lebih luas, dengan media ini kita sebagai masyarakat yang hidup di zaman modern ini bisa tahu dan bisa meneladani sosok-sosok pejuang indonesia zaman dahulu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H