Keamanan pangan merupakan elemen vital dalam menjaga kesehatan. Makanan dan minuman yang kita konsumsi harus memenuhi kebutuhan gizi  dan bebas dari kontaminasi biologis, kimia, maupun fisik. Menurut data WHO tahun 2022, keamanan pangan, gizi, dan ketahanan pangan memiliki hubungan erat yang tidak terpisahkan. Diperkirakan 600 juta orang, atau hampir 1 dari 10 orang di dunia, jatuh sakit setiap tahunnya akibat mengonsumsi makanan yang terkontaminasi, dan 420.000 orang meninggal karenanya. Ini menyebabkan hilangnya 33 juta tahun hidup sehat (DALYs).
Di negara berpendapatan rendah dan menengah, pangan yang tidak aman menyebabkan kerugian hingga US$ 110 miliar setiap tahunnya dalam bentuk produktivitas yang hilang dan biaya pengobatan. Anak-anak di bawah usia 5 tahun menanggung 40% beban penyakit bawaan makanan, dengan 125.000 kematian setiap tahunnya. Penyakit ini tidak hanya berdampak pada kesehatan individu, tetapi juga menghambat pembangunan sosio-ekonomi, membebani sistem layanan kesehatan, serta merugikan perekonomian nasional, pariwisata, dan perdagangan.
Kita mungkin pernah menemukan kerikil kecil, rambut, staples, atau karet gelang dalam makanan. Hal-hal ini tentunya membahayakan kesehatan. Oleh karena itu, penting untuk memastikan bahwa makanan dan minuman yang kita konsumsi bebas dari segala jenis cemaran dan kontaminasi bahan berbahaya. Secara visual, kita bisa mengidentifikasi makanan yang terkontaminasi dengan melihat benda asing atau apakah makanan dihinggapi lalat. Aroma juga bisa membantu memastikan kesegaran makanan. Namun, untuk kontaminasi kimia, diperlukan pemeriksaan laboratorium untuk memastikan makanan bebas dari bahan pengawet berbahaya.
Tim dari BPOM atau Dinas Kesehatan sering melakukan inspeksi dan mengambil sampel makanan secara acak untuk memeriksa keamanannya. Namun, tidak mungkin 100% makanan yang beredar bisa termonitor oleh pemerintah. Oleh karena itu, peran kita sebagai warga negara sangat penting dalam mendukung keamanan pangan.
Sebagai penjual makanan, kita harus memastikan makanan yang dijual dalam keadaan baik dan bebas dari cemaran. Sebagai petani, kita harus menggunakan pupuk dalam pertanian sesuai dengan ketentuan yang dipersyaratkan. Peternak harus memastikan pakan ternak bergizi baik dan bebas dari bahan berbahaya yang dapat mempengaruhi kesehatan konsumen. Nelayan harus memastikan pengawetan ikan tanpa menggunakan bahan berbahaya. Sebagai konsumen, kita harus jeli dalam memilih makanan, memperhatikan kandungan gizi, dan menilai kemungkinan kontaminasi. Semua pihak dapat berkontribusi dalam keamanan pangan.
Kerjasama yang baik antara pemerintah, produsen, dan konsumen diperlukan untuk memastikan keamanan pangan dan memperkuat sistem pangan. Akses terhadap makanan yang aman dan bergizi dalam jumlah yang cukup adalah kunci untuk mempertahankan kehidupan dan meningkatkan kesehatan. Makanan yang tidak aman, yang mengandung bakteri, virus, parasit, atau bahan kimia berbahaya, dapat menyebabkan berbagai penyakit, mulai dari diare hingga kanker. Hal ini menciptakan lingkaran setan penyakit dan kekurangan gizi, terutama pada bayi, anak kecil, orang lanjut usia, dan orang sakit.
Kasus keracunan massal yang dilaporkan di media massa menunjukkan bahwa makanan yang terkontaminasi dapat menyebabkan keracunan akut atau penyakit jangka panjang. Kontaminasi bahan kimia bisa menyebabkan penyakit jangka panjang, seperti kanker. Banyak penyakit bawaan makanan dapat menyebabkan kecacatan dan kematian jangka panjang.
Beban penyakit ini terhadap kesehatan masyarakat dan perekonomian sering diremehkan karena kurangnya pelaporan dan kesulitan menentukan hubungan sebab akibat antara kontaminasi makanan dan penyakit atau kematian yang diakibatkannya. Mari kita lebih peduli dengan memperhatikan makanan yang kita konsumsi untuk kesehatan yang lebih baik di masa depan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H