Sesampai di Bukittinggi, Narisha tahu ternyata Alam pulang ke kampung halamannya untuk merawat Ibunya yang sedang sakit. Alam anak tunggal dalam keluarganya, sementara Ayahnya sudah duluan meninggal dunia. Ibunya yang sebatangkara itu selama Alam di Jakarta dirawat oleh Alia, janda beranak satu yang merupakan mantan pacar Alam.
Narisha ternyata memiliki batas perasaan juga, betapapun dia jatuh cinta, akhirnya rasa putus asa membawanya kembali ke Jakarta. Alia sadar Narisha sangat mencintai Alam, dia menolak pinangan Alam. Tapi Alam sudah bulat tekadnya untuk menikahi Alia demi Ibunya.
Alia akhirnya pasrah tapi dia menyampaikan syarat mau dinikahi Alam asalkan Alam sudah menikahi Narisha terlebih dahulu. Alam menyusul Narisha ke Padang untuk menyampaikan perasaannya yang sebenarnya bahwa dia juga mencintai Narisha. Tapi Alam terlambat, karena Narisha menjadi korban gempa 30 September 2009.
Pada kesempatan yang sama, Laras Sekar Seruni yang sudah menulis dua buku tunggal dan 44 buku antologi bersama ini menceritakan proses kreatifnya dalam menulis. Laras, begitu alumni UIN Jakarta itu dipanggil juga memotovasi peserta untuk terus menulis.
"Meminjam istilah Pramoedya Ananta Toer, menulis adalah kerja untuk keabadian, jadi kalau ingin abadi maka menulislah," begitu pesan Laras pada peserta acara itu.
Lebih jauh Laras menyampaikan banyak hal terkait proses kreatif menulis dan juga industri buku saat ini. Laras bahkan menyinggung proses penerbitan buku fiksi secara indie dan juga secara mayor. Menurut Laras, kedua proses penerbitan itu ada untung dan ruginya. Persoalannya bukan pada proses penerbitannya, yang penting itu adalah proses menuliskan karya itu. (asm)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H