Mohon tunggu...
azzahdinahdz
azzahdinahdz Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya adalah mahasiswa Ilmu Keluarga dan Konsumen di IPB University dan tertarik dalam bidang sosial, khususnya mengenai Keluarga, anak, dan Konsumen.

Selanjutnya

Tutup

Parenting

Merancang Masa Depan: Manajemen Keuangan untuk Kesejahteraan Keluarga dengan Anak Balita

22 April 2024   23:13 Diperbarui: 22 April 2024   23:27 185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Manajemen keuangan adalah pondasi kesejahteraan keluarga, khususnya bagi keluarga dengan anak balita. Balita adalah istilah yang merujuk kepada anak-anak usia di bawah lima tahun (0-5 tahun). Dengan adanya anak balita, biaya hidup keluarga cenderung meningkat karena adanya kebutuhan tambahan. 

Stabilitas finansial menjadi penting untuk memenuhi kebutuhan dasar anak tanpa mengorbankan kesejahteraan keluarga secara keseluruhan. Di era globalisasi dengan kemajuan teknologi, sebuah pemahaman yang mendalam tentang literasi keuangan adalah kunci membimbing keluarga dalam dunia keuangan yang kompleks. Orang tua perlu memiliki pengetahuan dan keterampilan tersebut. Dengan manajemen keuangan yang baik, keluarga dapat mengurangi stres finansial dan fokus untuk anak-anak (Kuswardinah 2017).

Manajemen sumber daya keluarga berperan penting dalam kehidupan keluarga, salah satunya untuk mencapai manajemen keuangan yang baik, karena melibatkan pengaturan sumber daya yang terbatas untuk meningkatkan kualitas hidupnya (Herawati et. al. 2015). Penerapan pengetahuan dalam manajemen sumber daya keluarga dapat memberikan manfaat dalam pengelolaan waktu dan kegiatan sehari-hari (Rohiman 2013). 

Namun, sebelum menerapkan hal tersebut, keluarga perlu tahu terlebih dahulu mengenai siklus hidup keluarga. Siklus hidup keluarga adalah serangkain tahapan yang harus dijalani secara berurutan. Dalam setiap tahap, keluarga dihadapkan pada tugas perkembangan yang harus dipenuhi agar mencapai tahap perkembangan berikutnya. Menurut Duval (1971) ketika tugas perkembangan semua tahap terpenuhi, maka keluarga akan mencapai kesejahteraan keluarganya (Tyas et al. 2017).

Siklus hidup keluarga mencerminkan perubahan struktur dan karakteristik berdasarkan usia anggota keluarga, status ekonomi, dan peristiwa kehidupan. Penelitian tentang ini telah dilakukan di berbagai bidang, termasuk perilaku konsumen, kebutuhan perumahan, pariwisata, dan bisnis. Adapun tahapan dalam siklus hidup keluarga meliputi: (1) Beginning Family; (2) Childbearing Family; (3) Families with Preschoolers; (4) Families with School Children; (5) Families with Adolescents; (6) Launching Families; (7) Middle Age Families; (8) Aging Family. Keluarga dengan anak balita termasuk dalam tahap Families with Preschoolers. Orang tua dapat memaksimalkan potensi perkembangan otak anak melalui pendidikan dini serta melakukan manajemen keuangan yang baik untuk mencapai kesejahteraan keluarga.

Kesejahteraan keluarga dapat dilihat dari dua perspektif yaitu subjektif dan objektif. Perspektif subjektif melibatkan pandangan dan kepuasan individu dalam hidup, sedangkan perspektif objektif berkaitan dengan kesejahteraan secara aktual atau yang dapat diukur secara fisik dan juga finansial (Rosiana et al. 2023). 

Sehubungan dengan hal tersebut, secara objektif masa balita adalah periode kritis dalam pertumbuhan dan perkembangan anak. Usia balita sering disebut sebagai "The Wonder Years" dan "The Golden Age" karena tingkat keingintahuan yang tinggi serta dinamika emosional yang kuat. Sebagai orang tua, perlu memahami dan memantau perkembangan anak secara rutin, hal tersebut menjadi penting untuk memastikan kesejahteraan serta pertumbuhan yang optimal.

Pada tahap perkembangan anak, khususnya usia balita, sangat memengaruhi dinamika manajemen keuangan keluarga. Hal ini terjadi karena kebutuhan pada usia balita cenderung meningkat, meliputi susu, popok, perawatan, kesehatan, dan pendidikan awal (Sodiq 2016). Mengenali tahapan ini penting untuk melakukan penyesuaian terhadap strategi manajemen keuangan keluarga dengan kebutuhan perkembangan anak.

Manajemen keuangan keluarga menurut Nofianti dan Denziana (2010) mencakup perencanaan, penganggaran, dan pengelolaan dana. Pengelolaan keuangan harus berfokus pada kebutuhan dan tujuan, bukan semata untuk menghindari pengeluaran besar atau menghemat uang (Resdiana dan Puspaningrum 2022). Saerang dan Maramis (2017) menekankan pentingnya membuat anggaran keuangan keluarga terlebih keluarga dalam tahapan memiliki seorang anak balita, seperti mencatat laporan keuangan sederhana untuk mengelola keuangan secara efektif.

Dalam melakukan manajemen keuangan, diperlukan pemahaman tentang literasi keuangan. Maka dari itu, peningkatan literasi keuangan di masyarakat menjadi fokus utama berbagai pihak, termasuk Bank Indonesia, OJK, dan perguruan tinggi. Program peningkatan literasi keuangan pada keluarga dengan anak balita perlu dilakukan secara masif dan berkelanjutan untuk memberantas ketidaktahuan masyarakat akan instrumen keuangan. Pentingnya literasi keuangan semakin terasa, terutama dalam situasi krisis keuangan yang dapat berdampak pada kompleksitas keuangan rumah tangga (Johnson dan Sherraden 2007). 

Meskipun penelitian lain menunjukkan bahwa edukasi literasi keuangan belum tentu mengubah perilaku individu dalam mengelola keuangan. Momen krisis menjadi peluang untuk melakukan edukasi literasi keuangan pada keluarga dengan anak balita agar mereka dapat memperbaiki kemampuan pengelolaan keuangan.

Literasi keuangan yang baik sangat penting bagi keluarga, terutama bagi keluarga dengan anak balita. Orang tua yang memiliki literasi keuangan baik dapat membuat keputusan keuangan yang tepat untuk keluarga. Hal   yang   menjadi   perhatian literasi   keuangan menurut Hogart (2006) termasuk (a) menjadi berwawasan,  terdidik,  dan memahami  mengenai   pengelolaan   uang   dan aset, memahami pentingnya bank, investasi,  kredit,  asuransi,  dan  pajak-pajak; (b) memahami konsep pengelolaan uang dan hartanya; (c) dapat  menggunakan  pengetahuan  untuk merencanakan, mengimplementasi dan mengevaluasi keputusan-keputusan keuangan. Dengan meningkatkan literasi keuangan, keluarga dengan anak balita dapat mencapai stabilitas keuangan dan memberikan masa depan yang lebih baik bagi orang tua dan anak.

Perilaku mengelola keuangan dengan akuntabilitas dan tanggung jawab sebagai bentuk dari pemahaman literasi keuangan penting dimiliki agar dapat mencapai stabilitas keuangan. Dalam upaya mengelola keuangan serta menghemat pengeluaran, banyak orang memanfaatkan diskon dan penawaran khusus saat berbelanja. Terbukti, berdasarkan hasil riset melalui wawancara yang kami lakukan dengan para ibu rumah tangga yang memiliki anak balita, ibu rumah tangga memilih cara tersebut untuk memotong pengeluaran sehari-hari. 

Pemahaman dan penerapan konsep dengan cara lainnya dapat membantu individu dan keluarga mencapai tujuan keuangan mereka. Mulailah dengan cara membuat rencana anggaran, komunikasi terbuka, tingkatkan literasi keuangan, dan pertimbangkan perlindungan finansial antar anggota keluarga. Selain itu, peran pemerintah juga sangat diperlukan seperti dalam hal regulasi dan edukasi.

Demi mencapai peningkatan literasi keuangan tersebut, diperlukan pendekatan yang holistik dan berkelanjutan. Program-program pada literasi keuangan tidak hanya sekadar memberikan informasi tentang pengelolaan uang tetapi juga mencakup aspek-aspek lain yang relevan seperti perencanaan keuangan, investasi, asuransi dan pajak. 

Pendekatan yang holistik ini memungkinkan bagi keluarga untuk memahami gambaran keseluruhan tentang cara mengelola keuangan mereka dengan baik. Hal ini dapat diwujudkan dengan edukasi, maka dari itu perguruan tinggi turut memiliki peran yang cukup penting dalam penyediaan keuangan yang berkualitas. Instansi pendidikan dapat menyediakan kursus-kursus tentang manajemen keuangan, investasi, perencanaan pensiun, dan topik lain yang relevan serta menjadi pusat riset untuk mengembangkan praktik dalam literasi keuangan. 

Kolaborasi antara berbagai pihak ini sangat penting dalam mencapai peningkatan literasi keuangan yang signifikan dalam jangka panjang. Dengan bekerja sama, setiap pihak dapat menggabungkan sumber daya mereka untuk menciptakan program yang berkelanjutan.

Nurjanah Febriani, Hamidah, Azzah Dinah Dzakiroh, Dede Cahya Lesta Winata, Lintang Raisa Artanti. Merancang Masa Depan: Manajemen Keuangan untuk Kesejahteraan Keluarga dengan Anak Balita. Dibimbing oleh Dr. Irni Rahmayani Johan, SP, MM dan Dr. Ir. Lilik Noor Yuliati, MFSA. Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen. Fakultas Ekologi Manusia. IPB University.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun