Waktu malam itu, saya diberi kesempatan  untuk berbincang-bincang dengan orang nomor 1 di sebuah taman . Diterangi lampu taman yang remang-remang, kami memulai pembicaraan. Kami dengan kesadaran penuh telah sepakat  bahwa  pembicaraan ini menyangkut urusan negara tetapi tidak mengunakan fasilitas negara karena dikuatirkan akan mubazir jika tidak ada langkah konkrit lebih lanjut.  Â
AT:"Saya datang mengabarkan bahwa Generasi Baru lagi menunggu terobosan Bapak."
(Saya membuka pembicaraan)
JKW:"Terobosan apa lagi. Belumkah kalian mengerti lompatan-lompatan besar kemajuan yang sering berulang-ulang saya sampaikan?"
(dia menatap saya lalu mengenyutkan keningnya)
AT:"Nah ini maksud kedatangan saya menemui pak Presiden. Meski sampai berbusa-busa bagaimanapun mulut pak presiden menyampaikan tentang visi Indonesia kedepan. Semarah-marah apapun pak presiden kecewa pada kinerja para pejabat Bapak. Segigih bagaimanapun Bapak Presiden bekerja siang malam jungkir-balik merubah nasib bangsa ini. Itu tidak ada artinya bagi rakyat jika tim eksekutor Bapak adalah orang-orang tidak jelas. Jika Bapak masih membiarkan orang bobrok mengitari Bapak. Jika orang karbitan bapak akomodir."
(Saya diam sejenak) Â
"Bapak mengecam pola-pola lama tetapi masih terjebak pola-pola lama dalam menentukan eksekutor Bapak. Apa bedanya Bapak dengan presiden sebelumnya yang dimiliki oleh republik ini" Â
JKW: "Bisa anda tunjukan contohnya kebobrokan orang sekitar saya itu!"
(terlihat dia antusias dan tidak tersinggung dengan pernyataan saya)
AT: "Sangat bisa Pak Presiden. Contoh tentang visi bapak dalam hal land reform. Bapak memang sudah dengan tegas telah meminta, jajaran kabinet sampai pemerintah daerah menyelesaikan konflik agraria, termasuk yang ada di dalam hak guna usaha. Tapi sayangnya, ketegasan Bapak tidak ditindaklanjuti dengan eksekusi serius dan cepat oleh orang-orang Bapak. Konflik agraria masih terus terjadi tanpa ada terobosan berarti dan berjalan sendiri-sendir.
Dari data KPA tercatat 1.769 kasus agraria dengan menewaskan 41 orang, 51 tertembak, 546 dianiaya, sekitar 940 petani dan aktivis dikriminalisasi. Penyebab kekerasan, polisi, jasa keamanan swasta, satpol PP hingga militer.
Penggelapan luas lahan HGU tetap lestari. Sebagaimana Bapak pernah ungkapkan bahwa penguasaan tanah beratus-ratus ribu hektar dan bahkan jutaan hektar oleh segelintir orang menjarah tanah adat, tanah negara dan masyarakat tetap saja dilegalkan sejak zaman Soeharto sampai sekarang. Â
Perkebunan plasma tidak tersalurkan dengan benar ke masyarakat dan hanya dinikmati oleh  tuan-tuan tanah lokal. Â
Konflik sengketa lahan antara perusahaan dengan perusahaan seperti terjadi di Konawe Uatara antara PT. Antam dengan perusahaan- perusahaan swasta yang berseteru selama 12 tahun sampai sekarang tidak ada jalan keluarnya. Seharusnya orang Pak Presiden bisa memediasi mencari win-win solution bagaimana lahan tersebut bisa produktif. Negara dan daerah dapat income, ekonomi masyarakat hidup, dan kepercayaan investor berinvestasi ke Indonesia semakin tinggi"
(saya berheti sejenak dan lalu melanjutkan pemaparan saya) Â
"Tentang BPJS Ketenagakerjaan dimana hasil temuan BPK direksinya bekerja tidak produktif menggelola assetnya sehingga menghilangkan potensi penerimaan.
Tentang ketidakmampuan orang Bapak mengelola BUMN yang selalu mengalam kerugian, sementara akar permasalahannya sederhana yaitu korupsi dan manajemennya melakukan investasi yang sia-sia sebesar 54%.
Tentang dunia kelautan kita yang luas tapi hanya bisa menyumbang 30% terhadap Gross Domestic Bruto. Â Angka ini dikategorikan kecil jika dibandingkan negara Korea Selatan, Jepang dan Vietnam yg memiliki konstribusi sektor kelautan sekitar 48-57% .
Tentang pertumbuhan ekonomi hanya berkisar diangka 5% tidak mencapai angka 2 digit karena tidak pintarnya orang bapak memanfaatkan potensi ekonomi Indonesia sebagai komoditi ekspor unggulan. Hal ini juga disebabkan banyaknya orang Bapak bermental rent seeking alias calo untuk mendapatkan komisi dari barang impor dengan memanipulasi data dan memark-up kuota sehingga neraca perdagangan Indonesia selalu mengalami defisit."
(saya kembali berhenti sejenak)
"Banyak lagi contoh-contoh lain Pak Presiden. Mereka itu orang-orang tidak becus, bermental bobrok, tidak cekatan melihat peluang dan pemalas terjun ketengah masyarakat. Sementara mereka itu sudah diberi gaji yang besar, bonus, fasilitas serta wewenang. Saya kasihan melihat Pak Presiden Cuma bekerja sendiri sementara orang-orang Bapak diharapkan sebagai tim melaksanakan visi Bapak tidak terlaksana dengan baik apalagi cepat."
