Mohon tunggu...
AZNIL TAN
AZNIL TAN Mohon Tunggu... Wiraswasta - Koordinator Nasional Poros Benhil

Merdeka 100%

Selanjutnya

Tutup

Politik

Antara Bongbong dan Cendana

15 Mei 2022   21:55 Diperbarui: 15 Mei 2022   21:56 292
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Meski Prabowo sudah pisah dengan Titiek Soeharto dan pernah dicap pengkhianat oleh keluarga Cendana tapi hubungan kedekatan mereka masih tetap terjaga solid. Membangkitkan kembali kejayaan Dinasti Soeharto menjadi agenda Prabowo jika terpilih sebagai  presiden.

Titiek Soeharto  dan Prabowo terlihat kerap tampil bersama di masa kampanye pemilihan presiden 2014 dan 2019.  Titiek gencar membantu Prabowo berkampanye untuk pemenangan Prabowo sebagai calon presiden. Tutut secara halus memberi pesan ke publik memberi dukungan pencapresan Prabowo agar menang. Begitu juga cucu Soeharto, seperti  Eno menjadi pengurus DPP Gerindra. .

Pada pilpres 2019, anak dan cucu mantan Presiden Soeharto masuk secara resmi dalam struktur pimpinan Badan Pemenangan Nasional Prabowo Subianto - Sandiaga Uno. Mereka adalah Hutomo Mandala Putra alias Tommy Soeharto, Siti Hediati Hariyadi atau Titiek Soeharto, dan Retnosari Widowati Harjojudanto atau Eno Sigit Harjojudanto.

Secara kepartaian, meski Gerindra menampilkan karakter Soekarno sebagai jargonnya untuk memikat hati rakyat tetapi mereka sangat mengagungkan Soeharto dan membangkitkan kembali kejayaan Soeharto sebagai presiden yang bersih dan baik.

Sebagai partai pendatang baru yang didirikan pada 2008, Pemilu 2009 berhasil memperoleh suara sebesar 4,46 persen dan lolos parlementary threshold yang ditetapkan sebesar 3 - 4 persen. Pemilu 2014 naik tajam menjadi 11,81 persen dan Pemilu 2019 melonjak lagi menjadi 12,57 persen.

Dalam Pemilihan Presiden Pilpres 2009, Prabowo sebagai Cawapres berpasangan dengan Megawati kalah melawan pasangan SBY - Boediono. Pada Pilpres 2014 dan 2019, Prabowo muncul sebagai Capres juga kalah tipis melawan Jokowi.

Saya sebagai aktivis 98  yang salah-satu ikut menumbangkan rezim Soeharto, pada Pilpres 2014 sempat getar-getir atas kehadiran sosok Prabowo yang begitu masif. Timnya yang all out dan militan bertarung memenangkan Prabowo.

Saya hampir pesimis jebolnya benteng reformasi. Prabowo bagaimanapun adalah representatif rezim Soeharto. Ini harus dikalahkan dalam Pilpres 2014 demi menyelamatkan reformasi dari upaya mencegah keluarga dan kroni koruptor dan diktator berkuasa kembali membersihkan dirinya.

Sejarah berkata lain, rakyat Indonesia masih banyak setia atas perlawanan pada rezim koruptor dan penjahat kemanusiaan tersebut. Jokowi bukan siapa-siapa dan dilecehkan tidak memiliki tampang sebagai sosok presiden, akhirnya menang pada pilpres 2014. Pada Pemilu 2019, Prabowo mencapres kembali melawan incumbent Jokowi. Alhamdulillah, Prabowo berhasil dikalahkan kembali.

Melihat Pemilu 2024, Prabowo besar kemungkinan kembali mencalon sebagai presiden RI. Potensi kemenangan Prabowo pada Pilpres 2024 hampir di depan mata. Selain strategi Prabowo merapat ke kubu nasionalis,  ada tiga faktor lagi pendorong potensi kemenangan Prabowo di 2024.

Pertama, Prabowo sudah populer dibandingkan calon kandidat lainnya yang muncul ke permukaan. Kepopuleran Prabowo sebagai  sosok pemimpin yang tegas dan berani seperti Soekarno. Branding Prabowo seperti itu sudah dibangun sejak 2009 sebagai sosok pemimpin impian Indonesia. Rebranding ini sudah melekat di benak masyarakat banyak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun