Mohon tunggu...
AZNIL TAN
AZNIL TAN Mohon Tunggu... Wiraswasta - Koordinator Nasional Poros Benhil

Merdeka 100%

Selanjutnya

Tutup

Politik

Manuver Bunuh Diri Ala Ahok

25 Juli 2016   19:47 Diperbarui: 26 Juli 2016   05:30 1717
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Kehormatan kepada orangtua bukan merendah harkat martabak kita "][/caption]

Masih ingat foto Jokowi cium tangan Megawati?  Lalu foto itu dijadikan komoditi politik memffitnah Jokowi sebagai Boneka Megawati.   

Namun Jokowi dengan santai mengatakan bahwa itu merupakan perlakuan wajar kaum muda kepada yang lebih tua.

 "Itu kan budaya Indonesia, budaya Jawa. Kepada yang lebih tua, lebih senior, ya cium tangan," ujar Jokowi (11/1/2014).

Benar ! Jokowi mencium tangan Megawati bukan berarti menjilat dan menjadi babu dari orang tua yang dicium tangannya . Bukan pula berarti akan merendahkan harkat martabat orang menciumnya. 

Ini adalah budaya sopan santun orang Indonesia.  Ini bentuk kerendahan hati untuk menghormati orang tua.  Atas sikap kerendahan hati dan menghormati orang tua ini akhirnya berbuah manis buat Jokowi.  

Siapa sangka, menjelang dekatnya pendaftaran calon Pilpres 2014, Jokowi  tiba-tiba diberi tiket oleh Megawati untuk maju sebagai calon Presiden RI yang diusung PDIP. Megawati sebagai Ketum PDIP tidak tanggung-tanggung memberikan kepercayaan itu dengan memerintahkan para kader dan simpatisan PDIP  untuk bergerak sekuat-kuatnya, sekeras-kerasnya, sehebat-hebatnya, dan seterhormat-hormatnya untuk menenangkan Jokowi.  

Berkat kerja keras parpol dan relawan, Jokowi akhirnya menang dan terpilih sebagai presiden RI.  

Sebuah kekemenangan yang dramatis. Bagaimana tidak? Jokowi bukan siapa-siapa di partai PDIP tapi dapat tiket mencapres. Sebuah tradisi politik langka terjadi di Indonesia. 

Kemenangan Jokowi juga sebuah fenomena dengan munculnya kekuatan rakyat bersatu padu  bergerak menenangkan Jokowi. Tidak ada merasa hebat, tidak ada merasa berjasa, tidak ada kesombongan. Semua satu memenangkan Jokowi untuk mewujudkan harapan baru Indonesia.

Buah dari bentuk kerendahan hatian dilakukan Jokowi. Tidak ambisius. Tidak sombong merasa elektabilitasnya tinggi sebagai calon presiden.  

Bagaimana dengan Ahok?

Apa disampaikan Muara Sirait dari kader PDIP adalah benar bahwa Megawati memberi sinyal mengusung Ahok untuk DKI.  

Maruarar menjelaskan, sinyal pertama adalah saat Ahok menghadiri ulang tahun Megawati.  Ahok yang saat itu hadir di tengah-tengah elite PDI-P mendapatkan potongan tumpeng pertama dari Megawati. 

Sinyal kedua adalah saat Ahok menghadiri peluncuran buku Megawati. Diantara tamu-tamu penting yang hadir, Ahok juga mendapatkan buku pertama dari Megawati. 

Ketiga, saat haul Taufik Kiemas hubungan Megawati-Ahok juga sangat akrab.   

Karena rendahnya kecerdasan emosi si-Ahok dan karena begitu mengebu-gebu ambisi dia ingin jadi gubernur DKI kembali , Ahok melakukan langkah kerasak-kerusak yang membuat publik hilang simpatik. Seperti ada satu misi terselubung seakan-akan dibawanya. Isu membawa kepentingan pengembang akan membuat publik semakin yakin pencalonan Ahok dibalik itu.

Meski Megawati sudah memberi sinyal ke Ahok tiba-tiba dia melakukan manuver dengan mengambil jalan maju jalur independen untuk Pilkada 2017. 

Ahok kemudian membangun propaganda ditengah memasyarakat bahwa untuk maju jalur partai  maharnya mencapai  200 Miliar dan Parpol sarang maling.  

Tapi lucunya, konon katanya Ahok sudah dapat 1 juta KTP sebagai modal maju independen tapi tiba-tiba dia menjilat ludahnya sendiri.  Ahok merangkul partai untuk mencapai ambisinya untuk kembali menjadi gubernur DKI.  Dia tidak konsisten apa yang diucapkannya maju jalur independen.   

Tidak cukup itu saja kekonyolan manuver politik bunuh diri ala Ahok ini,. Dia merangkul partai yang pernah dikecam publik sebagai partai Orde Baru.  Masih hangat diingatan publik, bahwasanya Ketum dari partai dirangkum Ahok tersebut adalah pelaku utama skandal Papa Minta Saham. 

Tak hayal,  manuver politik Ahok ini mendapat perlawanan dari para relawan Jokowi. Ahok dianggap mengkhianati perjuangan mewujudkan Indonesia baru yang diimpikan. Di dunia sosial media muncul trending topik #AhokKhianatiJokowi.

Perang dunia maya tak terelakan lagi.  Semua manuver Ahok ini sangat membahayakan dirinya. 

Manuver yang disebabkan tidak adanya kesabaran revolusi pada diri Ahok. Dia tidak belajar seni politik Jokowi. Meski capres presiden adalah hak Megawati sebagai Ketum PDI Perjuangan tapi Megawati dengan senang hati menyerahkan ke Jokowi.  

Meski elektabilitas Jokowi sangat tinggi pada saat itu  jika mencalon presiden tapi tidak membuat dia jumawa dan seradak-seruduk untuk dapat tiket capres.   

Ahok juga tidak meniru cara Jokowi bagaimana begitu eloknya politik dilakukannya dalam memadukan kekuatan partai dan relawan untuk pemenangannya. Tapi Ahok malah membuat perseteruan dengan partai bahkan membuat perpecahan antara  relawan dengan relawan.  

Apakah manuver ala Ahok ini, dia akan hidup atau mati?

Kita lihat saja nanti !  Siapa menabur angim maka dia menuai badai.   

Salam Pilkada 2017 

Aznil 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun