Ketika kita jatuh cinta, otak kita merespons dengan meningkatkan aktivitas di daerah yang terkait dengan perilaku pengambilan risiko dan pengambilan keputusan. Ini dapat menyebabkan perubahan dalam cara kita berpikir dan bertindak. Kita mungkin merasa lebih percaya diri dan optimis saat mencoba untuk menarik perhatian pasangan kita, atau lebih rentan terhadap perilaku impulsif ketika mencoba untuk menjaga pasangan kita tetap tertarik.
6. Stimulasi Fisik dan Emosi
Ketika kita jatuh cinta, semua jenis rangsangan fisik dan emosional dapat memiliki dampak yang lebih kuat pada kita. Sentuhan lembut, kata-kata pujian, atau bahkan hanya mendengar suara pasangan kita dapat merangsang tubuh kita untuk menghasilkan hormon cinta yang menyenangkan. Dalam hal ini, cinta dapat dianggap sebagai semacam ketergantungan, karena kita selalu mencari rangsangan yang dapat merangsang hormon dan perasaan senang.
7. Membentuk Keselarasan dengan Pasangan
Jatuh cinta juga dapat memungkinkan kita untuk membentuk keselarasan dan koneksi yang lebih dalam dengan pasangan kita. Saat kita merasa terhubung secara emosional dengan pasangan kita, otak kita membuat asosiasi antara situasi atau benda tertentu dan perasaan positif kita. Jadi, ketika kita melihat pasangan kita atau mendengar suara tertentu, otak kita secara otomatis memicu perasaan senang dan terkoneksi.
Kesimpulan
Jatuh cinta bisa menjadi pengalaman yang sangat menyenangkan dan bermanfaat bagi kita. Cinta merangsang produksi hormon-hormon yang positif, memberi kita perasaan bahagia, membantu kita membentuk keselarasan dengan pasangan kita, dan bahkan memperkuat koneksi kita dengan orang lain. Dalam perspektif psikologi, memahami bagaimana otak kita bereaksi ketika kita jatuh cinta dapat membantu kita memahami diri kita sendiri, perilaku kita, dan koneksi kita dengan pasangan kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H