Mohon tunggu...
Azmi Oktansyah
Azmi Oktansyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mulai aja dulu

20107030082 - Ilmu Komunikasi - UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Dibanggakan Tak Selalu Menyenangkan

30 Juni 2021   07:25 Diperbarui: 30 Juni 2021   07:33 593
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

       Siapa sih yang tidak senang ketika menjadi kebanggaan seseorang? baik itu menjadi kebanggaan orang tua, kebanggaan keluarga, kebanggaan teman, sahabat, kekasih atau orang-orang terdekat lainnya. Kita semua pasti merasa senang akan hal itu, karena dengan hal itu ada perasaan merasa berharga dan dianggap ada oleh orang-orang di sekitar kita. Namun siapa sangka, di balik senangnya menjadi kebanggaan seseorang ternyata terdapat beban tersendiri yang dirasa cukup berat untuk memikulnya.

       Hal ini terjadi pada Nam Do-San, CTO dari perusahaan rintisan Samsan Tech dalam serial drama "Start Up" episode 10 & 11. Berawal dari juara olimpiade matematika pada usia 5 tahun, Nam Do-San menjadi anak kebanggaan dan selalu disanjung juara oleh orang tuanya. Nam Do-San senang dengan hal itu, di satu sisi ia berhasil menjadi kebanggaan dan membanggakan orang tuanya, tapi di sisi gelapnya Nam Do-San sendiri merasa menanggung beban yang sangat berat. Pasalnya dengan menjadi anak kebanggaan orang tua, maka Nam Do-San dituntut oleh orang tua nya untuk selalu sempurna. Baik itu dalam bidang akademik, karir dan dalam segala hal di kehidupannya. Jika harus seperti itu manusia mana yang sanggup menerima beban seperti itu sedangkan yang namanya manusia itu jauh dari kata sempurna. Perasaan takut mengecewakan orang tua selalu menghantui Nam Do-san setiap harinya. Padahal ia sadar penuh, kemampuan yang ia miliki tidak seperti apa yang ada di pikiran orang tuanya, semua itu terasa hanya dilebih-lebihkan oleh orang tuanya.

       Hal yang serupa banyak terjadi di dunia nyata khususnya pada beberapa pemuda yang saya temui dan mungkin masih banyak terjadi hal sama pada orang-orang di luaran sana. Ada yang diberikan kepercayaan lebih oleh orang tuanya, selalu disanjung dan dijadikan kebanggan keluarganya, dipuji-puji di tempat umum padahal yang terjadi sama sekali tidak seperti itu, secara psikis pemuda tersebut malah merasa stress dan menanggung beban harus memenuhi ekspektasi orang sekitar. Pada kenyataannya pemuda tersebut memang tidak sehebat seperti yang dibanggakan orang tuanya, ia juga tidak mampu lagi melakukan apa yang menjadi ekspektasi orang tuanya karena itu lah ia merasa stress dan merasa terus dituntut untuk membuktikan ekspektasi orang lain yang dilimpahkan padanya.

       Di media sosial tik-tok juga ada pemuda yang seperti itu. Di keluarganya ia merupakan seorang yang alim, berilmu, dan patuh. Namun siapa sangka ia berani confess di media sosial tersebut bahwa dia adalah seorang gay. Setiap hari ia menutupi dirinya yang sebenarnya untuk memenuhi ekspektasi orang lain, bukankah hal itu sangat berat untuk dilakukan dan sangat berisiko jika ia ketahuan tidak sesuai dengan yang diekspektasikan.

       Kembali lagi kepada Nam Do-San, akhirnya ia menemukan solusi dari bebannya selama ini.  Ia memberanikan diri mengakui bahwasannya ia tidak selalu seperti apa yang diekspektasikan orang tuanya. Meminta ruang pada orang tuanya agar ia bisa menjadi dirinya sendiri, lengkap dengan kekurangan dan kelebihan yang dimilikinya. Kemudian akhirnya orang tua Do-San mengerti dan Do-San bisa merasakan menjadi diri sendiri tanpa terus berpura-pura hebat. Itu hanya sebuah solusi dari masalah dalam serial KDrama. Untuk kamu yang memiliki masalah yang sama mungkin kamu akan mendapatkan solusi yang lebih baik dari permasalahan tersebut. Tetap semangat !

"Banyak kalimat motivasi mengatakan "jadilah diri sendiri!" Namun ketika aku menjadi diri sendiri ternyata semua orang malah pergi." -- Anonim

Selain apa yang telah diuraikan di atas tentu saja Start Up episode 10 & 11 juga memiliki insight lain yang disuguhkan untukmu. Berikut adalah insight-insightnya.

Kebohongan yang Baik adalah Sesuatu yang Tak Pernah Ada

       Siapa sangka awal dari panjangnya kisah di Start Up ini adalah sebuah kebohongan. Kebohongan yang pertama kali dilakukan oleh nenek Seo Dal-Mi dan Pak Han Jipyeong di masa lalu dengan tujuan baik agar membuat Seo Dal-Mi senang. Di masa lalu, nenek dan Jipyeong sepakat untuk membuat surat dengan mengatasnamakan Nam Do-San untuk diberikan kepada Dal-Mi agar Dal-Mi memiliki teman dan merasa tidak kesepian. Kebohongan itu pun terus berlanjut. Dengan mengatasnamakan Nam Do-San, Han Jipyeong rutin bertukar surat dengan Seo Dal-Mi. Sampai pada akhirnya Seo Dal-Mi mengirim surat yang menjadi kali terakhirnya karena surat tersebut tidak pernah dibalas lagi oleh Jipyeong. Ironisnya 15 tahun kemudian takdir mengatakan bahwasannya Dal-Mi bertemu dengan Nam Do-San yang asli sebagai partner di Samsan Tech dan bertemu dengan Han Jipyeong sebagai mentor dari Samsan Tech. Singkat cerita kebohongan 15 tahun lalu terbongkar. Dal-Mi pun merasa sedih dan bingung siapa orang yang dicintainya. Apakah Do-San yang rutin membalas suratnya 15 tahun yang lalu ataukah Do-San yang menjadi rekan bisnisnya di Samsan Tech. Dari sini lah nenek menyadari bahwasannya tidak ada kebohongan yang baik. Awalnya nenek memulai kebohongan ini dengan tujuan baik membuat Dal-Mi bahagia, namun tetap saja pada akhirnya kebohongan tersebut terbongkar dan Dal-Mi merasa sangat terluka.

dokpri: file screenshot
dokpri: file screenshot
       Poin nya adalah ketika kita berbohong di awal sekali maka kebohongan-kebohongan yang lain akan terus terjadi untuk menutupi kebohongan-kebohongan di awal tadi. Mungkin itulah salah satu alasan kita harus bersikap dan berkata jujur walaupun kita tahu terkadang kejujuran membawa rasa yang tak nyaman. Tapi lebih tidak nyaman lagi ketika kita tahu dari orang lain cerita yang sebenarnya terjadi atau singkatnya kebohongan yang dilakukan kita terbongkar.

Percaya Diri lah Agar Bisa Meyakinkan Orang Lain

       Insight yang ini sepertinya agak sedikit berat didengar namun memang begitu kenyataannya. Ketika kita ingin membuat orang lain memercayai kita tentu hal pertama yang harus kita lakukan adalah percaya pada diri kita sendiri terlebih dahulu. Pelajaran ini didapat ketika hari demo angkatan ke-12 di perusahaan Sand Box di mana setiap CEO akan melakukan presentasi untuk meyakinkan para juri di hari demo bahwasannya perusahaan rintisan yang sedang dilakoninya adalah perusahaan terbaik yang mampu berkembang dan berinovasi. Saat itu lah Han Jipyeong mengatakan kepada semua CEO agar bisa percaya diri sebelum tampil untuk presentasi dan meyakinkan para juri.

dokpri: file screenshot
dokpri: file screenshot

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun