[caption id="attachment_381170" align="aligncenter" width="770" caption="Gambar Ilustrasi (Sumber:dealightfullyfrugal.blogspot.com) "][/caption]
Dalam kaidah politik kontemporer semua sumberdaya dapat menjadi modal dama menggalang dukungan. Termasuk salah satunya membangun opini public melalui media massa baik online maupun offline. Terlebih dalam perkembangan politik yang sudah menuju dewasa seperti di Indonesia tercinta tentunya.
Pertarungan politik pemilihan presiden beberapa waktu lalu masih menimbulkan gejala sisa hingga saat ini. Saya katakana gejala sisa karena ibaratkan orang yang terkena penyakit, setelah sembuh tetap akan meninggalkan beberapa gejala yang sulit hilang walaupun cepat atau lambat akan pulih seiring dengan terapi lanjutan. Demikian halnya dalam hal perpolitikan kita.
Permainan politikus yang melibatkan media untuk membangun opini public, popularitas, dan menggaet pendukung beberapa waktu yang lalu berpengaruh hingga saat ini. Padahal pada kenyataannya proses politik pemilihan presiden sudah berakhir. Tetapi kenyataannya banyak yang sudah atau gagal move on sehingga masih terbawa sebagai pendukung fanatik atau heaters fanatik. Hal ini yang menyebabkan sulitnya orang untuk menjai realitis, objektif, dan menjadi komentator yang baik.
Artikel ini saya tulis setelah saya mendapatkan komentar yang sangat menghibur setelah saya share sebuah artikel tentang bagaimana kebijakan menteri BUMN terkait rencana PGN dan Pertamina. Sontak seorang teman pengguna social media berkomentar artikel bodoh, membelokkan opini dan lain-lain. Padahal jelas dalam artikel ini hanya memuat saran kepada menteri BUMN agar tidak menyetujui rencana PGN untuk membangun pipa pemasok gas yang akan menghubungkan seluruh SPBU. Saran inipun dikarenakan PGN bukan milik pertamina/Negara sehingga akan menguntungkan asing (sebagian sahamnya dimiliki asing). Hanya ini sebenarnya inti yang dibahas dalam artikel tersebut. Sayangnya komentator pendukung fanatik presiden gagal memahami ini sehingga dibaca sebagai pembelokan berita dan upaya membangun opini. Padahal dalam artikel jelas disebutkan “Jika pemerintah menetujui rencana PGN untuk… maka public akan mencurigai…”. Ini yang tidak dipahami karena dibutakan oleh fanatisme.
Pengalaman saya sebenarnya bukan hanya pada artikel ini saja, tapi kebetulan ini saya share di salah satu media social saja. Sebagai ekperimen, silakan saja pembaca mengunjungi berita-berita pada media online dan cek komentar-komentar disana. Kita akan banyak sekali menemukan komentator yang positif dan negatif yang berbahaya untuk kehidupan berbangsa dan bernegara.
Be a Smart Reader
Sebagai pembaca berita tentunya kita harus memahami konteks apa yang dibicarakan. Positif dan negative dari sebuah berita harusnya menjadi informasi yang berguna bagi kita sebagai pembaca. Tidak perlu terlalu antusias dengan berita positif dan terlalu antipasti dengan berita negatif. Hal ini bukan tanpa alas an mengingat kita berada di dunia yang ada peluang yang sangat besar untuk benar dan demikian juga sebaliknya untuk salah. Jadilah pembaca yang baik, cermati, dan jangan terpancing dengan hal yang terkadang kurang menyenangkan karena boleh jadi itu salah. Masing-masing memiliki probabilitas untuk benar dan salah.
Be A Smart Influencer
Menjadi bagian dari sebuah golongan kelompok atau pendukung sebuah kelompok itu sah-sah saja. Namun dalam kehidupan berbangsa dan bernegara jadilah warga Negara yang baik. Dalam konteks ini tentunya menjadi warga Negara yang baik dengan cara menyebarkan semangat positif sebanyak-banyaknya agar tercipta budaya yang lebih postif.
Sebagai pembaca yang mendukung salah satu golongan mungkin akan sulit untuk berpendapat bertolak belakang dengan apa yang diidolakan. Sebagai pembaca yang baik usahakan untuk selalu objektif terlebih jika anda akan berkomentar karena akan menjadi influencer bagi yang lain. Apapun yang anda sebarkan usahakanlah untuk objektif, rasional, dan tetap berpikir kritis akan baik, buruk, benar, salah, dan hal lain yang menyangkut etika atau norma yang berlaku. Dengan demikian kita tidak menjadi fans yang buta sehingga semua harus benar atau sebaliknya semua harus salah. Kembali lagi, semua memiliki probabilitas untuk benar atau salah, untuk itu objektiflah!.
Selamat menjadi smart reader dan postif influencer!!!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H