Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019 tinggal menghitung beberapa bulan lagi, atau dengan kata lain kursi pemerintahan saat ini, tidak lama lagi akan kembali meminta persetujuan rakyat untuk dipilih kembali melalui perhelatan demokrasi.
Jelang diakhir masa periode pemerintahan, pihak Istana seperti tak habisnya membuat kontroversial yang tidak jarang membuat publik geli.
"Pilih Jokowi Masuk Surga" Ala Farhat Abbas
Mulai dari pernyataan kotroversial, Farhat Abbas yang didapuk jadi Juru Bicara Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma'ruf. Sebagai Jubir tim kampanye, idealnya merupakan perpanjangan tangan dalam membuat narasi dan membangun komunikasi politik.
Alih-alih mendapat simpati, Farhat Abbas menyebut "Pilih Jokowi, Masuk Surga!". Pernyataan tersebut dinilai gagal paham dan tidak sedikit yang memberi sorotan tajam.
Memahami logika pernyataan Farhat Abbas tersebut, mungkin ia ingin mengasosiasikan Jokowi sebagai pilihan umat. Lantaran, menggandeng sosok Kiai Ma'ruf Amin. Ya, label jualan politik identitas ala timses Jokowi. Entahlah!
"Lanjutkan, Lawan, Libas" Ala Ngabalin
Selain Farhat Abbas, pernyataan kontroversial juga datang dari Staf Ahli Kantor Staf Kepresidenan (KSP), Ali Mochtar Ngabalin yang diangkat oleh Presiden Jokowi melalui Kepala Staf Kepresidenannya, Moeldoko.
Publik masih ingat jelas, rekam jejak ngabalin yang sebelumnya banyak menyerang Jokowi melalui statement-statementnya di ruang publik meragukan hingga menghina Jokowi. Kini diangkat jadi salah satu pembantu presiden di istana.
Pada Agustus lalu, Ngabalin kembali dihujat netizen dengan pernyataan kontroversialnya "Lanjutkan, Lawan, Libas". Ia membuat video pernyataan sikap terkait dukungan pencapresan yang mengatasnamakan almamater UI. Tapi belakangan diklarifikasi dan dibantah oleh pihak UI.
Bukan tanpa alasan. pernyataan kontroversial tersebut dimaksudkan untuk meyakinkan publik agar Joko Widodo dapat dipilih kembali pada Pilpres 2019 mendatang.
Memahami perannya, kadang publik dibuat bingung dengan sikap Ngabalin yang dinilai kurang memahami esensi perannya sebagai pejabat negara atau sebagai timses.
"Berani Diajak Berantem" Ala Joko Widodo
Banyaknya tindakan persekusi terhadap sejumlah aktivis yang bersuara lantang soal #2019GantiPresiden jadi pekerjaan rumah buat Joko Widodo. Jika gagal menertibkan timsesnya untuk berbuat arogan, Ia akan dinilai gagal menjamin hak-hak dasar tiap warga negara baik sebagai kandidat Pilpres maupun sebagai presiden.
Konstitusi dan UU kita memberikan jaminan dan kebebasan kepada setiap warga negara untuk berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan sesuai Pasal 28 UUD Tahun 1945.Â
Selain itu, juga  diatur dalam Undang-Undang No. 9 Tahun 1998 tentang Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat di muka Umum.
Joko Widodo harus memahami pentingnya merawat dan menjaga kepercayaan publik bahwa pernyataan kontroversialnya "Berani Diajak Berantem" tidak ada kaitannya dengan maraknya tindak kekerasan berupa tindakan persekusi saat ini.
Terlebih, hingga diakhir masa periodenya Joko Widodo masih banyak pekerjaan rumah berupa realisasi janji pilpres 2014 silam. Menyusul permasalahan multidimensional lainnya.
Akhir kata, semoga Joko Widodo, Farhat Abbas dan Ngabalin tetap saling melengkapi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H