Mohon tunggu...
Nor Azizah Rizkiani A.
Nor Azizah Rizkiani A. Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - pelajar

hai, aku suka sekali membaca suatu yang menarik!

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Apakah Hanya Aku Doang yang Merasa Rindu? Akankah Rinduku Ini Akan Terbalas? Kita Tidak Ada yang Tahu Bagaimana Kelanjutannya

20 November 2022   01:12 Diperbarui: 20 November 2022   01:18 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

                                                                                                        Semua Belum Berakhir

Aku kehilangan rumahku disaat aku baru menemukannya. Lembaran-lembaran kenangan yang aku coba ulas kembali dan aku pikir belum tentu akan terulang kembali suatu saat nanti. Hidupku yang punya sejuta cobaan, tetapi aku tidak akan membandingkan nasibku dengan orang lain, hidupku tidak dapat disamaratakan dengan hidup orang lain atau untuk dikasihani saja aku tidak ingin. Hidup ini akan terus berputar bagai bumi yang mengelilingi matahari, yang berarti akan terus berjalan dan yang tahu hanya diri kita sendiri sampai kapan kita sanggup bertahan.

Aku sering mengadu kepada Tuhan "Ya Tuhan, Mengapa aku dibuatkan skenario seperti ini? Aku hanya ingin hidupku ini berjalan sesuai yang aku inginkan, sekali saja Ya Tuhan". Aku kadang berpikir apakah tuhan mendengar aku ya? Aku suka berpikir "Apakah disaat aku mengadu ke Tuhan, apa jangan-jangan Tuhan sedang tidur makanya do'a ku tidak terdengar". Dipikir-pikir yang aku pikirkan seperti lelucon saja, kadang aku tidak mengerti kenapa aku bisa berpikir seperti itu, sangat aneh tapi itu pikiranku.

Aku adalah seorang anak perempuan ke tiga dari empat bersaudara, Iya aku anak ketiga, Anak tengah yang sering sekali diminta bantuan oleh Orang tua, Kakak-kakakku dan juga Adikku. Aku merasa secara tidak langsung aku harus bisa diandalkan untuk mereka, seakan aku harus kuat dan bisa dalam segala hal, Kalo ditanya kenapa aku bisa bilang seperti itu Aku akan jawab "Aku ini seorang anak tengah yang punya Kakak dan Adik, yang setiap ada apa-apa harus bisa memposisikan diriku sebaik mungkin, dan sebisa mengkin membantu mereka". Mereka berpikir aku ini yang paling netral diantara semuanya, Ya benar aku ini paling malas jika harus memihak ke siapapum, Aku hanya ingin tetap netral dan menjadi diriku sendiri.

Suatu hari aku merasakan seperti ada kupu-kupu diperutku yang berterbangan, Aku merasakan sesuatu aneh dihatiku, seperti sesuatu yang indah, tenang, nyaman. Aku sedang mengagumi seseorag tapi jangan berpikir itu berjalan dengan mulus, Aku mengenalnya pun karena teman-teman ku selalu membicarakannya, dan membuatku penasaran dengannya mengapa ia sering dipuji oleh teman-temanku, mengapa ia semenari itu hingga dibcarakan terus menerus, pertama kali aku melihatnya, Aku terkagum karena ia tidak tebar pesona dan tidak terlalu memperdulikan orang-orang pada membicarakannya, Aku berbicara dengan diriku sendiri "Keren ya dia, tetap terlihat biasa saja walaupun banyak yang mengaguminya, kayaknya dia tidak mungkin menyukaiku, dia terlalu terlihat tidak terlalu peduli akan sekitar dan sangat menutup diri" Entah itu perasaan ku saja yang merasakannya atau memang nyatanya ia memang benar menutup diri kepada sekitarnya, Aku tidak begitu memikirkan hal itu dan kembali masuk ke dalam kelas.

Beberapa bulan kemudian tanpa aku sangka, Aku dekat dengan teman nya, Aku dan temannya hanya dekat saja, waktu terus berjalan aku dan temannya itu semakin dekat bak sepasang kekasih tetapi aku merasa tidak bisa jika aku lebih dari teman,aku merasa cukup jadi teman dekat saja, Aku selalu membatasi diriku jika dengan laki-laki sekalipunitu orang sedang dekat denganku, Karena aku sellau mengingat pesan ayahku "Menyukai seseorang boleh, dekat dengan laki-laki boleh, asal tetap tahu batasan diantara kalian berdua."  Itu yang selalu aku ingat, Aku teus memposisikan diriku sebagaimana mungkin, Tetapiaku tidak bertahan lama dengan dia, ternyata dibelakang aku, dia membicarakanku yang membuatku sedih, dan mebuat aku berpikir "Apakah disini salah aku?", Aku nangis disaat itu, tapi tidak aku biarkan air mataku terbuang hanya untuk orang seperti dia yang tidak tahu diri.

Apa kalian pikir aku baik-baik saja? Tentu tidak, Aku merasakan trauma akan didekat laki-laki. Aku seperti tidak percaya kepada laki-laki yang mendekatiku, Aku menganggap semuanya itu sama, Aku menganggap mereka itu satu kesatuan yang hanya beda wujud badan saja, Aku tidak percaya dengan mereka, Aku berpikir merekaitu hanya ingin bercanda saja datang ke hidupku lalu pergi tanpa pamit dan menghilangkan rasa sakit seperti nyamuk yang menghisap darah dan pergi disaat ia suda merasa cukup dengan darah yang ia hisap, lalu meninggalkan bekas luka tanpa rasa salah.

jum'at bos" Kebetulan itu hari jum'at, tetapi aku pikir sangat aneh dia membalas seperti itu, dan Aku selalu mencoba untuk berdamai dengan keadaanku, Aku mencoba untuk menerima orang baru dan mengubah pola pikirku, Aku merasa ini tidak baik jika terus memiliki pola pikir yang seperti anak kecil. Aku  mencoba menyibukakan diriku agar dapat melupakan hal itu, hingga akhirnya aku berhasil berdamai dengan diriku, dengan pikiranku, dengan jiwaku, dan juga ragaku.

Aku mulai ceria kembali, mengembangkan senyum yang sebelumnya hilang. Hidupku mulai membaik seiringnya waktu yang berjalan, dan memulai kembali menerima orang baru dalam hidupku, Suatu hari saat liburan akhir tahun aku memposting status da nada yang membalas status ku dan membuatku kaget, Maksudku aku dan dia tidak dekat dan hanya sekedar tahu nama, dia membalas "Sholat aku balas aja lagi "Ya kamu saja, kamu kan laki-laki" Tetapi aku malah merasa penasaran dengan dirinya, Apa mungkin dia hanya bercanda ya? Aku iseng mencoba mengirimkan dia pesan "Kamu kenapa? Aneh banget seperti itu." Dan Dia menjawab "Aku hanya bosan saja." Aku hanya mebalas "Oh" tetapi dia mlah meulai topic, yang membuat aku dan dia saling terus membalas pesan satu sama lain, Aku juga merasa ada yang berbeda jika sedang membalas pesannya, seperti ada sesuatu yang berbeda dari dirinya, karena dia sudah terlalu banyak bertanya, Aku mencoba bertanya hal yang klasik saja "Kamu memangnya tau aku yang mana?" dia menjawab "Aku tau, soalnya kamu pernah dekat dengan temanku." Aku hanya menjawab "Oh gitu ya." Tetapi tidak sampai situ saja, kita berbalas pesan hingga malam hari, Tetapi aku mengakhirinya duluan karena aku sudah ingin tidur.

Selang berjalannya waktu, Aku dan dia semakin sering bertukar cerita entah itu tentang pertemanan maupun hal yang tidak penting sekaligus, tapi tiba-tiba ia bilang "Aku mau ngasih tahu kamu sesuatu, tapi kamu jangan kaget ya. Sebenarnya orang tua aku sudah berpisah sejak aku kecil." Sebelum dia lanjutin aku bilang terlebih dahulu "Kalo kamu belum siap untuk cerita itu sama aku, gak apa-apa kok, aku kan gak harus tahu juga tentang masalah pribadi, tetapi aku bersedia jadi pendengar kalo kamu siap untuk cerita hal ini ke aku." Dia menjawab "Orang tua aku pisah sejak aku duduk dibangku Sekolah Dasar, Bunda sempat kabur dari rumah dan pergi ke rumah teman nya. Dulu ayah aku sering dijadikan bahan omongan keluarga ku karena ayah ku kerja di puskesmas milik sepupu nya, Ayah ku dianggap remeh oleh keluarganya, makanya sekarang aku jadi seperti ini, Aku percaya sama kamu, jangan sia-siakan kepercayaanku kepadamu ya."Aku merespon "Maaf ya, Aku jadi membuat kamu mengingat hal yang membuat kamu sedih seperti ini. Makasih juga kamu sudah mau percaya sama aku, Aku berusaha menjaga kepercayaanmu, Makasih juga sudah jujur, dan sudah bertahan hingga sekarang." Jawabnya "Terimakasih, kamu sudah mau jadi pendengar dan tidak menghakimi siapapun." Jawabku "Santai saja" Dia menjawab "Oke, lupakan saja yang tadi" Jawabku "Iya Oke".

Aku dan dia menjadi semakin dekat, sering bertukar kabar, dan hari yang aku tidak pernah sangka ternyata terjadi, dia mengutarakan perasaannya kepadaku, Tetapi disisi lain aku belum memiliki perasaan yang sama, Aku hanya menganggap dia itu butuh teman untuk menjadi pendengar yang baik, karena aku berpikir "Mana mungkin dia memiliki perasaan kepada ku" Ternyata itu semua salah besar, dia memiliki perasaan kepadaku, Aku tetapi tidak menolak perasaannya, Aku hanya menjawab "Maaf ya kalo untuk sekarang aku belum bisa membalas perasaan kamu, tapi tetap seperti ini, jangan menjauh ya..." Dia menjawab "Iya gapapa, Seenggaknya aku dapat kepastian." Aku membalas "Hahaha Iya deh".

Semua berjalan dengan baik, dan dihari ulang tahun aku, dia datang samperin aku untuk memberi hadiah serta dia mau ngucapin selamat ulang tahun secara langsung kepadaku, Aku kira itu hanya bercanda, ternyata itu semua benar, Dia datang pas dihari ulang tahun ku, disaat aku lagi dirumah sahabatku, karena sekalian ada buka bersama saat bulan puasa dengan sahabatku, Dia datang dengan membawa motor memakai baju hitam, saat aku samper dia, dia membuka jok motor nya, dan bilang "Selamat Ulang Tahun Ya...Ini buat kamu." Aku sangat kaget dan menanyakan kembali "Ini beneran buat aku?" dia jawab "Iya beneran buat kamu", "Makasih hadiahnya, Aku tadi beli minuman buat kamu dan aku juga punya hadiah buat kamu, didalamnya ada surat jangan lupa baca suratnya ya, nanti dirumah saja baca suratnya, minumannya diminum sehabis buka puasa ya, Aku thu kamu suka rasa Oreo makanya aku beliin rasa Oreo, Semoga suka sama yang aku kasih ya," Dia jawab "Iya sama-sama, yaudah aku pulang dulu ya," jawabku "Iya sana pulang, maaf ya jadi buat kamu hujan-hujanan, Hati-hati dijalan, jangan kencang-kencang bawa motornya ya." Di jawab "Iya siap".

Beberapa bulan setelah itu munculah permasalahan kecil, seperti dia cemburu karena temannya ada yang bercandain aku, dan akrab banget sama aku, sampe ada temannya pernah bilang "Bro, kamu beruntung dapetin tuh cewe, uda pinter, cantik, langgeng ya bro." dia jawab "Iya makasih". Tapi entah kenapa kali ini dia agak menjaga jarak denganku seperti ada sesuatu yang di rahasiakan, Saat aku tanya dia jawab "Gapapa, Aku Cuma lagi banyak pikiran aja" Aku terus berusaha tanya lagi "Kamu beneran? Gak biasanya kamu seperti ini, kalo aku ada salah tolong bilang ya, jangan menjauh tanpa kasih tau aku sebab nya" dia jawab "Iya, Maaf ya sebelumnya kalo aku tiba-tiba kayak gini, aku Cuma lagi mikir aja, apa aku pantas untuk kamu? Kamu terlalu sempurna..." Aku tarik napas dan menjawab dengan yakin "Kok kamu berpikir gitu sih? Ada apa sebelumnya? Apa ada teman kamu ada yang bilang sesuatu ke kamu? Dengar ya baik-baik, Ini itu tentang Aku dan Kamu, kalo aku ngerasa gak nyaman sama kamu, mana mungkin bertahan sampai saat ini sama kamu, Jadi tolong jangan dengarkan omongan yang akan mengganggu kita ya" Dia jawab "Iya, Maaf ya aku udah jadi tidak percaya diri, karena aku tiba-tiba keingat sama kisah orang tua aku yak arena ayah aku jababatannya tinggi, Ayahku jadi diremehkan oleh keluarganya."

Semuanya sudah baik-baik saja, Aku menganggap ini sudah selesai dan tak perlu ada yang dibahas kembali. Semuanya kembali berjalan seperti biasanya, Aku dan dia melepas canda, tawa, kembali bercerita seperti sebelumnya. Tetapi ini sudah menjelang kelulusan dan saatnya mendaftar SMA (Sekolah Menengah Atas) dan dia penah bilang seperti ini "2021 adalah menjadi kisah aku dan kamu" Aku sangat ambigu mendengar kalimat ini, dan selalu mencoba berpikir positif, Aku merasa takut trauma yang pernah aku rasakan, akan kembali aku rasakan,

Beberapa minggu kemudian ternyata dia mau daftar di MA (Madrasah AIiyah) dia memberi tahu aku jika tes nya akan dilakukan minggu depan, Aku hanya jawab "Oke, kamu jangan lupa belajar ya" dan sebelumnya aku juga ingin daftar disitu melalui jalur prestasi tapi dia takutnya kalau aku daftar nanti dan keterima, tetapi dia nya tidak keterima jadi sama saja bohong niatnya untuk bersama ternyata tidak bisa jadi aku tidak jadi daftar disana, dan tadinya jika dia tidak keterima di MA (Madrasah Aliyah) dia akan pindah sekolah ke Bogor bersama kakaknya disana, tetapi ternyata dia keterima dan tidak jadi pindah sekolah ke Bogor. Aku pun akhirnya daftar di SMA Negeri 1 dan SMA Negeri 4, dan ternyata aku keterima di SMA Negeri 1, yang membuat aku dengannya beda sekolah juga pada akhirnya.

Tidak lama dari setelah dia keterima, dia bilang kalo dia tidak bisa ngelanjutin hubungan Aku dan Dia, Aku gak bisa berkata-kata disini, Hati aku sudah sangat capek dan lelah, tetapi aku sudah belajar dari pengalaman, Aku sontak menjawab "Aku terima kalo itu memang keputusan yang baik menurut kamu" dan dia bilang 'Aku tetap disini kalau kamu butuh aku" Aku jawab "Hahaha, Iya makasih ya." Sehabis aku berucap seperti itu, Aku sudah tidak bisa menahan air mataku yang sudah dihujung dan akhirnya air mataku jatuh kembali hanya karena seorang laki-laki, Iya itu kembali terjadi kepadaku, Apa aku akan menjadi semakin trauma? Atau aku sudah bisa menahan diri? Atau sebaliknya, Apa aku hancur sehabis ini? Iya aku sangat trauma, Aku sangat merasa hancur, Aku merasa aku baru menemukan tempat aku bersinggah tetapi sudah hilang kembali, Menyedihkan sekali bukan? Aku sudah tidak seperti dulu lagi kok, Tenang saja aku akan pulih dalam waktu dekat, Ujarku dalam hati.

Setelah dia pergi apa aku langsung mengikhlaskannya? Tentu tidak, hanya aku tidak ingin berharap lebih dengan dirinya. Aku sama sekali tidak merasa rugi kenal dan dekat dengan dia, karena bagaimanapun dia sudah banyak mengajari aku hal sekecil apapun itu, dan dia pernah bilang "Di Dunia ini tidak selalu tentang diri sendiri, tetapi juga tentang orang lain. Kita tidak bisa memaksakan sesuatu yang tidak bisa dipaksakan." Aku jadi paham bahwa di dunia ini tidak ada yang abadi, Semua orang datang dan ada masanya pergi dan Kita tidak bisa bersikap semau kita, karena dunia ini bukan hanya tentang diri sendiri tetapi juga tentang orang lain.

Aku dan Dia masih suka bertukar kabar walau sudah tidak sesering dulu, Aku sampai sekarang belum bisa melupakannya, dan masih teringat bayang-bayangnya hingga sekarang. Dia gimana ya sekarang? Apakah jauh lebih baik tanpaku? Atau bahkan sebaliknya? Tidak ada yang tahu. Hidupku mulai membaik dan mencoba untuk berdamai dengan masa lalu dan tetapi tidak dengan diriku yang sekarang ini menjadi seorang yang lebih menutup diri, karena masih suka teringat akan kejadian yang lalu, yang membuat dirinya harus merasakan kesedihan.

Sudah hampir satu tahun aku dan dia tidak ada hubungan apapun itu, tetapi masi saja aku belum bisa melupakanmu hingga saat ini, Apakah hanya aku doang yang merasa rindu? Akankah rinduku ini akan terbalas? Kita tidak ada yang tahu bagaimana kelanjutannya, Tepat pada hari ulang tahunku dia mengucapkan selamat ulang tahun kepadaku, dan tanpa aku sangka dia bilang "Aku akhir-akhir ini ngerasa kalau ada yang belum selesai diantara aku dan kamu, tapi kalau kamu sudah baik-baik saja tanpaku, sekarang waktunya aku untuk melupakanmu."

Kita tahu bahwa di dunia ini tidak ada yang abadi, Semua orang datang dan pergi, Kita tidak boleh memaksakan sesuatu yang memang tidak bisa dipaksakan, Hidup ini hanya sekali jangan sampai kamu menyia-nyiakan waktumu hanya untuk menunggu suatu yang tidak pasti dan tidak tau kapan akan kunjung dapat jawaban.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun