Mohon tunggu...
AZWAN FAISAL
AZWAN FAISAL Mohon Tunggu... Mahasiswa - MAHASISWA

MAHASISWA

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Analisis Potensi yang Mungkin Muncul Apabila Seluruh Mahasiswa Universitas Malikussaleh Menerapkan Lima Pilar Kemalikussalehan

4 Desember 2024   10:10 Diperbarui: 5 Desember 2024   11:23 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Peresmian Museum Islam Samudra Pasai(sumber: kamera penulis) 

Jejak Sejarah Kemalikussalehan berdasarkan kunjungan penulis ke Museum Islam Samudra Pasai:

Malikussaleh merupakan raja kerajaan Islam pertama di Aceh menjadi ikon peradaban masyarakat yang adil sejalan dengan konsep syariah. Kesultanan Malikussaleh, sering disebut kerajaan Samudera Pasai  dibentuk oleh Meurah Silu sebagai raja Pasai pertama dengan gelar Sultan Malik Al Saleh (659-688 H/1261-1289 M).  

Kerajaan yang diwariskan Malikussaleh ini berakhir ketika Sultan Zainal Abidin Malikul Zahir (Sultan ke-16 sebagai sultan terakhir) setelah diserang oleh Portugis, kemudian ditawan di Malaka (918-930 H/1511-1523 M). Putri Sultan Malikussaleh menikah dengan Sultan Kerajaan Aceh ke-13 Sultan Alaidin Riayatsyah Al-Qahar. Atas penikahan ini Kesultanan Malikussaleh menyatukan diri dengan kerajaan Aceh Darussalam.

Berdasarkan kunjungan penulis, Museum ini menyimpan berbagai artefak dan bukti-bukti arkeologis yang menggambarkan sejarah, budaya, dan kehidupan masyarakat pada masa Samudra Pasai, termasuk kemungkinan bukti tentang kehidupan tokoh-tokoh besar dan tempat-tempat yang terkait dengan sejarah kerajaan tersebut.

Berikut adalah Sultan maupun sultanah yang memimpin Kerajaan samudra pasai:

1. Sultan Malik al-Shalih (?-1297)

2. Sultan Muhammad Malik al-Zahir (1297-1326)

3. Sultan Mahmud Malik al-Zahir (1326 -- 1345) 

4. Sultan Mansur Malik al-Zahir (1326 - ) 

5. Sultan Ahmad Malik al-Zahir (1345 -- 1383) 

6. Sultan Zain al-Abidin Malik al-Zahir (1383 -- 1405) 

7. Sultanah Nahrasiyah Malik al-Zahir (1405 -- 1412) 

8. Sultan Salah al-Din (1405 -- 1412) 

9. Sultan Abu Zaid Malik al-Zahir (1412 - ?) 

10. Sultan Malik az-Zahir (1455 -- 1477) 

11. Sultan Zain al-Abidin Malik al-Zahir (1477 -- 1500)

12. Sultan Abdallah Malik al-Zahir (1501 -- 1513) 

13. Sultan Zain al-Abidin (1513 -- 1524)

Kembali ke Sejarah Kerajaan, Kesultanan Samudra Pasai adalah salah satu kerajaan Islam pertama di Indonesia yang terletak di pesisir utara Sumatra, tepatnya di wilayah yang sekarang dikenal dengan Aceh. Kerajaan ini berdiri sekitar abad ke-13 dan memiliki peran yang sangat penting dalam penyebaran agama Islam di Nusantara. Sebagai kerajaan Islam pertama di Indonesia, Samudra Pasai memiliki kedudukan yang sangat strategis dalam sejarah perdagangan dan perkembangan Islam di wilayah Asia Tenggara. 

Museum Samudra Pasai yang terletak di Lhokseumawe, Aceh, bertujuan untuk melestarikan dan memamerkan peninggalan sejarah Kesultanan Samudra Pasai. Museum ini menyimpan berbagai koleksi yang mencerminkan budaya dan kehidupan masyarakat pada masa kerajaan tersebut, termasuk:

  • Artefak Arkeologi: Seperti perhiasan, peralatan rumah tangga, dan barang-barang yang digunakan oleh masyarakat Samudra Pasai.
  • Nisan dan Batu Prasasti: Beberapa nisan yang ditemukan di sekitar kawasan makam Sultan Malik al-Saleh, yang menunjukkan betapa pentingnya makam ini sebagai situs sejarah Islam di Indonesia.
  • Dokumen Sejarah: Dokumen dan manuskrip kuno yang menceritakan tentang pemerintahan dan kebudayaan Samudra Pasai juga dipamerkan di museum ini.

Foto beberapa Nissan peninggalan Kerajaan Samudra Pasai (sumber: kamera penulis)
Foto beberapa Nissan peninggalan Kerajaan Samudra Pasai (sumber: kamera penulis)
Kerajaan Samudra Pasai sangat berperan penting terhadap perkembangan Islam di Nusantara. Samudra Pasai menjadi pusat pendidikan Islam dan mengundang ulama-ulama dari Timur Tengah dan India untuk mengajarkan agama Islam kepada masyarakat lokal. Di samping itu, perdagangan juga memainkan peran besar dalam memperkenalkan Islam kepada masyarakat lokal yang berinteraksi dengan pedagang-pedagang Muslim. 

Studi Kasus lima Pilar Kemalikussalehan :

Lima pilar kemalikussalehan Universitas Malikussaleh, yaitu religius, akademis, transformatif, berwawasan global, dan cinta damai, merupakan dasar pembentukan karakter mahasiswa untuk menjadi agen perubahan. Apabila seluruh mahasiswa Universitas Malikussaleh menerapkan kelima pilar ini, potensi besar dapat tercapai, baik dalam ranah personal, lingkungan kampus, maupun masyarakat luas.

1. Pilar Religius: Memperkuat Integritas dan Moralitas

Penerapan nilai religius akan menciptakan mahasiswa yang berintegritas tinggi dan memiliki komitmen terhadap nilai-nilai moral. Dengan ini, mahasiswa mampu menjunjung kejujuran, rasa tanggung jawab, dan toleransi di kehidupan kampus maupun bermasyarakat. Lingkungan kampus yang religius juga menjadi tempat yang nyaman dan kondusif bagi tumbuhnya solidaritas serta penghormatan terhadap keberagaman. Dalam skala yang lebih luas, mahasiswa dapat menjadi contoh di masyarakat dalam mempraktikkan nilai-nilai spiritual yang universal.

2. Pilar Akademis: Menghasilkan Generasi Cerdas dan Berprestasi

Fokus pada aspek akademis akan mendorong mahasiswa untuk terus belajar, melakukan riset, dan berinovasi. Dengan penerapan pilar ini, Universitas Malikussaleh dapat melahirkan lulusan yang unggul dalam bidang keilmuan masing-masing. Potensi yang muncul meliputi:

  • Peningkatan prestasi mahasiswa dalam kompetisi akademik nasional dan internasional.
  • Pengembangan inovasi yang dapat diaplikasikan untuk memecahkan masalah di masyarakat.
  • Kesiapan lulusan menghadapi tantangan dunia kerja dengan kemampuan analisis dan kreativitas tinggi.

3. Pilar Transformatif: Membentuk Agen Perubahan

Pilar transformatif memotivasi mahasiswa untuk menjadi pelopor perubahan di masyarakat. Dengan jiwa kepemimpinan yang kuat dan kemampuan berpikir kritis, mahasiswa dapat menginisiasi berbagai program pemberdayaan masyarakat. Potensi ini mencakup:

  • Peningkatan peran mahasiswa dalam pengabdian kepada masyarakat, terutama di bidang pendidikan, kesehatan, dan lingkungan.
  • Kemampuan mahasiswa untuk mengidentifikasi masalah sosial dan memberikan solusi yang inovatif.
  • Penciptaan budaya kampus yang proaktif, dinamis, dan berorientasi pada perubahan positif.

4. Pilar Berwawasan Global: Menyiapkan Generasi Kompetitif Nasional

Mahasiswa yang memiliki wawasan global akan siap menghadapi era globalisasi. Dengan penguasaan bahasa asing, pemahaman lintas budaya, dan partisipasi dalam kegiatan internasional, mahasiswa dapat memperluas peluang karier dan kolaborasi. Potensi yang dihasilkan dari pilar ini meliputi:

  • Lulusan yang kompetitif dan mampu bersaing di pasar global.
  • Penguatan jaringan internasional melalui partisipasi dalam program seperti pertukaran pelajar, konferensi, atau penelitian lintas negara.
  • Pemahaman mahasiswa terhadap isu-isu global, seperti keberlanjutan, teknologi, dan perdamaian dunia.

5. Pilar Cinta damai: Membangun Keharmonisan Sosial

Penerapan pilar cinta damai akan menciptakan lingkungan kampus yang harmonis, toleran, dan bebas dari konflik. Mahasiswa yang cinta damai mampu menyelesaikan perbedaan dengan cara yang damai dan dialogis. Potensi lainnya adalah:

  • Terciptanya hubungan antar mahasiswa yang solid dan saling mendukung.
  • Kemampuan mahasiswa untuk menjadi mediator dalam meredam konflik di Masyarakat.
  • Terwujudnya budaya kampus yang aman, nyaman, dan penuh kasih sayang.

Dampak Positif Implementasi  Kelima Pilar:

Jika seluruh mahasiswa Universitas Malikussaleh konsisten menerapkan kelima pilar kemalikussalehan, dampak positif yang mungkin terjadi antara lain:

1. Peningkatan Reputasi Universitas

Universitas Malikussaleh akan dikenal sebagai kampus yang mencetak lulusan berkualitas, baik dalam bidang akademik maupun karakter.

2. Konstribusi Nyata Untuk Masyarakat

Mahasiswa yang transformatif dan cinta damai dapat menjalankan program-program yang membantu menyelesaikan masalah sosial di daerah mereka.

3. Lingkungan Kampus Yang Harmonis

Suasana yang religius, harmonis, dan mendukung pengembangan diri akan mendorong mahasiswa untuk mencapai potensi terbaik mereka.

4. Generasi Pemimpin Masa Depan 

Lulusan Universitas Malikussaleh akan menjadi pemimpin yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga memiliki nilai spiritual, wawasan global, dan kepedulian sosial yang tinggi.

Kesimpulan Yang dapat disimpulkan Terkait tulisan di atas adalah:

Samudra Pasai adalah titik awal penting dalam sejarah Islam di Indonesia. Melalui kerajaan ini, Islam tidak hanya berkembang pesat di Aceh, tetapi juga menyebar ke berbagai daerah lainnya di Indonesia. Museum Samudra Pasai berfungsi sebagai sarana untuk memelihara dan memperkenalkan sejarah ini kepada masyarakat dan pengunjung dari seluruh dunia.

Dan juga Lima pilar kemalikussalehan Universitas Malikussaleh merupakan fondasi penting dalam mencetak generasi muda yang religius, cerdas, transformatif, global, dan cinta damai. Jika diterapkan secara kolektif oleh seluruh mahasiswa, kelima pilar ini tidak hanya akan membawa dampak positif bagi individu dan kampus, tetapi juga bagi masyarakat dan dunia. Mahasiswa Unimal dapat menjadi agen perubahan yang membawa manfaat besar di era modern yang penuh tantangan ini.

Foto dokumentasi penulis saat Kunjungan ke Museum Islam Samudra Pasai
Foto dokumentasi penulis saat Kunjungan ke Museum Islam Samudra Pasai

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun