Pertimbangan ekonomi juga sering diseret ke dalam polemik ini. Pasar global diperkirakan membutuhkan banyak biaya bagi perusahaan dan pengusaha untuk kegiatan jasa penerjemahan. Jasa penerjemahan memang tidaklah murah terlebih dalam skala industri. Namun di sisi lain, bahasa juga memikat pembeli. Pembeli lebih tertarik pada produk yang informasinya tersedia dalam bahasa pembeli.Â
Selain itu, dalam timbangan human capital theory, bahasa justru mampu menjadi nilai lebih bagi seseorang untuk meningkatkan kontribusi dalam hal produktivitas. Banyak bidang yang bisa disasar oleh kemampuan bahasa ini seperti pariwisata, seni budaya, dan industri kreatif lokal. Perhatian terhadap bahasa lokal meningkatkan kepercayaan diri dari komunitas tersebut untuk menghasilkan produk dan terlibat dalam transaksi global.Â
Green Movement dan Preservasi Bahasa dan Budaya Lokal
Media sosial yang menjembatani interaksi global juga menumbuhkan kesadaran terhadap gerakan kesadaran baru; gerakan sadar keberagaman misalnya. Isu kepunahan bahasa dan budaya lokal akan menjadi perhatian masyarakat global sama menariknya dengan isu lingkungan hidup dan dan keanekaragaman hayati. Gerakan yang mengusung slogan green movement ini menyasar kesadaran publik akan pentingnya warisan biologis dari semua domain, termasuk di antaranya bahasa dan budaya lokal.Â
Keanekaragaman hayati adalah hal mutlak dijaga bagi seluruh penghuni bumi untuk mempertahankan ekosistem. Ekosistem sendiri dipahami sebagai sistem yang mengatur interaksi seluruh organisme hidup dengan memperhatikan faktor fisik dan kimiawi dari lingkungan sekitar mereka.Â
Demikian pula dalam ekosistem budaya, dalam lingkup yang lebih kecil, yang mengatur hubungan struktur dan organisasi tiap-tiap komunitas budaya dalam lingkup lingkungan interaksi mereka masing-masing.Â
Keanekaragaman juga merupakan faktor utama dari kemampuan evolusi suatu makhluk. Proses evolusi berperan dalam adaptasi makhluk di lingkungan hidup berbeda untuk kepentingan bertahan hidup. Dalam konteks ekosistem budaya, semakin beragam budaya yang ada maka semakin kuat potensi komunitas itu untuk menjaga eksistensinya.Â
Hal ini juga dikonfirmasi pada kajian ekologi bahasa. Keanekaragaman dianggap berkorelasi dengan stabilitas ekosistem. Dalam artian, kemampuan manusia menciptakan begitu banyak ragam budaya sangat membantu kemampuan bertahan hidup di segala medan dan kondisi lingkungan.Â
Komunitas lokal yang hidup di cuaca ekstrim kutub atau suku dalam yang mendiami hutan tentunya mewariskan pengetahuan tentang bagaimana manusia mampu menghadapi dan bertahan dalam kondisi lingkungan tersebut.Â
Hilangnya komunitas tersebut serta praktek bahasa dan budayanya berarti hilangnya warisan pengetahuan yang berharga yang mampu digunakan manusia untuk merekayasa lingkungan. Dalam lingkup kecil saja, wafatnya seorang penulis akan berakibat hilangnya warisan pemikiran yang menjadi corak khas penulis tersebut. Adakah penulis sekarang yang mampu mengadaptasi ciri intelektual penulis sekelas Mohammad Hatta, Chairil Anwar, atau Buya HAMKA?Â
Identitas melekat pada ekspresi berbahasa seseorang. Entah itu ditilik lewat dialek maupun logat namun pengetahuan bahasa seseorang merangkum seluruh pandangan yang ditampung pikirannya. Sehingga seringkali dikatakan bahwa ungkapan seseorang merupakan cerminan isi pikirannya.Â