Judul           : Cinta Seribu Nyawa
Penulis         : Azwar Sutan Malaka
Penerbit        : Kekata Publisher
Terbitan        : Pertama, Oktober 2017
Tebal           : vii + 182 Halaman
Karya sastra kadang tidak sesederhana teori-teori di dalam kelas atau di atas meja saja. Walaupun karya fiksi adalah rekaan atau berakar dari imajinasi pengarangnya, namun ia mampu mengabadikan realitas yang ada.
Inilah yang terjadi pada Novel Cinta Seribu Nyawa yang saya tulis. Bagi saya Gempa yang terjadi di beberapa daerah di Sumatera Barat pada tanggal 30 September 2009 adalah peristiwa yang sangat berkesan. Selain merenggut jiwa banyak masyarakat waktu itu, gempa di penghujung September itu meluluhlantakkan perekonomian Sumatera Barat.
Di balik itu, bencana tersebut juga menguji solidaritas masyarakat Sumatera Barat, baik yang di daerah maupun yang berada di rantau. Bencana itu seolah mengingatkan masyarakat Minangkabau akan tanah tumpah darah mereka.
Baiklah..., saya tidak akan bicara panjang tentang Gempa 30 September 2009 itu. Tapi saya akan membagi kenangan saya atas peristiwa itu melalui sebuah novel. Novel yang saya beri judul Cinta Seribu Nyawa ini memang tidak berkisah seutuhnya tentang bencana itu, akan tetapi saya mengambil latar peristiwa itu untuk membuat klimaks dalam cerita saya.
Tersebutlah seorang perempuan muda bernama Mahatanri Narisha, dia adalah wartawan muda di Jakarta yang jatuh cinta pada seniornya Sutan Alamsyah. Alam, wartawan yang sedang naik daun itu memang mempesona banyak orang, bukan karena ketampanannya, bukan karena kekayaannya, akan tetapi dia memang lelaki yang punya idealisme, memiliki integritas, bisa diandalkan dalam pekerjaan, dan tentunya bisa diandalkan untuk calon pasangan hidup. Begitu setidaknya panangan Narisha terhadap Alam.
Ketika berada dalam masa-masa yang baik dalam kariernya itu, Alam memutuskan untuk mengundurkan diri. Bukan karena persoalan di kantor sebenarnya, akan tetapi karena ia memutuskan untuk merawat Ibunya di kampung halamannya. Awalnya berat baginya untuk memutuskan meninggalkan Jakarta dengan segala mimpi yang dijanjikan Ibukota ini. Namun cinta memanggil-manggilnya untuk pulang.