Alam ...
Setahun sudah kita tak bercengkrama, aku bahkan tak mengetahui jejakmu saat ini. Setelah perpisahan dulu, kau menghilang dengan begitu cepat, tak kau biarkan diriku tahu tentang pergimu. Bukankah ini sangat tidak adil? saat kau datang dengan sapaan lalu kemudian kau pergi tanpa mengucapkan selamat tinggal, tidak adil bukan?
Setidaknya kembalilah sejenak, beri aku alasan atas pergimu yang tiba - tiba. Saat kau masih dengan lantang menyebut namaku sebagai orang yang kau cintai, namun mengapa dalam waktu singkat kau melukai?
'Kamu harus bahagia' ucapmu padaku dulu, bahkan tak hanya sekali kau mengatakannya. Kau menginginkanku untuk berbahagia namun dirimu menjadi salah satu kisah yang ku tulis dengan penuh duka. Terlihat seperti lelucon saat ada seseorang yang menginginkanmu bahagia namun ia lah penyebab tangis yang tak mereda.
Alam ...
Jikalau kau membaca ini, bagaimana kabarmu setelah tidak adanya aku? Menyenangkan tidak saat tak ada lagi yang mengusik harimu dengan celotehan tidak jelas? dan bagaimana harimu? sudahkah ada yang menggantikan tempatku dulu?
Ku harap kelak saat kau dan aku di pertemukan kembali, kau akan berpikir 'Ia memberikan segala rasanya untukku, dan aku menghancurkannya"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H