Mohon tunggu...
AZNIL TAN
AZNIL TAN Mohon Tunggu... Wiraswasta - Koordinator Nasional Poros Benhil

Merdeka 100%

Selanjutnya

Tutup

Politik

Dia Sang Presiden

5 Desember 2016   19:05 Diperbarui: 5 Desember 2016   19:22 1579
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

DIA SANG PRESIDEN

Presiden itu adalah milik bangsa. Milik seluruh rakyat Indonesia tanpa ada siapapun bisa mengklaimnya.

Dia datang bekerja untuk rakyatnya dan demi harga diri bangsanya. Dia menjaga dan melindungi segenap tumpah darah Indonesia.
Dia tidak tegak sini dan bukan pula tegak sana. Dia adil dan mengayomi seluruh rakyatnya. Dia memang milik rakyatnya.

Dia payungi rakyatnya dari kehujanan. Dia selimuti rakyatnya dari kedinginan. Dia suguhkan kopi/teh untuk menghangatkan. Dia sajikan panganan sebagai penganjal keletihan.

Presiden tahu ! Dia sedih !  Negara baru mampu menyediakan payung kecil. Baru bisa memberi selimut tipis. Cuma mampu menghidangkan kopi/teh tawar. Baru dapat menyajikan panganan dingin. Dia sadar, negerinya yang kaya tapi selama ini rakyarnya selalu diberi mimpi surga. Negara salah kelola.

Namun dengan keibahatiannya, dia terjun bekerja siang malam banting tulang untuk merubah nasib rakyatnya. Kaki jadi kepala, kepala jadi kaki dan hujan badai menghadang tak dihiraukannya agar dapat menghidangkan lebih baik kepada rakyatnya.

Dia duduk bersama rakyatnya. Dia dengar keluhan rakyatnya. Dia motivasi rakyatnya. Dia dampingi rakyatnya. Dia buka jalan untuk rakyatnya.

Presiden tahu ada yang tidak benar cara bernegara dan berbangsa selama ini melanda Indonesia.
Presiden tahu ada ketidak adilan penegakan hukum diderita rakyatnya. Presiden tahu ada kesenjangan terbentuk ditengah bangsanya. Presiden tahu ada kemiskinan dan pengangguran terjadi pada rakyatnya. Presiden tahu ada ketertinggalan dilihat pada negaranya. Presiden tahu ada cengkeraman mafia menindas bangsanya. Presiden tahu ada birokrasi yang bobrok dan korup menyengsarakan rakyatnya.

Tidak mudah untuk merubah semuannya dengan sekejap mata. Dia mulai keteladanan dari dirinya kemudian ke jajaran pemerintahannya selanjutnya ke seluruh rakyatnya. Tentang makna kejujuran. Tentang makna ketulusan. Tentang makna pengabdian. Tentang makna kesederhanaan. Tentang makna kegigihan. Tentang makna pertarungan. Tentang makna keterbukaan. Tentang makna sadar diri atas kemampuan dan realita.

Ini pasti dapat banyak tantangan dan rintangan.

Presiden bukan tidak tahu, ada sebagian rakyatnya terganggu karena mendapat keuntungan pola lama daripada pola baru diterapkannya. Presiden bukan tidak tahu, ada sebagian rakyatnya berkonspirasi untuk menggulingkannya. Presiden juga bukan tidak tahu, rakyatnya mudah dihasut ditengah krisis ketidakkepercayaan dan saling curiga sesama anak bangsa.

Dan Presiden tahu...! Itu bukanlah musuhnya. Mereka itu juga rakyatnya.

Dia datangi rakyatnya yang berselisih. Dia tegak ditengah. Dia tidak berpihak pada satu pihak. Dia cari jalan yang adil. Dia tenangkan rakyatnya. Hukum dijadikan panglima. Presiden menjaminnya bahwa semua anak bangsa sama perlakukan hukum didalam negara.

Sekarang kembalilah bekerja ! Masih banyak pekerjaan besar mesti kita hadang di depan mata.  Ayo terus bergerak, kita tuju bangsa Indonesia nan Jaya !

Merdeka !

Padang, 512-16
Aznil
Presnas PENA '98

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun