Mohon tunggu...
Azwar Sutan Malaka
Azwar Sutan Malaka Mohon Tunggu... Penulis - Kompasianer

Kompasianer

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Politik Anak Muda di Pilkada 2020

29 Juli 2020   11:15 Diperbarui: 10 Maret 2021   10:31 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik Milennial. Sumber Foto: Kompas.com

Di negara demokrasi ini, pada dasarnya anak-anak muda memiliki kesempatan yang sama untuk berperan dalam dunia politik. Atas dasar itulah, pada musim pemilihan kepala daerah serentak tahun 2020 ini bermunculan calon-calon kepala daerah yang berusia muda.

Jika kita lihat ke belakang, sejarah kemerdekan bangsa bernama Indonesia ini pun tidak luput dari campur tangan anak-anak muda. Sekadar menyebut beberapa nama Bung Karno, Bung Hatta, Tan Malaka, Sutan Syahrir dan sederet nama pejuang lainnya memulai cita-cita memerdekakan republik ini ketika mereka masih muda.

Lantas, ketika sudah 70 tahun lebih Indonesia merdeka, mengapa keberadaan anak-anak muda di ranah politik ini masih diragukan? 

Bukankah bukan hal baru anak-anak muda di dunia politik? Bukankah sudah seharusnya panggung politik itu juga diisi oleh anak-anak muda yang penuh semangat perjuangan dan idealisme untuk melanjutkan perjuangan mengisi kemerdekaan ini?

Sejatinya tidak ada yang meragukan peran anak muda di panggung politik Indonesia, baik di tingkat lokal maupun nasional. Namun barangkali yang seharusnya dipertanyakan adalah bagaimana kesiapan anak-anak muda tersebut terjun ke dunia politik.

Politik bukan mainan, politik bukan tempat uji coba, dan politik bukan juga tempat unjuk kuasa orang tuanya. Politik adalah jalan bagi pengabdian untuk bangsa dan negara. 

Politik adalah pintu untuk berpartisipasi untuk mengumandangkan Indonesia Raya di dunia. Oleh sebab itu untuk terjun ke dunia politik butuh bekal pengetahuan, butuh keterampilan, politik membutuhkan niat yang baik sebagai jalan pengabdian.

Jika anak-anak muda seperti Gibran Rakabuming yang akan maju menjadi Cawalkot Solo, Hanindhito Himawan Pramana yang akan maju sebagai Cawalkot Kediri, Pilar Saga Ichsan yang akan maju sebagai Calon Wakil Walikota Tangerang Selatan, atau Faldo Maldini yang sedang berjuang menjadi Bakal Calon Gubernur Sumatera Barat, hal ini adalah hak politik mereka.

Namun sebagaimana pertanyaan di atas, perlu dipertanyakan apakah mereka sudah memiliki bekal untuk terjun ke dunia politik? Seberapa modal sosial yang mereka punya sehingga berani memiliki politik sebagai jalan pengabdian dan pilihan hidup mereka? Jika pilihan terjun ke dunia politik adalah pilihan suci untuk mengabdi, hal itu perlu diapresiasi. Karena memang, politik Indonesia butuh anak-anak muda yang berprestasi, anak-anak muda yang menyadari pilihan mereka untuk mengabdi.

Tapi jika terjun ke dunia politik untuk tujuan lain, misalnya melanggengkan dinasti politik keluarga, mencari popularitas melalui dunia politik, mengeruk kekayaan negara, atau hanya untuk sekadar coba-coba saja, sebaiknya anak-anak muda yang berpikiran seperti itu tidak perlu  membuat semakin kotor panggung politik Indonesia.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun