Mohon tunggu...
Azwar Abidin
Azwar Abidin Mohon Tunggu... Dosen - A humble, yet open-minded wordsmith.

Faculty Member at FTIK, State Islamic Institute of Kendari. Likes Reading, Drinks Coffee.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Razia Buku, Vandalisme terhadap Monumen Peradaban Manusia

6 Agustus 2019   12:42 Diperbarui: 6 Agustus 2019   16:55 638
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber ilustrasi: diolah dari Unsplash

Tidak heran bila Geraldine Brooks, dalam novelnya People of the Book, menyamakan penyitaan buku sebagai kuburan massal hasil genosida umat manusia. Bahkan, hal itu disebut sebagai penistaan atas nama para leluhur. Lembaran buku dianggap sebagai monumen atau nisan bagi mereka yang menulis sehingga merobek dan membakar lembaran itu merupakan tindakan vandalisme atas monumen ingatan positif terhadap mereka.

Islam, seperti disebut Brooks dalam novelnya, justru pernah menjadi angin segar bagi peradaban barat ketika kaum Ortodoks Kristen mempersekusi kaum Yahudi di Eropa. Saat itu, Islam begitu menjanjikan dengan Sains dan Puisi di mana buku menjadi utusan ilahiah para pengkhotbah ketenteraman.

Bentang sejarah berdarah konflik umat manusia pun mencatat buku yang selalu selamat dari maha bencana itu. Sebab buku menandai sebuah komunitas yang toleran dan buku selalu menjadi penopang komunitas yang beradab dan mencintai peradaban.

Senada dengan itu, John Green mengandaikan lembaran buku pada The Fault In Our Stars-nya sebagai halaman hidup seseorang. Setiap kejadian diceritakan dengan penuh penghayatan; sesuatu yang sering diabaikan dalam perilaku sadar kita sehari-hari.

Buku memungkinkan kehidupan seseorang akan terus dibaca dan direnungkan meski kehidupan itu sendiri telah berakhir. Lembaran buku bukan hanya bentangan layar yang menggambarkan kehidupan namun juga menjadi cermin bagi setiap pembacanya.

Sang Pencuri Buku (The Book Thief) yang diilustrasikan oleh Markus Zusak pun dianggap begitu istimewa karena semangatnya begitu besar memeluk dunia yang pada kesehariannya tidak lebih dari mimpi menakutkan. Para penggenggam asa, di tengah konflik berdarah yang seperti sudah menjadi naluri bagi setiap orang, merupakan harapan baru untuk kehidupan yang nantinya akan kita wariskan. 

Buku memiliki dunianya sendiri, dunia ideal yang dibayangkan oleh penulisnya. Baik maupun buruk semua dituntaskan lewat untaian kata. Sang Pencuri Buku dengan demikian merupakan pembawa obor yang mesti kita semua muluskan lintasannya.

Lucy Maud Montgomery pun lewat Anne of Green Gables-nya menyentil kita terhadap hal yang satu ini. Dalam novelnya itu, ia menuturkan bahwa Bunga Mawar, yang ditulis dengan rangkaian abjad berbeda di tiap bahasa, bau manisnya itu seakan dapat kita inderai begitu kita mendengar namanya. Namun mungkin juga hal itu karena tendensi kita menamai sesuatu yang kita sukai dengan nama indah dan cantik. 

Andai saja nama Bunga Mawar itu kita ganti dengan nama lain Bangkai, misalnya, yang kita asosiasikan dengan sesuatu yang menyulut ingatan akan pengalaman buruk, tentu pengalaman pembacaan kita akan terasa berbeda.

Phobia Buku dan Ketakutan Kita Terhadap Nilai Kejujuran
Buku menyajikan suatu perspektif; cara kita memandang suatu peristiwa yang direkamnya. Dalam pertarungan ideologi, buku adalah amunisi mutlak.

Warisan cerita sejarah yang dituturkan oleh para tetua akan mudah dikalahkan oleh mereka yang menggenggam pena. Sebab tuturan mengharuskan sanad antar penutur dan pendengar. Hal itu dihiraukan oleh buku; tiap-tiap yang berkenan untuk mengulik lembarannya harus bersedia dilantik menjadi pewaris khazanah yang ditemukannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun