Manajemen keuangan adalah pondasi kesejahteraan keluarga, khususnya bagi keluarga dengan anak balita. Balita adalah istilah yang merujuk kepada anak-anak usia di bawah lima tahun (0-5 tahun). Dengan adanya anak balita, biaya hidup keluarga cenderung meningkat karena adanya kebutuhan tambahan.Â
Stabilitas finansial menjadi penting untuk memenuhi kebutuhan dasar anak tanpa mengorbankan kesejahteraan keluarga secara keseluruhan. Di era globalisasi dengan kemajuan teknologi, sebuah pemahaman yang mendalam tentang literasi keuangan adalah kunci membimbing keluarga dalam dunia keuangan yang kompleks. Orang tua perlu memiliki pengetahuan dan keterampilan tersebut. Dengan manajemen keuangan yang baik, keluarga dapat mengurangi stres finansial dan fokus untuk anak-anak (Kuswardinah 2017).
Manajemen sumber daya keluarga berperan penting dalam kehidupan keluarga, salah satunya untuk mencapai manajemen keuangan yang baik, karena melibatkan pengaturan sumber daya yang terbatas untuk meningkatkan kualitas hidupnya (Herawati et. al. 2015). Penerapan pengetahuan dalam manajemen sumber daya keluarga dapat memberikan manfaat dalam pengelolaan waktu dan kegiatan sehari-hari (Rohiman 2013).Â
Namun, sebelum menerapkan hal tersebut, keluarga perlu tahu terlebih dahulu mengenai siklus hidup keluarga. Siklus hidup keluarga adalah serangkain tahapan yang harus dijalani secara berurutan. Dalam setiap tahap, keluarga dihadapkan pada tugas perkembangan yang harus dipenuhi agar mencapai tahap perkembangan berikutnya. Menurut Duval (1971) ketika tugas perkembangan semua tahap terpenuhi, maka keluarga akan mencapai kesejahteraan keluarganya (Tyas et al. 2017).
Siklus hidup keluarga mencerminkan perubahan struktur dan karakteristik berdasarkan usia anggota keluarga, status ekonomi, dan peristiwa kehidupan. Penelitian tentang ini telah dilakukan di berbagai bidang, termasuk perilaku konsumen, kebutuhan perumahan, pariwisata, dan bisnis. Adapun tahapan dalam siklus hidup keluarga meliputi: (1) Beginning Family; (2) Childbearing Family; (3) Families with Preschoolers; (4) Families with School Children; (5) Families with Adolescents; (6) Launching Families; (7) Middle Age Families; (8) Aging Family. Keluarga dengan anak balita termasuk dalam tahap Families with Preschoolers. Orang tua dapat memaksimalkan potensi perkembangan otak anak melalui pendidikan dini serta melakukan manajemen keuangan yang baik untuk mencapai kesejahteraan keluarga.
Kesejahteraan keluarga dapat dilihat dari dua perspektif yaitu subjektif dan objektif. Perspektif subjektif melibatkan pandangan dan kepuasan individu dalam hidup, sedangkan perspektif objektif berkaitan dengan kesejahteraan secara aktual atau yang dapat diukur secara fisik dan juga finansial (Rosiana et al. 2023).Â
Sehubungan dengan hal tersebut, secara objektif masa balita adalah periode kritis dalam pertumbuhan dan perkembangan anak. Usia balita sering disebut sebagai "The Wonder Years" dan "The Golden Age" karena tingkat keingintahuan yang tinggi serta dinamika emosional yang kuat. Sebagai orang tua, perlu memahami dan memantau perkembangan anak secara rutin, hal tersebut menjadi penting untuk memastikan kesejahteraan serta pertumbuhan yang optimal.
Pada tahap perkembangan anak, khususnya usia balita, sangat memengaruhi dinamika manajemen keuangan keluarga. Hal ini terjadi karena kebutuhan pada usia balita cenderung meningkat, meliputi susu, popok, perawatan, kesehatan, dan pendidikan awal (Sodiq 2016). Mengenali tahapan ini penting untuk melakukan penyesuaian terhadap strategi manajemen keuangan keluarga dengan kebutuhan perkembangan anak.
Manajemen keuangan keluarga menurut Nofianti dan Denziana (2010) mencakup perencanaan, penganggaran, dan pengelolaan dana. Pengelolaan keuangan harus berfokus pada kebutuhan dan tujuan, bukan semata untuk menghindari pengeluaran besar atau menghemat uang (Resdiana dan Puspaningrum 2022). Saerang dan Maramis (2017) menekankan pentingnya membuat anggaran keuangan keluarga terlebih keluarga dalam tahapan memiliki seorang anak balita, seperti mencatat laporan keuangan sederhana untuk mengelola keuangan secara efektif.
Dalam melakukan manajemen keuangan, diperlukan pemahaman tentang literasi keuangan. Maka dari itu, peningkatan literasi keuangan di masyarakat menjadi fokus utama berbagai pihak, termasuk Bank Indonesia, OJK, dan perguruan tinggi. Program peningkatan literasi keuangan pada keluarga dengan anak balita perlu dilakukan secara masif dan berkelanjutan untuk memberantas ketidaktahuan masyarakat akan instrumen keuangan. Pentingnya literasi keuangan semakin terasa, terutama dalam situasi krisis keuangan yang dapat berdampak pada kompleksitas keuangan rumah tangga (Johnson dan Sherraden 2007).Â
Meskipun penelitian lain menunjukkan bahwa edukasi literasi keuangan belum tentu mengubah perilaku individu dalam mengelola keuangan. Momen krisis menjadi peluang untuk melakukan edukasi literasi keuangan pada keluarga dengan anak balita agar mereka dapat memperbaiki kemampuan pengelolaan keuangan.