Mohon tunggu...
Azri Putri Ramadhania
Azri Putri Ramadhania Mohon Tunggu... Novelis - Mahasiswa

Berekspresi lewat tulisan, dan membuat mimpi lebih berwarna

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sepat Imbran

15 Desember 2023   00:42 Diperbarui: 15 Desember 2023   00:46 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sastra anak adalah salah satu karya sastra yang ditulis sebagai bacaan anak yang menempatkan sudut pandang anak-anak sebagai pusat penceritaan, isi dan bahasa dari sastra anak disesuaikan dengan minat dan pengalaman anak sertatingkat perkembangan intelektual dan emosional anak. Saat ini banyak sekali buu bacaan sastra anak, setiap daerah mungkin memiliki cerita anak yang berbeda-beda. salah satunya adalah sebuah sastra anak yang pernah saya dengar sewaktu kecil adalah cerita atau dongeng tentang Sepat Imbran.

Sepat Imbran merupakan cerita yang sering diceritakan oleh orang tua kepada anaknya, sebagai cerita atau dongeng pengantar tidur. Sastra anak Sepat Imbran berasal dari Desa Tegal Wangi yang berada di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat.

Sepat Imbran sendiri menceritakan tentang sebuah keluarga miskin yang terdiri dari tiga orang anggota keluarga yaitu, sang Ayah yang bernama Imbran, anak pertama, dan anak kedua. Karena keadaan ekonomi satu keluarga itu sangat kekurangan, mengakibatkan mereka hanya bisa makan sehari satu kali, itupun dengan lauk seadanya. Setiap hari sepulang dari bertani sang Ayah selalu mencari ikan di danau untuk lauk makan mereka, namun hanya seekor yang bisa ia dapatkan setiap harinya. Alhasil sang ayah membagi dua bagian ikan itu untuk kedua anaknya, hingga hanya menyisakan bagian kepala untuk dirinya.

Hal itu terus terulang setiap harinya selama beberapa tahun. Hingga kedua anak tersebut sudah beranjak dewasa dan ayah mereka baru saja meninggal dunia. Sang anak melihat ikan Sepat yang biasa ayahnya berikan untuk mereka sedari kecil. Lalu sang anak mencoba memakan bagian kepala ikan tersebut, karena selama ini bagian kepala ikan sepat selalu menjad bagian untuk ayahnya.

Setelah memakan kepala ikan itu, air mata si anak tak dapat dibendung lagi. Tangisnya pecah seketika itu juga. Ia baru tersadar dan mengetahui jika selama ini ayahnya hanya memakan bagian kepala ikan tersebut bukan karena suka, tapi agar anak-anaknya bisa memakan bagian dagingnya.

Cerita tentang Sepat Imbran ini begitu sangat menyentuh hati, dimana pengorbanan seorang ayah yang rela hanya memakan kepala ikan selama bertahun-tahun demi anak-anaknya bisa makan dengan enak dengan daging ikan hasil dari mencari di danau. 

Cerita anak tersebut memberikan pengajaran yang sangat bermakna bagi yang mendengar maupun yang menceritakannya, maka dari itu sebagai wujud dari menghargai sebuah cerita atau karya sastra sastra dari daerah, hendaknya kita melestarikan cerita tersebut dengan kembali menceritakannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun