Mohon tunggu...
Azwa Safrina
Azwa Safrina Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa Ilmu Komunikasi, Universitas Negeri Surabaya

sejak duduk di bangku perkuliahan saya lebih sering aktif menulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Strawberry Generation Jadi Proyeksi Rasa Iri Terhadap Generasi Z, Emang Iya?

29 Desember 2023   20:42 Diperbarui: 29 Desember 2023   21:05 232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dewasa ini banyak sekali sorotan dari media maupun publik yang membicarakan terkait generasi Z. Mulai dari karakter, keunikan, peran mereka bagi bangsa ke depan, hingga muncul berbagai pelabelan yang ditujukan kepada generasi Z. Salah satunya label 'strawberry generation'

Strawberry generation mulai dipopulerkan di Indonesia oleh seorang pendidik sebagai guru besar Ilmu Manajemen di Universitas Indonesia, praktisi bisnis, sekaligus penulis buku 'Strawberry Generation', Prof. Rhenald Kasali. 

Beliau menyatakan bahwa istilah tersebut ditujukan pada sebagian generasi baru yang lunak seperti buah strawberry. Pemilihan buah strawberry untuk penyebutan generasi baru ini juga karena buah strawberry itu tampak indah dan eksotis, tetapi begitu dipijak atau ditekan ia akan mudah sekali hancur.

Menurut Prof. Rhenald Kasali dalam bukunya dan dalam salah satu kesempatan kuliah online melalui streaming youtubenya, strawberry generation adalah generasi yang penuh dengan gagasan kreatif, tetapi mudah menyerah dan gampang sakit hati. Definisi ini dapat kita lihat melalui laman-laman media sosial. Begitu banyak gagasan- gagasan kreatif yang dilahirkan oleh anak-anak muda, sekaligus pula juga tidak kalah banyak cuitan resah penggambaran suasana hati yang dirasakan oleh mereka.

Namun, apakah para generasi Z sendiri setuju bahwa mereka di cap sebagai strawberry generation?

Penulis berkesempatan untuk berbincang dengan salah satu gen Z bernama Keisha, seorang mahasiswa Ilmu Komunikasi Universita Negeri Surabaya dan presenter TV Liputan 6 Jawa Timur sejak muda. Menurutnya munculnya terminologi gen Z sebagai strawberry generation tersebut pasti berasal dari suatu latar belakang tertentu. Tetapi, tidak bisa dipungkiri jika tekanan yang dihadapi generasi z saat ini juga sangatlah tinggi.

"Kita juga merupakan generasi yang pressure-nya tinggi banget. Mulai dari inflasi naik, ekspektasi hidup semakin besar, persaingan semakin tinggi, tapi dari yang aku lihat bahwasanya anak-anak gen z ini enggak menyerah untuk kehidupan mereka dan mereka juga enggak akan menghilangkan jati dirinya demi memenuhi hal-hal ekspektasi sosial," ujar Keisha.

Selain itu, hal lain yang membedakan generasi z dengan generasi lain di atasnya yakni adanya banyak opsi yang ditawarkan untuk generasi z. Jika generasi X terbiasa untuk lebih memprioritaskan orang lain dibandingkan dirinya, seperti segala sesuatu harus disesuaikan dengan kemampuan keluarga, tuntutan keluarga dan lain sebagainya sehingga menyebabkan mereka tidak memiliki opsi lain.

Berbeda dengan generasi z dimana mereka dapat menentukan nasib dan pilihan atas hidupnya sendiri. Maka dari itu, menurut Keisha dengan adanya istilah 'strawberry generation' tersebut secara tidak langsung memproyeksikan rasa iri atau keinginan generasi sebelumnya akan kemudahan dan keuntungan yang didapat oleh generasi z.

"Jadi mungkin itu berangkat dari lack of awareness, ketidakpahaman atau gap generasi karena setiap generasi pasti akan melakukan (komparasi atau mebandingkan) hal yang sama dan itu terbukti dalam society. Aku juga pernah baca di sebuah buku bahwa kita itu pasti akan punya misunderstanding sama generasi lain, salah satunya strawberry generation itu. Jadi enggak bisa digeneralisir kalau semua generasi z adalah strawberry generation," pungkas Keisha.

Wanita 20 tahun tersebut juga menambahkan bahwasanya label strawberry generation tersebut pasti juga bisa dimiliki oleh generasi lain karena orang dengan karakter strawberry generation pasti ditemukan juga pada setiap generasi.

"menurutku label itu bisa diterapkan lebih ke arah individual karena orang mau umur berapapun bisa aja dia punya watak atau karakter strawberry generation. Jadi, enggak fair kalau kita cuma menujukannya ke generasi z ajak arena di generasi zpun kita punya banyak orang-orang hebat. Salah satu contohnya Greta Tandberg, dia aktivis lingkungan dan influence global. Ya, semua generasi pasti punya treasurenya sendiri lah," tambahnya.

Strawberry Generation Produk Hasil Strawberry Parents

Jika kita menilik kembali pemaparan Rhenald Kasali, dirinya menyatakan bahwa strawberry generation juga merupkan hasil produk dari didikan strawberry parents. Strawberry Parents ini meliputi cara orang tua yang terlalu memanjakan sang anak. Mereka memberikan bermacam hal yang seharusnya belum pantas untuk didapatkan oleh anak-anaknya.

"Ada orang tua yang memberikan fasilitas yang berlebihan kepada anak-anaknya. Ada yang memberikan ajudan, asisten, driver, beragam hal yang seharusnya belum didapatkan anak-anaknya," ujar Rhenald melalui video di kanal Youtubenya.

Mengutip kata-kata Frederick Douglass, seorang pakar sosial yang pernah mengatakan, "it is easier to build strong children than fix broken men". Dapat diartikan bahwa lebih mudah untuk membentuk anak-anak atau generasi muda yang kuat daripada memperbaiki orang dewasa yang sudah 'rusak'. Sementara, generasi stroberi bukanlah generasi yang bisa diandalkan di masa depan. Namun, pola asuh Strawberry Parents ini harus diubah.

Menurut Rhenald ada beberapa cara yang dapat diterapkan orang tua agar tidak terjerumus ke dalam strawberry parents.

Jangan membiarkan anak memiliki victim mentality. Jangan membiarkan anak tidak mau bertanggung jawab atas kehidupannya atau selalu merasa mejadi korban.

Mengajarkan rasa bersalah dengan benar. Ketika anak-anak melakukan kesalahan maka orang tua harus berani mengatakan bahwa mereka salah. Sebab hal tersebut dapat menjadikan anak menjadi sosok yang kuat.

Jangan menjadikan anak sebagai pusat perhatian dengan menyebut anak sebagai 'princess', 'smart', dan lainnya karena dengan pujian yang berlebihan dapat membuat anak merasa dilayani dan dimanjakan.

Ajari anak-anak memiliki rasa takut. Entah takut kepada Tuhan, takut melakukan kejahatan, menyakiti orang lain, menghadapi hukum, dan menghadapi hal-hal yang tidak benar di kemudian hari. Tetapi, jangan selimuti mereka dengan rasa khawatir.

Jangan melayani anak seperti bos. Anak-anak harus bisa mandiri dalam menjalankan atau mengerjakan sesuatu dan menjadi apa yang mereka inginkan. Ajak anak untuk ikut dalam mengambil keputusan, berdiskusi menentukan tempat dan lain sebagainya.

Isu Mental Health Jadi Pemicu Lahir Strawberry Generation

Tidak sependapat dengan Rhenald, salah seorang dosen Ilmu Komunikasi di Universitas Negeri Surabaya dan sebagai Lembaga Penelitian dan Pengembangan Aisyiyyah (LPPA) Pimpinan Wilayah Aisyiyah Jawa Timur, Putri Aisyiyah berpendapat bahwasanya tidak sepenuhnya generasi stroberi lahir dari pola asuh strawberry parents. 

Melainkan, saat ini semakin tingginya literasi masyarakat terkait mental health sehingga menjadikan sikap permisif orang tua terhadap budaya verbal abuse atau physical abuse tersebut semakin tidak diterima dalam masyarakat kita. Oleh karena itu menjadikan adanya perbedaan cara pandang antar generasi terhadap budaya yang semakin cenderung mentolelir budaya 'kekerasan' tersebut.

"Contohnya saya sebagai generasi milineal dimana saya dibesarkan dengan cara yang keras. Misalnya masih sering kalau enggak ngerjain Pekerjaan Rumah (PR) dipukul pakai sapu lidi, dibentak, dan lain sebagainya. Namun, saat ini generasi milineal dituntut untuk menerapkan pola yang berbeda. Sekarang banyak orang dari internet yang membicarakan bagaimana cara mendidik anak, enggak boleh marah-marah, memaksa, memukul, verbal abuse, dan lain sebagainya sehingga menjadikan adanya gap atau perbedaan pandangan tentang generasi saat ini lebih lemah daripada generasi sebelumnya," jelas Putri.

Ditambah lagi, dengan kehadiran teknologi yang semakin memadai dimana saat ini semua orang dapat dengan mudahnya mencurahkan perasaan atau isi hatinya lewat media sosial yang dapat dilihat oleh semua orang. Kemudian, ada pihak lain yang akan saling memberikan support setelah membaca curhatan orang tersebut. Hal tersebut termasuk salah satu poin positif dari perkembangan teknologi. Dibandingkan dahulu seseorang hanya bisa menuangkan emosi dan perasaannya melalui buku diari dan hanya disimpan pribadi. 

"Kalau dulu zaman saya hanya bisa meluapkan emosi dan perasaan lewat buku diari aja, tapi sekarang dengan adanya media sosial setiap orang memposting sesuatu tentang perasaannya bisa dilihat oleh semua orang. Jadi, generasi sekarang bisa jauh lebih berani untuk speak up," ujar Putri.

Di sisi lain, masih banyak generasi z yang menggunakan media sosial hanya sebagai ajang pamer, seperti outfit of the day (OOTD), tempat wisata healing, makan di restoran mahal, dan lainnya. Hal-hal tersebut menjadi pemicu generasi z untuk bisa mencapai standar kehidupan yang dianggap ideal. Maka dari itu, sebagai generasi z juga harus mempunyai kesadaran bahwa menjalankan segala sesuatu sesuai dengan kemampuan dan kebahagiaan diri sendiri jauh lebih penting daripada memenuhi standar ekspektasi yang dibentuk oleh masyarakat.

Reporter: Azwa Safrina   

 

DAFTAR PUSTAKA

Kasali, Rhenald. 2022. Tahu Engga Healing Itu Dibutuhkan Siapa?. Youtube @Rhenald Kasali. https://www.youtube.com/watch?v=jN_1zycaTNM

Kasali, Rhenald. 2023. Orangtua Gemar Intervensi: Kesulitan Anak Jadi Masalah Mereka. Youtube @Rhenald Kasali. https://www.youtube.com/watch?v=UExDaqERQuo

Narasi. 2022. Setuju atau Enggak, Generasi Stroberi adalah Generasi Z?. Youtube @Narasi. https://www.youtube.com/watch?v=txzESZM-xZI

Prihatina, Ratih. 2022. Generasi Strawberry, Generasi Kreatif Nan Rapuh dan Peran Mereka di Dunia Kerja Saat Ini. Djkn.kemenkue.go.id. https://www.djkn.kemenkeu.go.id/kpknl-pekalongan/baca-artikel/14811/Generasi-%20Strawberry-Generasi-Kreatif-Nan-Rapuh-dan-Peran-Mereka-Di-Dunia-Kerja-SaatIni.html

Hotmanian, Murlan. 2023. Begini Cara Cegah Agar Anak Tak Menjadi Strawberry Generation Menurut Rhenald Kasali, Orangtua Wajib Tahu!. Nongkrong.co. https://www.nongkrong.co/lifestyle/4317702063/begini-cara-cegah-agar-anak-tak-menjadi-strawberry-generation-menurut-rhenald-kasali-orangtua-wajib-tahu

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun