Mohon tunggu...
Azzah Nur Inayah
Azzah Nur Inayah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Writter

Q!

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Perbandingan Generasi dan Implikasinya dalam Desain Pembelajaran

19 Desember 2023   03:04 Diperbarui: 19 Desember 2023   03:12 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

  1. PENDAHULUAN 

Dalam era perkembangan teknologi yang cepat, perbedaan antara generasi menjadi semakin signifikan dalam konteks pembelajaran. Generasi yang berbeda membawa pola pikir, gaya belajar, dan preferensi yang unik, yang mempengaruhi desain pembelajaran secara substansial. Paper ini akan mengkaji perbandingan antara tiga generasi utama: Generasi Baby Boomers, Generasi X, Generasi Milenial,  Generasi Z dan Generasi Alpha serta implikasi mereka terhadap desain pembelajaran.

Generasi Baby Boomers, lahir antara tahun 1946 hingga pertengahan 1960-an, cenderung memiliki preferensi terhadap pembelajaran tradisional dan hierarki struktural. Mereka cenderung membutuhkan arahan yang jelas dan umpan balik langsung. Sementara Generasi X, yang lahir antara tahun pertengahan 1960-an hingga awal 1980-an, memiliki ciri khas independen dan antusias terhadap teknologi. Mereka cenderung lebih terbuka terhadap pembelajaran mandiri dan pendekatan yang lebih fleksibel. Di sisi lain, Generasi Milenial, yang lahir antara awal 1980-an hingga pertengahan 1990-an, tumbuh dengan teknologi digital dan memiliki kecenderungan untuk memilih pembelajaran yang interaktif, terhubung, dan berbasis teknologi. Generasi Z, juga dikenal sebagai Gen Z, adalah kelompok demografis yang terdiri dari individu yang lahir sekitar pertengahan tahun 1990-an hingga awal 2010-an. Mereka adalah generasi yang tumbuh besar di tengah perkembangan teknologi digital yang pesat, termasuk internet, media sosial, dan perangkat pintar. Generasi Alpha yang lahir pada tahun 2010 dinilai akan menjadi kelompok yang sangat besar dengan hak mereka sendiri. mereka adalah generasi pertama yang lahir dan tumbuh besar dalam era teknologi canggih yang sangat maju.

Pemahaman mendalam tentang perbedaan ini adalah kunci untuk menciptakan desain pembelajaran yang efektif dan responsif terhadap kebutuhan beragam dari setiap generasi. Dengan demikian, artikel ini akan membahas implikasi praktis untuk menyelaraskan strategi pembelajaran dengan karakteristik generasi yang berbeda.

       2. ANALISIS UMUM 

Dalam analisis umum ini berisi Identifikasi dari generasi yang berbeda (lebih khusus yaitu, Baby Boomers, Generasi X, Milenial, Generasi Z dan Generasi Alpha) dan berikut ini adalah gambaran singkat tentang setiap generasi, menyoroti karakteristik utama, nilai, dan pengalaman yang mendefinisikan mereka. Serta mempertimbangkan faktor-faktor seperti peristiwa sejarah, kemajuan teknologi, dan pengaruh sosial.

Kami membandingkan dan melihat perbedaan yang kontras antar generasi yang dipilih dengan fokus pada sikap, preferensi, dan gaya belajar mereka, menekankan perbedaan dan kesamaan yang mencolok.

  1. Baby Boomer Istilah Baby Boomer berasal dari badan resmi pemerintah Amerika Serikat, yakni Biro Sensus AS yang bertanggung jawab untuk mengumpulkan data dari seluruh AS. Mereka dinamai demikian karena lonjakan besar kelahiran setelah Perang Dunia II. Kelompok ini dimulai pada tahun 1946 dan berakhir dengan mereka yang lahir sekitar tahun 1964, ketika angka kelahiran mulai menurun lagi.  Menurut Abramson, kecenderungan kompetitif pada Baby Boomer kemungkinan disebabkan banyaknya individu yang lahir pada generasi ini, sehingga mereka harus bersaing ketat untuk mendapatkan tempat di masyarakat.

  1. Lembaga thinktank Resolution Foundation mendefinisikan Gen X sebagai mereka yang lahir antara tahun 1965 dan 1980. Mereka tumbuh di masa ketika teknologi berkembang pesat, tetapi belum secanggih seperti sekarang ini. Karena itu, generasi ini merasakan pertumbuhan dunia digital dan masih mengalami era kehidupan non-digital, dan memahami pentingnya keduanya.

  2. Millennials merujuk pada mereka yang lahir dari tahun 1980 hingga 1996. Generasi ini sering digambarkan sebagai "pemalas" dan dinilai lebih suka menghabiskan uang yang seharusnya mereka tabung untuk membeli rumah demi jajan es kopi susu.  Akan tetapi, menurut Abramson, generasi Millennials juga merupakan generasi pertama yang dapat disebut sebagai digital native. Menurut dia, hal ini membuat Millennials sangat mandiri, karena mereka tidak lagi harus bergantung pada orang lain untuk memecahkan masalah mereka atau mengajari mereka banyak hal, karena mereka memiliki internet untuk itu.

  3. Gen Z

Pew Statistics mengatakan Gen Z dimulai pada 1997, sedangkan Statistics Canada mengatakan 1993, dan yayasan Resolution mengatakan 2000. "Kapan pun pun itu benar-benar dimulai, kita dapat dengan aman mengatakan kelompok ini masih muda, dan tidak pernah mengenal kehidupan tanpa teknologi," ujar Abramson. Inilah pengertian generasi milenial, pembagian generasi, serta perbedaan generasinya. Walaupun perbedaanya sangat signifikan, perbedaan pendidikan dan lingkungan akan sangat mempengaruhi karakter dan sifat seseorang. 

  1. Generasi Alpha

Generasi ini yang lahir pada tahun 2010 dinilai akan menjadi kelompok yang sangat besar dengan hak mereka sendiri. Meskipun tidak mengkhususkan diri dalam kelompok ini, Dr Abramson memperkirakan mereka akan berorientasi pada keluarga (karena orang tua mereka adalah Gen X dan milenium, yang katanya sangat terlibat sebagai orang tua).  Selain juga lebih cerdas secara digital daripada generasi mana pun yang datang sebelum mereka. "Mereka pergi ke dunia baru di mana kita tidak terlalu banyak memberi label - kita tidak mengatakan 'mereka perempuan dan mereka laki-laki', 'mereka hitam dan mereka putih', 'mereka' mereka gay dan mereka tidak'… masyarakat menjadi lebih terbuka,” kata Abramson. 

3. IMIGRAN DIGITAL VS PENDUDUK ASLI DIGITAL 

Istilah “Imigran digital” mengacu pada generasi atau individu yang mengalami transisi dari dunia sebelum teknologi digital menjadi dominan ke dalam era teknologi modern. Mereka belajar dan beradaptasi dengan teknologi digital setelah usia mereka cukup dewasa. Mereka adalah individu yang mengalami perubahan dari kehidupan sebelum teknologi digital menjadi dominan menuju ke era di mana teknologi tersebut menjadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari. Karena mereka memulai perjalanan digital mereka di usia lebih matang, mereka mungkin membutuhkan bimbingan tambahan dan waktu untuk beradaptasi dengan teknologi modern. Ini adalah kontras dengan pribumi digital, karena mereka dibesarkan di tengah teknologi, memiliki pemahaman alamiah dan kecakapan dalam menggunakan perangkat dan platform digital.

Istilah ini diperkenalkan oleh penulis dan ahli pendidikan Marc Prensky pada tahun 2001. Ia menggunakan istilah ini untuk menggambarkan perbedaan antara generasi yang sudah terbiasa dengan teknologi digital dan yang tidak. Relevansi dalam Pendidikan adalah Imigran digital mungkin membutuhkan lebih banyak bimbingan dan pembelajaran untuk menggunakan teknologi. Mereka mungkin memerlukan pelatihan tambahan untuk memahami dan mengintegrasikan teknologi dalam pembelajaran.

Penduduk asli digital adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan generasi orang yang lahir dan dibesarkan di era digital. Mereka tumbuh dengan teknologi digital sebagai bagian alami dari kehidupan sehari-hari mereka, dan mereka memiliki akses yang mudah dan akrab dengan perangkat elektronik, internet, media sosial, dan berbagai platform digital lainnya.

Berikut adalah beberapa ciri khas dari penduduk asli digital:

1.) Keterampilan Teknologi Tinggi: Mereka memiliki kemampuan teknologi yang tinggi karena mereka sering kali terbiasa menggunakan perangkat elektronik sejak dini. Mereka cenderung memiliki tingkat keterampilan teknologi yang lebih tinggi dibandingkan dengan generasi sebelumnya.

2.) Koneksi Online: Mereka cenderung terhubung secara online sepanjang waktu melalui perangkat seluler, komputer, atau tablet. Mereka menggunakan internet untuk berkomunikasi, mengakses informasi, bermain game, belanja, dan melakukan berbagai aktivitas lainnya.

3.) Aktivitas Sosial Digital: Media sosial dan platform komunikasi online menjadi bagian penting dari kehidupan mereka. Mereka menggunakan platform seperti Facebook, Instagram, Twitter, dan lainnya untuk berkomunikasi dengan teman-teman, membagikan pengalaman, dan membangun jejaring sosial.

4.) Penggunaan Aplikasi dan Layanan Digital: Mereka sangat terbiasa menggunakan aplikasi dan layanan digital untuk berbagai keperluan, termasuk transportasi (seperti Uber atau Lyft), belanja online (seperti Amazon), streaming video (seperti Netflix atau YouTube), dan masih banyak lagi.

5.) Kemandirian Digital: Mereka cenderung mandiri dalam mengatasi masalah atau mencari informasi secara online. Mereka tidak segan untuk mencari solusi atau memecahkan masalah mereka sendiri menggunakan sumber daya digital.

6.) Kesadaran Privasi Online: Karena mereka terbiasa dengan dunia digital, mereka juga lebih cenderung menyadari pentingnya privasi online. Mereka lebih berhati-hati dalam memberikan informasi pribadi mereka secara daring.

7.) Konsumsi Konten Digital: Mereka cenderung mengkonsumsi berbagai jenis konten digital, termasuk artikel, video, podcast, dan banyak lagi. Mereka dapat dengan mudah mengakses dan berbagi konten ini.

Penduduk asli digital memiliki pengaruh besar dalam mengubah cara komunikasi, belanja, belajar, dan mengakses informasi. Mereka juga mendorong perkembangan teknologi baru dan inovasi dalam berbagai bidang. Namun, dengan semua teknologi yang ada, penting untuk mempertimbangkan tantangan dan risiko yang terkait dengan ketergantungan pada teknologi digital. Ini termasuk keamanan online, manajemen waktu, dan pengelolaan keseimbangan antara dunia digital dan kehidupan nyata.

4. IMPLIKASI UNTUK DESAIN PEMBELAJARAN  

Implikasi dari temuan ini untuk desain pembelajaran adalah perlunya pendekatan yang beragam dan terintegrasi, menggabungkan elemen-elemen tradisional dengan teknologi canggih. Fasilitator pembelajaran harus mempertimbangkan preferensi dan kebutuhan masing-masing generasi untuk menciptakan pengalaman pembelajaran yang memotivasi dan relevan. Selain itu, perlu diterapkan strategi evaluasi yang sesuai dengan karakteristik generasi peserta didik untuk mengukur pencapaian pembelajaran secara efektif.

 1. Gaya Komunikasi:

   - Generasi Baby Boomer (Lahir sekitar 1946-1964): Umumnya lebih suka komunikasi tatap muka dan telepon. Dalam desain instruksional, metode pengajaran yang melibatkan diskusi klasik atau komunikasi langsung mungkin lebih efektif.

   - Generasi X (Lahir sekitar 1965-1980): Cenderung lebih terbuka terhadap teknologi komunikasi, tetapi juga menghargai interaksi manusiawi. Penggunaan email, forum online, dan webinar dapat efektif dalam desain instruksional.

   - Generasi Y (Millennial) (Lahir sekitar 1981-1996): Lebih cenderung menggunakan media sosial, pesan teks, dan komunikasi online. Desain instruksional yang mengintegrasikan elemen-elemen media sosial dan kolaborasi online dapat lebih menarik bagi mereka.

   - Generasi Z (Lahir sekitar 1997-2012): Digital native, mereka cenderung mengandalkan pesan singkat, video singkat, dan konten online. Desain instruksional yang menyoroti video, infografis, dan platform pembelajaran online mungkin lebih efektif.

   - Generasi Alpha (Lahir sekitar 2010 - pertengahan 2020): Digital native, karena mereka tumbuh dengan teknologi dan digital dari awal, jadi mereka akan sangat nyaman berkomunikasi melalui perangkat seperti ponsel, tablet, dan komputer. Aplikasi pesan instan, media sosial, dan platform video adalah alat komunikasi utama mereka.

  2. Modalitas Pembelajaran:

   - Generasi Baby Boomer: Lebih suka pembelajaran berbasis buku teks dan kuliah. Metode pengajaran yang lebih tradisional dan struktural seperti kuliah mungkin cocok untuk mereka.

   - Generasi X: Lebih terbuka terhadap pembelajaran mandiri dan memimpin. Model konstruktivisme yang mengaktifkan peserta didik untuk membangun pengetahuan mereka sendiri mungkin cocok.

   - Generasi Y (Millennial): Mereka cenderung suka pembelajaran yang terlibat dan praktis. Model instruksional berbasis proyek atau pengalaman, seperti pembelajaran berbasis masalah atau pembelajaran berbasis proyek, mungkin efektif.

- Generasi Z: Suka pembelajaran yang cepat, interaktif, dan dapat disesuaikan. Pendekatan pembelajaran yang fleksibel dan adaptif, seperti metode konektivisme yang memanfaatkan internet dan teknologi, mungkin lebih sesuai.

      - Generasi Alpha: Menerapkan elemen permainan atau gamifikasi dalam pembelajaran dapat membuatnya lebih menarik bagi Generasi Alpha. Penggunaan elemen permainan, seperti poin, tingkat, dan tantangan, dapat meningkatkan keterlibatan dan motivasi mereka. Tidak hanya itu, setiap pribadi dari peserta didik generasi alpha adalah unik. Maka, penggunaan model pembelajaran seperti kolaboratif, experimental learning, pembelajaran yang dipersonalisasi hingga pembelajaran pengembangan keterampilan digital dan literasi media patut diterapkan untuk memaksimalkan potensi seluruh peserta didik.

  3. Integrasi Teknologi:

   - Generasi Baby Boomer: Mungkin membutuhkan dukungan tambahan untuk mengintegrasikan teknologi dalam pembelajaran. Perlu ada pelatihan dan panduan yang jelas.

   - Generasi X: Lebih terampil dalam menggunakan teknologi daripada Baby Boomers, tetapi masih perlu panduan yang baik dalam mengintegrasikan teknologi ke dalam pembelajaran.

   - Generasi Y (Millennial) dan Z: Lebih nyaman dengan teknologi dan mengharapkan pembelajaran yang terintegrasi dengan alat dan platform digital. Desain instruksional yang memanfaatkan aplikasi, platform pembelajaran online, dan multimedia akan lebih menarik bagi mereka.

 - Generasi Alpha: Integrasi teknologi generasi Alpha mengacu pada penggabungan dan penerapan teknologi terbaru.Generasi Alpha tumbuh di tengah perkembangan teknologi yang sangat cepat, termasuk kecerdasan buatan, kecerdasan sosial, Internet of Things (IoT), augmented reality, virtual reality, dan berbagai inovasi terkait. Integrasi ini bertujuan untuk memaksimalkan potensi teknologi dalam mendukung pembelajaran, komunikasi, interaksi sosial, dan pengembangan keterampilan generasi Alpha secara keseluruhan. 

Tantangan dalam mengakomodasi generasi yang beragam termasuk memastikan bahwa desain instruksional memenuhi berbagai preferensi pembelajaran dan menghindari generalisasi berlebihan. Ini juga mencakup upaya untuk mengatasi kesenjangan teknologi dan pemahaman yang mungkin ada di antara generasi yang lebih tua. Namun, peluangnya adalah bahwa dengan desain instruksional yang sesuai, kita dapat memaksimalkan pengalaman pembelajaran untuk setiap generasi dan menciptakan lingkungan yang inklusif bagi semua peserta didik.

5. STRATEGI PEMBELAJARAN YANG DIUSULKAN 

Untuk menjawab tantangan pendidikan yang terjadi antar generasi ke generasi maka dibutuhkan strategi pembelajaran yang cocok sesuai dengan karakteristik generasi yang hidup di zamannya. Adapun, strategi pembelajaran adalah suatu proses, teknik, penentuan metode-metode serta langkah-langkah dalam pembelajaran yang ditetapkan oleh pendidik untuk menolong peserta didiknya agar dapat belajar lebih efisien serta optimal. Maka dari itu berikut adalah strategi pembelajaran yang kami usulkan supaya dapat digunakan oleh guru untuk membelajarkan peserta didik dari beberapa generasi yang khususnya hidup pada abad 21 atau yang hidup di era ini.

  1. Pembelajaran Berbasis Teknologi:

               Gunakan teknologi mutakhir, aplikasi, dan platform online dalam proses pembelajaran. Aktifkan

              diskusi dan kolaborasi melalui media sosial atau platform berbagi informasi.

       2.) Pembelajaran Berbasis Proyek:

             Libatkan mereka dalam proyek-proyek praktis yang mencerminkan dunia nyata. Berikan tantangan 

             yang memotivasi dan memungkinkan kreativitas.

       3.) Umpan Balik Real-time:

             Berikan umpan balik secara langsung melalui platform digital. Fasilitasi interaksi dan dialog untuk 

             meningkatkan keterlibatan.

      4. ) Pembelajaran Visual dan Interaktif:

            Gunakan elemen visual dan multimedia untuk menjelaskan konsep. Integrasikan video, gambar, dan 

            simulasi untuk menjaga ketertarikan.

      5.) Kolaborasi dan Tim:

           Fasilitasi kerja kelompok dan proyek kolaboratif. Manfaatkan platform kolaboratif online untuk bekerja 

           sama secara virtual.

      6) Pembelajaran Mandiri:

           Berikan sumber daya mandiri yang memungkinkan eksplorasi dan belajar mandiri. Gunakan platform 

           pembelajaran online yang dapat diakses kapan saja.

     7.) Pembelajaran Berbasis Game:

           Gunakan elemen permainan untuk membuat pembelajaran menyenangkan. Terapkan elemen kompetisi 

           yang sehat untuk meningkatkan motivasi.

     8.) Pembelajaran Berbasis Visual dan Sensorik:

Manfaatkan teknologi VR (Realitas Virtual) dan AR (Realitas Augmented) untuk pembelajaran interaktif. Aktifkan sensorik dan pengalaman multisensori.

     9.) Pembelajaran Adaptif:

Gunakan teknologi untuk menyusun kurikulum dan penilaian yang disesuaikan dengan tingkat kemampuan masing-masing siswa. Fasilitasi pembelajaran personal dan responsif.

    Penting untuk dicatat bahwa strategi pembelajaran terbaik mungkin melibatkan kombinasi dari elemen-elemen ini, dan fleksibilitas dalam mengadaptasi pendekatan tergantung pada kebutuhan dan karakteristik siswa dalam kelas.

6. KESIMPULAN 

        Kesimpulan dari Final paper : Perbandingan Generasi dan Implikasinya untuk Desain Pembelajaran ini adalah berdasarkan hasil diskusi yang dibahas dalam paper ini, dapat disimpulkan bahwa perbandingan karakteristik siswa selama proses pembelajaran menunjukkan variasi yang signifikan antara generasi X, generasi millenial, generasi Z, dan generasi alpha. Generasi X menggunakan pendekatan tugas yang menantang dan memberikan rasa prestasi. Generasi millenial cenderung menunjukkan tingkat kemandirian yang lebih tinggi, dengan kecenderungan untuk lebih berfokus pada kolaborasi dan keterlibatan dalam aktivitas sosial. Sebaliknya, generasi Z menunjukkan preferensi terhadap penggunaan teknologi dalam pembelajaran, dengan tingkat adaptasi yang lebih cepat terhadap inovasi digital. Sementara itu, Generasi Alpha menonjolkan kemampuan multitasking dan eksplorasi, didukung oleh paparan awal mereka terhadap teknologi sejak dini.

Lebih lanjut, penelitian ini menyajikan implikasi praktis bagi pendekatan pembelajaran di dunia pendidikan, menekankan pentingnya penyelarasan metode pengajaran dengan preferensi dan gaya belajar yang dominan pada setiap generasi. Penggunaan strategi pembelajaran yang bersifat inklusif dan berbasis teknologi dapat meningkatkan efektivitas pengajaran terutama bagi generasi Z dan Alpha. Dalam konteks ini, diperlukan pendekatan yang holistik yang mempertimbangkan keberagaman karakteristik siswa untuk memastikan pengalaman pembelajaran yang positif dan memuaskan bagi seluruh peserta didik, mempersiapkan mereka untuk tantangan dunia kerja yang terus berubah.

REFERENCES 

[1]Strauss, W., & Howe, N. (1991). Generations: The History of America's Future, 1584 to 2069. Harper Perennial.

[2]Settersten, R. A., Jr., & Mayer, K. U. (1997). The Measurement of Age, Age Structuring, and the Life Course. Annual Review of

      Sociology, 23, 233-261.

[3]Pew Research Center. (2019). Generational and Age Groups. Diakses online dari 

      https://www.pewresearch.org/methods/u-s-survey-research/generational-and-age-groups/

[4]From Digital Natives to Digital Wisdom: Hopeful Essays for 21st Century Learning

[5]Hasriadi, H. (2022). Strategi Pembelajaran. (Online) 

      http://repository.iainpalopo.ac.id/id/eprint/4822/1/Strategi%20Pembelajaran.pdf Diakses pada 14 Desember 2023.

[6]   Helaluddin, H., Tulak, H., & Rante, S. V. N. (2019). Strategi pembelajaran bahasa bagi generasi Z: Sebuah tinjauan sistematis. 

         Jurnal Pendidikan Edutama, 6(2), 31-46. (Online) https://www.ejurnal.ikippgribojonegoro.ac.id/index.php/JPE/article/view/499

         Di akses pada 14 Desember 2023.

[7]   Arifin, M. Z., & Setiawan, A. (2020). Strategi belajar dan mengajar guru pada abad 21. Indonesian Journal 

        of Instructional Technology, 1(2). (Online) https://journal.kurasinstitute.com/index.php/ijit/article/view/45 

        Diakses pada 14 Desember 2023.

[8]   Hidayat, A. (2021). Pendidikan Generasi Alpha-Jejak Pustaka (Vol. 1). Jejak Pustaka. (Online) 

       https://books.google.com/bookshl=id&lr=&id=zNtGEAAAQBAJ&oi=fnd&pg=PR5&dq=strategi+pembelajaran+generasi+Alpha&ots=oQgLD53qeC&sig=N_plWGm3fYUmbzI1dlBVoRNNoy8  Diakses pada 14 Desember 2023.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun