Turun Mandi-Sebuah Tradisi Masyarakat di Minangkabau
Minangkabau merupakan salah satu etnis di Indonesia yang memiliki keanekaragaman budaya dan tradisi. Salah satu tradisi yang ada di Minangkabau yaitu upacara turun mandi.
Upacara turun mandi merupakan tradisi yang ditinggalkan nenek moyang yang telah diwariskan dari generasi ke generasi.Â
Upacara ini tidak hanya sekedar sebagai perayaan atas kelahiran seorang bayi, namun juga merupakan suatu bentuk rasa syukur kepada Allah SWT dan menjalankan sunnah Nabi Muhammad SAW.
Syarat-Syarat Upacara Turun Mandi
Ada beberapa syarat-syarat yang harus dipenuhi ketika melaksanakan upacara turun mandi, di antaranya yaitu:
- Menentukan tanggal pelaksanaan upacara tersebut. Untuk upacara turun mandi bayi laki-laki biasanya dilaksanakan pada tanggal ganjil, sedangkan untuk bayi perempuan pada tanggal genap.
- Mempersiapkan obor dari kain-kain robek atau biasanya disebut dengan sigi kain barulak. Obor tersebut akan dinyalakan dan dibawa saat mengarak bayi dari rumahnya ke sungai.
- Pihak keluarga bayi wajib memberikan batiah bareh badulang. Yaitu memberikan beras yang telah digoreng kepada anak-anak yang ikut mengarak bayi dalam upacara turun mandi tersebut.
- Pihak keluarga bayi wajib mempersiapkan perlengkapan upacara turun mandi. Di antara perlengkapan itu ialah tampang karambia tumbuah (bibit kelapa), tangguak (tangguk), palo nasi (bagian nasi yang terletak di paling atas), darah ayam, dan arang.
Proses Upacara Turun Mandi
Sebelum memulai upacara turun mandi, pihak keluarga bayi akan melumuri palo nasi dengan darah ayam dan arang.Â
Tujuannya yaitu agar bayi terhindar dari gangguan roh-roh jahat yang ingin mencelakai si bayi. Palo nasi yang telah dilumuri tersebut akan dibagi menjadi 3 bagian.Â
Dua bagian akan diletakkan di sepanjang jalan menuju tempat upacara, dan satunya lagi akan diletakkan di tempat upacara.