Ada kopi ada cerita, lain kopi lain cerita, tak ada kopi tak usah banyak cerita, ayo ngopi kita bercerita, sepenggal puisi tentang Kopi dari Bang Fikar W. Eda sambil menyeruput Kopi Panas membawa kembali kenangan tentang Tanoh Gayo, ada banyak cerita indah di Tanoh Gayo, kali ini saya tidak bercerita tentang kopi, tidak juga tentang danau lut tawar yang sudah sangat terkenal itu, cerita kali ini adalah tentang sebuah puncak bukit yang terletak di Desa Bies Kecamatan Bies Kabupaten Aceh Tengah yang bernama Puncak Melaya.
Puncak Melaya berada di ketinggian 2075 MDPL, masih sangat sedikit cerita tentang puncak bukit yang indah ini, cerita kami bermula dari sebuah penginapan di Kota Takengon yang bernama Penginapan Alfatih yang terletak di Jalan Yos Sudarso, Takengon. Setelah beristirahat satu malam di penginapan, kami putuskan keesokan harinya untuk mengeksplore Puncak Melaya.
Pagi pagi setelah sarapan kami keluar dari Penginapan, mengikuti Jalan Yos Sudarso menuju kearah Pasar Paya Ilang, kemudian mengambil jalan kearah jalan Takengon -- Angkup, pagi itu saya membawa motor dalam kecepatan rendah, menikmati udara pagi yang segar, melihat lalu lalang kendaraan dengan segala aktifitasnya. Prediksi dari Google Map dari Penginapan Alfatih ke Puncak Melaya akan memakan waktu selama 15 Menit dengan jarak tempuh hanya 7,3 KM saja, tentu jaraknya sangat dekat, tapi seperti biasa di setiap perjalanan pasti waktu tempuh yang kami butuhkan lebih dari itu, karena kami selalu menikmati perjalanan di setiap kilometernya.
Setelah menyusuri jalanan aspal tibalah kami memasuki jalanan tanah yang berbatu, jalur yang kami lalui melintasi hutan dengan pepohonan tinggi menjulang, memberikan nuansa rindang yang menenangkan, didepan kami terlihat perbukitan hijau yang megah, menyiratkan suasana pedesaan yang masih asri dan jauh dari hiruk pikuk perkotaan.
Perjalanan ini tidak mudah, memerlukan keterampilan mengendarai yang mumpuni, kondisi jalan yang tidak rata dan penuh dengan bebatuan. Medan ini cukup menantang, namun juga sekaligus menawarkan keindahan alam yang luar biasa. Setiap belokan dan tanjakan membawa petualang lebih dekat dengan alam, menyusuri rute yang mungkin hanya dilalui oleh sedikit orang.
Akhirnya tibalah kami di Puncak Melaya, dipuncak hanya ada kami berdua, tidak terlihat pengunjung yang lain. Dari puncak kami dapat melihat danau lut tawar dikejauhan yang dikelilingi oleh perbukitan yang indah, terlihat rumah rumah penduduk sangat padat ditepi danau lut tawar yang makin sedikit kearah kaki bukit ditempat kami berada, terlihat awan mendung menggantung di langit, pertanda hujan akan turun, menambah suasana hening dan misterius tempat ini.
Langit yang sedikit mendung tidak mengurangi keindahan panorama, justru memberikan efek dramatis pada lanskap ini. Bayangan awan yang bergerak perlahan-lahan di atas bukit menambah dinamika pada pemandangan ini, seolah-olah alam sedang menampilkan pertunjukan yang spektakuler bagi siapa saja yang beruntung berada di tempat ini.
Di Puncak Bukit terdapat bangku yang terbuat dari batang pohon, bangku yang sederhana dan apa adanya, benar benar alami tanpa poles apapun menambah suasana menyatu dengan alam, kami duduk sejenak di bangku itu, arahnya tepat menghadap ke danau lut tawar, merasakan setiap hembusan angin, menghirup udara segar dalam dalam untuk memenuhi rongga paru, menghirup segarnya udara tanpa polusi, menikmati setiap pandangan yang terhenti pada keindahan alam yang membentang sejauh mata memandang.