Mohon tunggu...
Azmil Muftakhorroh
Azmil Muftakhorroh Mohon Tunggu... Guru - Guru

Saya mahasiswa dan juga seorang guru. Hobi saya adalah membaca, menulis, mendengarkan lagu dan makan.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Revitalisasi dan Pelestarian Warisan Budaya Pantun di Era Digital

30 Juni 2024   10:10 Diperbarui: 30 Juni 2024   10:18 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar: instagram.com/eidairy

Indonesia dengan kekayaan budaya melimpah memiliki banyak warisan sastra tradisional yang memikat, salah satunya adalah pantun. Pantun adalah salah satu bentuk puisi tradisional yang sangat terkenal di Indonesia dan beberapa negara Asia Tenggara lainnya. 

Pantun sering digunakan untuk menyampaikan pesan atau cerita dengan gaya yang khas dan penuh permainan kata. Pantun juga dianggap sebagai bagian penting dari budaya dan kesenian tradisional Indonesia.

Dalam sebuah pantun, pengarang sering kali menyampaikan pesan moral, nasihat, atau ungkapan perasaan dengan cara yang indah dan menggugah. Meskipun memiliki nilai seni dan budaya yang tinggi, pantun menghadapi tantangan dalam melestarikan eksistensinya di era modern. Minat masyarakat terhadap pantun cenderung menurun. 

Ada beberapa faktor yang menyebabkan hal ini, antara lain perubahan gaya hidup, pergeseran nilai-nilai budaya, dan kurangnya pemahaman tentang nilai budaya dalam pantun.

1. Perubahan Gaya Hidup

Seiring dengan kemajuan teknologi dan gaya hidup yang modern, minat masyarakat terhadap kegiatan tradisional seperti membaca dan menulis pantun telah menurun.

2. Pergeseran Nilai-nilai Budaya

Perubahan nilai-nilai budaya juga berpengaruh terhadap minat terhadap pantun. Generasi muda lebih tertarik pada hal-hal yang dianggap lebih relevan dengan zaman sekarang ini, seperti media sosial dan hiburan di layar ponsel.

3. Kurangnya Pemahaman

Sastra pantun seringkali tidak mendapatkan perhatian yang cukup dari masyarakat yang kurang akan pemahaman dan kurang dihargai oleh generasi muda.

Meskipun pantun saat ini mungkin tidak banyak diminati, ada beberapa langkah yang dapat diambil untuk memastikan agar sastra pantun tetap berkembang dan dilestarikan di tengah masyarakat modern. Untuk memastikan sastra pantun tetap berkembang dan dilestarikan, ada beberapa langkah yang bisa diambil:

1. Integrasi dalam Kurikulum Pendidikan

Pemerintah dan lembaga pendidikan dapat memasukkan pelajaran tentang pantun dalam kurikulum sekolah. Dengan demikian, generasi muda akan terbiasa dan teredukasi tentang keindahan serta nilai-nilai dalam pantun sejak usia dini.

2. Penggunaan Media Sosial dan Teknologi

Memanfaatkan media sosial dan teknologi untuk mempromosikan pantun dapat menjadi cara efektif untuk menjangkau generasi muda. Kontes pantun online, forum diskusi, dan aplikasi khusus untuk pembelajaran pantun dapat menjadi sarana yang menarik bagi mereka untuk terlibat dalam kegiatan sastra tradisional.

3. Komunitas dan Organisasi Budaya

Komunitas dan organisasi budaya juga dapat memainkan peran penting dalam memelihara dan mengembangkan pantun. Melalui berbagai acara seperti pertunjukan, lokal karya, dan festival sastra, mereka dapat menciptakan lingkungan yang mendukung bagi para penggemar pantun untuk bertemu, berbagi pengetahuan, dan mengembangkan keterampilan mereka dalam mencipta pantun.

4. Melestarikan Tradisi Budaya dan Adat Istiadat

Penggunaan pantun dalam acara palang pintu merupakan salah satu contoh tradisi budaya Betawi yang masih dilestarikan hingga saat ini. Palang pintu adalah upacara adat yang biasanya dilakukan dalam rangkaian acara pernikahan Betawi. Acara ini sarat dengan nilai-nilai budaya dan memiliki beberapa elemen penting, salah satunya adalah pertukaran pantun. 

Penggunaan pantun dalam palang pintu tidak hanya sekadar hiasan dalam upacara, tetapi juga sarat dengan makna dan nilai budaya. Pantun-pantun ini mengandung pesan moral, adat istiadat, serta kearifan lokal yang diwariskan dari generasi ke generasi. Melalui pantun, proses komunikasi menjadi lebih indah dan bermakna, serta menunjukkan kepiawaian dalam berbahasa dan berbudaya.

Dengan langkah-langkah ini, diharapkan pantun tidak hanya bertahan sebagai warisan budaya yang berharga, tetapi juga berkembang dan beradaptasi dengan perkembangan zaman. Dengan menjaga dan mengembangkan pantun, kita tidak hanya melestarikan warisan nenek moyang, tetapi juga memperkaya kehidupan budaya kita dengan nilai-nilai yang bermakna dan inspiratif.

Pada akhirnya, melalui upaya yang berkelanjutan, pantun sebagai bagian dari warisan budaya Indonesia dapat terus hidup, berkembang, dan menginspirasi generasi mendatang. Dengan demikian, kekayaan sastra dan budaya Indonesia akan tetap hidup dan terus menginspirasi, menciptakan rasa bangga dan identitas yang kuat bagi bangsa ini di tengah arus globalisasi.

_Artikel ini dibuat untuk memenuhi tugas Ujian Akhir Semester Sastra Lama yang bertemakan pantun, Universitas Pamulang Program Studi Sastra Indonesia._

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun