Mohon tunggu...
Azmi Oktansyah
Azmi Oktansyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mulai aja dulu

20107030082 - Ilmu Komunikasi - UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Akuisisi Bakat Menghancurkan Perusahaan Rintisan

30 Juni 2021   23:18 Diperbarui: 30 Juni 2021   23:35 695
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Start Up episode 12 diwarnai kesuksesan Samsan Tech dalam menarik investor dan para juri dalam hari demo membuat Samsan Tech direkrut oleh perusahaan asal Amerika. 

Awalnya Samsan Tech menerima untuk diakuisisi perusahaan. Euforia kemenangan Samsan Tech dalam hari demo membuat keadaan menjadi lebih buruk. Dengan ditawari akuisisi dan pendanaan yang banyak dari perusahaan di Amerika, ternyata Samsan Tech tidak diakusisi perusahaan penuh, melainkan hanya diakusisi bakat yang akhirnya menyebabkan perpecahan pada tim perusahaan Samsan Tech.

Akuisisi perusahaan sendiri merupakan peralihan tanggung jawab pegawai dan alih kendali perusahaan. Sedangkan akuisisi bakat hanya untuk menyeleksi beberapa pegawai yang dibutuhkan keahliannya. Seperti halnya Samsan Tech yang diakuisisi bakat tim pengembangnya saja menyebabkan Samsan Tech harus gulung tikar dari Sand Box.

Walaupun episode kali ini terasa menyedihkan karena berpisahnya Samsan Tech tetapi tetap terdapat intisari atau pelajaran-pelajaran yang dapat diambil hikmahnya dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Tetap Fokus dan Jangan Gegabah Melakukan Sesuatu

Akuisisi bakat yang dialami Samsan Tech merupakan efek dari kecerobohan CEO dan CTO nya sendiri. Dal-mi dan Do-san tidak menyimak dengan seksama kontrak kerja dengan perusahaan Amerika. Oleh karena itu, tanpa pertimbangan yang pasti Dal-mi dan Do-san melakukan teken kontrak dan menandatangani kontrak perjanjian tersebut.

Mungkin contoh kecil yang sering kita alami yaitu ketika kita sedang melaksanakan ujian di sekolah. Ketika kita selesai mengerjakan soal, dengan tanpa hentinya guru pengawas menyuruh kita untuk memeriksa kembali lembar jawaban kita. Tidak lain dan tidak bukan tujuannya adalah untuk memastikan bahwa kita tidak ceroboh dan tidak melewatkan menjawab soal.

Tetap Fokus Pada Apa yang Ada di Depan

Ketika Dal-mi diingatkan oleh In-jae agar tidak mengambil keputusan yang salah dengan selalu mengingat masalalu dan hal buruk yang pernah dialaminya. In-jae menyuruh Dal-mi untuk fokus kedepan. Ia berkata fokus kedepan saja belum tentu akan berhasil apalagi jika terus melihat ke belakang.

dokpri: file screenshot
dokpri: file screenshot
Hal seperti ini cocok dianalogikan ketika kita berkendara di jalan. Kita harus fokus ke depan dan memperhatikan jalanan. Jika kita terlalu fokus dan terlalu sering melihat dan memperhatikan kaca spion maka kemungkinan terjadinya kecelakaan sangat tinggi. Entah itu menabrak kendaraan di depan atau keluar dari jalur yang seharusnya.

Setiap dari kita akan sangat berat melangkah ke depan jika pikiran kita saja masih ada di belakang. Seseorang yang belum selesai dan belum mengikhlaskan masa lalunya tentu akan sangat sulit ketika diajak berjalan kedepan. Maka untuk memulai melangkah maju, pastikanlah kita sudah ada di garis awal untuk mulai melangkah dan tidak berada jauh di belakangnya.

"Untuk dapat melangkah maju, kita harus mengikhlaskan masa lalu terlebih dahulu" -- Syafii Efendi

Berterus Terang Walaupun Pahit

Sebagai mentor dari Samsan Tech, Han Jipyeong dituntut untuk dapat selalu bicara berterus terang sekalipun itu berita yang tidak mengenakkan. Dengan keterus terangannya semua urusan menjadi jelas transparansinya dan segala persoalan dapat terselesaikan walaupun ada saja satu di antara tim yang tidak menerima perkataannya.

dokpri: file screenshot
dokpri: file screenshot
Sama halnya dengan yang terjadi di kehidupan nyata. Terkadang seseorang lebih menginginkan sebuah kejujuran dan berterus terang walaupun menanggung risiko yang pahit. Karena ia berpikir akan lebih menyakitkan jika mengetahui kebenaran yang terjadi dari orang lain. Maka dari itu lebih baik jujur walaupun menyakitkan.

Hal ini berhubungan dengan kebiasaan berperilaku jujur dalam kehidupan sehari-hari. Orang yang terbiasa dengan kejujuran akan memiliki mentalitas yang baik dan persentase sakit hatinya kecil ketika mendengar sebuah kepahitan dari kejujuran. Dengan hal itu seseorang dapat menjadi lebih realistis dan selalu berani menghadapi realita yang sebenarnya terjadi.

Jika Terus Ragu, Pada Akhirnya Kau Akan Kalah

Pelajaran ini terdapat pada scene ketika Han Jipyeong selalu ragu untuk menyatakan cintanya kepada Dal-mi. Ia diibaratkan seperti tongkat yang ragu memukul bola base ball. Padahal kemungkinan nya hanya ada dua, jika bola dipukul mungkin saja gagal dan ke luar lapangan tapi terdapat juga kemungkinan bola tepat sasaran dan home run.

dokpri: file screenshot
dokpri: file screenshot
Hal ini sering terjadi pada anak muda. Keraguan membuatnya tidak bisa menentukan langkahnya ke mana. Jika kita terus berada dalam lingkaran keraguan maka hidup kita tidak akan pernah berubah karena kita hanya berputar-putar pada lingkaran keraguan tersebut. 

Diperlukan sebuah keputusan dengan penuh keyakinan untuk memulai suatu perubahan. Ketika kita dilanda keraguan cobalah untuk merenung sejenak dan pikirkan apa yang membuat kita ragu. 

Kita bisa berpikir dan menganalisis beberapa kemungkinan yang akan terjadi ketika kita dilanda keraguan. Dengan menganalisis kemungkinan dan mengetahui risiko yang akan terjadi tentu akan menjadi suatu pertimbangan bagi kita dan bisa menghilangkan keraguan hingga akhirnya melangkah serta mampu membuat keputusan yang optimal.

Jika Tidak Bisa Mengalahkan Musuhmu Maka Jadilah Pengikutnya

Akuisis bakat membuat Seo Dal-mi kehilangan Samsan Tech dan kalah bersaing dengan kakaknya Won In-jae. Ketidakmampuan Dal-mi mengalahkan In-jae membuat Dal-mi menuruti perkataan mentornya Han Jipyeong. Akhirnya Dal-mi melamar ke perusahaan In-jae dan jadi pengikutnya untuk mengembangkan perusahaan AI.

Cara ini mungkin dapat dilakukan ketika dalam keadaan krisis. Banyak orang yang lebih mementingkan gengsi dan harga diri ketika kalah dari lawan bertandingnya. Padahal alangkah baiknya ketika memiliki prinsip "Di luar kawan di dalam lawan". Dengan prinsip seperti itu maka relasi dan teman akan semakin luas dan tidak berat menanggung malu ketika kalah dalam berkompetisi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun