Baru saja Jakarta dikejutkan dengan ayunan tanah imbas gempa darat 5,6 M di Cianjur, Jawa Barat. Sabtu, 3/12/22 sekitar pkl 16.59 wib kembali dikejutkan dengan getaran dari gempa 6,4 M di Garut, Jawa Barat.
Secanggih apa pun teknologi hari ini, bencana menyapa seringkali tiba-tiba. Tsunami di Pandeglang silam misalnya, yang bahkan diawali simpang siur hingga divalidasi sebagai tsunami. Menjadi sebuah pelajaran kepada diri, jangan merasa aman tetapi juga bukan berarti paranoid.
Allah ta'ala berfirman,
"Apakah kamu merasa aman terhadap Allah yang (berkuasa) di langit bahwa Dia akan menjungkir balikkan bumi bersama kamu, sehingga dengan tiba-tiba bumi itu bergoncang?" (Q.s. Al-mulk: 16)
Ayat ini adalah ayat yang mengingatkan kelemahan kita sebagai manusia. Ikhtiar sosialisasi mitigasi dan teknologi tentu sah-sah saja, tapi jangan sampai lupa bahwa ada yang tetap saja bukan menjadi kuasa kita. Itu adalah amannya kita dari bencana.
Ayat ini sejatinya mengingatkan kita seperti nama surahnya, Al-Mulk, kepada Dzat yang Maha Berkuasa dan memiliki kerajaan langit dan bumi. Mengingatkan diri untuk setinggi-tingginya memohon perlindungan dan keamanan hanya kepada-Nya.
Allah ta'ala kembali mengingatkan:
"atau apakah kamu merasa aman terhadap Allah yang (berkuasa) di langit bahwa Dia akan mengirimkan badai yang berbatu. Maka kelak kamu akan mengetahui bagaimana (akibat mendustakan) peringatan-Ku?" (Q.s. Al-mulk: 17)
Ayat ini sebagaimana ayat sebelumnya berisi peringatan tentang kekuasaan Allah tabaraka wata'ala dan bagaimana seharusnya kita berserah dengan menjauhi hal-hal yang dilarang oleh-Nya. Sebagaimana akhir ayat, Allah ta'ala menjelaskan di antara akibat mendustakan peringatan-Nya yaitu Al-qur'an adalah perasaan tidak aman.
"Dan sesungguhnya orang-orang yang sebelum mereka telah mendustakan (rasul-rasul-Nya). Maka alangkah hebatnya kemurkaan-Ku." (Q.s. Al mulk:18)
Sungguh kita berduka dengan musibah, dan turut mendoakan serta membantu sebisa mungkin para korban. Tetapi ini juga momen kita muhasabah, tentang hubungan kita dengan Sang Pencipta. Karena memang kadang kita melihat musibah sebagai hukuman, tapi di balik itu musibah pun bagian dari kasih sayang Ar-rahman.