Meski berusaha lupa:
Hati luka-lukaÂ
dan air mata seperti menjadi
hujan saat mengguyur
daun-daun kering yang melapuk
di ingatan.
"Seharusnya kau mati
Membusuk ditikam benci!" Umpatnya.
Kertas-kertas terurai dari tubuhnya
Lalu mengerucut di kepalan tangan
Serabutan arah ia lempar
Terhempaslah geram.
Lelah marah ia merebah
Dibiar kembali air mata mengalir
Perlahan dengan tabah.
-Sesenggukan belum sempurna sirna di setiap nafas.
Perempuan hujan terbaring
Menjemput pulas-
:Tidur,
Ingatan waktu yang terhenti,
sementara.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H