Kata Si Dullah,
"Jika ada tangga menuju langit, maka sekarang juga akan kutiti.Â
Mencari Tuhan yang sedang bersemayam di atas Arsy.Â
Meminta kuasa Mu yang maha membolak-balikkan hati,Â
takhlukkan si perempuan bermata jeli."
Ah..., jangan pencecut Dullah,Â
sampaikanlah padanya yang kau cinta,
jangan berharap Tuhan yang menyampaikan salammu padanya.
Katamu lagi Dullah,
"Demi Tuhan yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa,Â
bantu aku mengemasi kepingan hati yang remuk redam ini.
Karena dia yang pipinya kemerah-merahan, yang merona merah meskipun hujan."
Pengecut kau Dullah.
Masalah cinta saja merengek-rengek pada Yang Kuasa!
Tak kau dengar kata-kata temanmu ini.
kau masih saja meratap memilukan hati.
"Tundukkan dia Tuhan,Â
pada Mu yang menguasai hati.Â
Bantu aku Tuhan membuat halal segala yang dimimpi."
Dullah, ketahuilah, cinta tidak bisa terbaca jika tidak ditulis,
ia tidak terdengar bila tak dikata,Â
sementara kau tak menulis dan tak jua mengata.
Dullah.., O Dullah...
Tak ada hasil untuk yang tidak berusaha.Â
Tak ada menuai bagi yang tiada menanam.
Matilah kau menjadi lapuk.
Tak berguna menyesali nasib,Â
karena Tuhan tidak akan mengubah nasibmu,Â
jika kau sendiri tak mengubahnya.
Jakarta / Oktober 2017
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H