"Kenapa tidak?"
"Kau tahu bahwa ia adalah..."
"Mantanmu?"
Laki-laki itu diam. Tertunduk di sisi ruangan. Sementara sekelompok orang telah siap-siap menjalankan tugas mereka. Ia tak sanggup. Cinta masih ada di relung jiwanya. Ia berlari meninggalkan ruangan.
"Kau mau kemana?"
Laki-laki itu menyeruak, orang-orang yang sudah siap menerima perintah selanjutnya. Ia berlari.
"Kejar..., bawa kembali hidup atau mati...!"
Perintah itu adalah takdirnya. Laki-laki yang beberapa waktu adalah anak buahnya, menghujamkan belati pada punggungnya. Itu takdirnya, tapi ia ingin takdir belahan jiwanya selamat karenanya.
Tapi malam itu, ia terlambat. Persis ketika dia sampai pada tempat yang dituju. Bom meledak di dalam tempat itu. (asm)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H