(Suasana terasa hening. Suara jangkrik yang tadi terdengar ramai tiba-tiba juga diam. Mungkin mereka tersindir dengan pernyataan saya)
JKW: "Wah, ini menarik sekali dialog kita malam ini! Belum ada berani bicara blak-blakan sama saya seperti ini"
(Terlihat beliau antusias)
AT: "Ini momentumnya pak presiden membuat terobosan baru  membentuk kabinet dan posisi-posisi strategis lainnya untuk memdapatkan sosok yang bisa melakukan lompatan-lompatan besar untuk mewujudkan Visi Indonesia Maju. Kita harus mencari strategi-strategi baru"
JKW : "Apa yang mesti saya lakukan"
(Dia menatap saya. Saya mendengar ucapan dari orang nomor satu itu hampir tidak percaya. Â Saya tertegun sejenak. Kerendahanhatian pada diri beliau bukan omong kosong. Meski saya rakyat jelata tidak setinggi nilai tawar para elit-elit politik tapi beliau mau meminta masukan kepada saya).
AT : "Simple, Pak Presiden..!"
(Saya memperbaiki posisi duduk saya untuk  tidak menyia-nyiakan kesempatan diberikan orang nomor 1 ini)
"Lakukan Sayembara untuk mendapatkan eksekutor-eksekutor handal sebagai tim yang melakukan eksekusi visi Bapak.
Mustahil Bapak  dapat mewujudkan Indonesia Maju jika metodanya masih cara konvensional dalam pembentukan kabinet Bapak. Itu sama memilih kucing dalam karung. Apalagi berdasarkan pertimbangan balas budi, kompromis politik dan berbagi lapak.Itu sangat berbahaya buat kelangsungan republik ini, pak Presiden"
(saya berhenti sejenak)
"Terobosan ini ditunggu oleh Generasi Baru bangsa ini. Sama seperti kami memperjuangkan Bapak sebagai presiden sebagai antitesa perlawanan rakyat  dari pemerintahan yang bermental keraja-rajaan mejadi mental bekerja melayani rakyat. Revolusi rakyat yang senyap ini berhasil melahirkan Bapak tanpa revolusi berdarah. Â
Jangan Bapak pupuskan harapan rakyat dan tuntutan zaman ini jika Bapak bukan tipikal pemimpin yang beretorika dan benar bersungguh-sungguh  ingin terjadi loncatan besar kemajuan Indonesia."
JKW: "Konkritnya bagaimana?"
(dia menatap saya dengan sabar)
AT: "Sayembara ini membuat 2  inti pokok  yang Bapak butuhkan dalam pemerintahan kedepan.
Pertama, sayembara itu untuk mendapatkan Desain Indonesia Maju di kementerian, badan serta BUMN yang mau dia wujudkan dalam Visi Indonesia Maju yang  sudah Bapak garis bawahi. Â
Dari desain ini, Bapak bisa mengetahui penguasaan masalah dan tantangan dihadapi kedepan di kementerian, Badan atau BUMN tersebut serta langkah-langkah atau jalur eksekusi  yang akan dilakukannya. Darisini Bapak juga bisa memilih desain mana yang lebih tepat, lebih realistis, lebih simple dan lebih cepat.
Kedua, sayembara ini untuk mencari sosok eksekutor yang tepat. Bukan sekedar jago desain saja tetapi juga jago mengeksekuis. Jadi dalam sayembara ini harus membuat target-target pencapaian dalam 100 hari kerja, per semester dan setahun kerja.
Dari sini, Bapak mengetahui jalur eksekusi dan program-program yang dibuatnya bisa terukur serta sanksi-sanksi jika target tersebut tidak tercapai. Â Dari sini, Bapak mengetahui kemampuan menajerial dan mentalitas kerja dia. Apakah dia eksekutor cekatan, enerjik, dan berani mengambil resiko sebagai syarat eksekutor yang Bapak butuhkan. Â
Sayembara ini terbuka setiap anak bangsa tanpa ada dikatomi partai, profesional, pengamat, akademisi dan lain-lain. Para peserta sayebara dinilai oleh Tim Seleksi yang Bapak tunjuk.
(saya berhenti sejenak dan terlihat beliau mencatatnya diatas buku kecil ditangannya)
"Ini baru terobosan besar di repubik ini, Pak Presiden. Kita keluar dari cara-cara lama yang kaku dan membuat cara berorientasi hasil."
JKW: "Ok, saya sudah catat semua. Saya rasa sudah cukup. Terimakasih atas waktu dan
masukan-masukannya."
(Dia bangkit dari tempat duduknya lalu menyalami saya)
AT: "Terimakasih Pak Presiden atas waktunya juga. Mumpung masih ada waktu Bpak untuk melakukan sayembara ini. Â Semoga Bapak Presiden mendapatkan eksekutor-eksekutor handal. Semoga Bapak dilindungi oleh Allah SWT dan diberikan kekuatan menghadapi godaan kekuasaan yang diamanahkan rakyat ini. Saya yakin Bapak masih tulus memimpin bangsa dan negara ini"
Orang nomor 1 itu pun melangkah meninggalkan taman tempat kami berdialog kemudian menghilang ditelan kegelapan malam. Saya pun melangkah pergi meninggalkan taman tersebut diikuti suara jangkrik yang kembali gaduh berbunyi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H