Sumber daya manusia merupakan hal fundamental yang harus dimiliki oleh suatu negara. Keberhasilan pembangunan suatu negara tergantung pada kualitas sumber daya manusia (SDM) yang ada. Setiap negara selalu berupaya keras untuk dapat meningkatkan kualitas dan kopentensi sumber daya manusianya. Hal ini tentu menjadi tantangan tersendiri bagi pemerintah untuk mencapai tujuan tersebut.
Berkaitan dengan kualitas sumber daya manusia, beberapa hasil kajian menyatakan bahwa sumber daya manusia yang berkualitas adalah sumber daya manusia yang memiliki karakter: 1) Competency, yaitu memiliki pengetahuan, keterampilan, kemampuan serta pengalaman yang baik. 2) Berkommitmen pada organisasi. 3) Selalu bertindak efektif pada biaya, serta 4) bertindak selaras antara tujuan pribadi dan sosial.Â
Pengembangan sumber daya manusia Indonesia merupakan bagian dari proses dan tujuan pemerintah dalam membangun dunia pertanian. Karena hal ini tak lepas dari peran penyuluh sebagai aktor penting dalam menjembatani pemerintah dan para petani.Â
Sejalan dengan itu pemerintah telah melakukan berbagai upaya demi terciptanya iklim pembangunan pertanian yang kondusif. Upaya tersebut tercermin dalam pencanangan program Refitalisasi Penyuluhan pertanian (RPP). Yaitu telah disahkanya undang undang system penyuluah pertanian, perikanan dan kehutanan (SP3K) No.16 Tahun 2006.
Upaya ini bertujuan untuk menata dengan baik penyuluhan pertanian agar memiliki satu pemahaman sehingga dapat dicapai kebijakan yang sesuai dengan kebutuhan pertanian Indonesia.
Kemajuan teknologi yang serba digital seperti saat ini telah memberikan perubahan secara perlahan pada dunia penyuluhan. Saat ini penyuluhan bisa dilakukan secara e-learning, zoom, media googlemeet dan berbagai platform lainya.Â
Dengan pemanfaatan e-learning pembelajaran bisa dilakukan secara jarak jauh walau di beberapa hal masih ada keterbatasan. Keterbatasan itu seperti tingkat pendidikan peserata, umur peserta yang dapat mempengaruhi keinginan dalam penggunaan teknologi informasi.Â
Namun secara bertahap keterbatasan itu bisa diatasi dengan kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah seperti mengadakan pelatihan pelatihan dibidang teknologi informasi sehingga pembangunan pertanian melalui penyuluhan bisa terwujud.
Keberadaan ontologis dunia digital atau virtual sudah berubah yang semula komunikasi konvensional face to face sekarang komunikasi bisa dilakukan dengan sarana kabel telpon, kemudian berkembang alat komunikasi nir kabel yaitu hand phone, dan saat ini yang berkembang adalah komunikasi face to face namun di fasilitasi oleh jaringan internet. Dan hal ini kedepanya akan menjadi dominasi sarana komunikasi.Â
Secara epistimologi bagaimana komunikasi bisa dibangun dengan zoom dan google meet. Bisa di katakana saat ini hampir semua kalanagan, pelajar, mahasiswa, karyawan dan propesional lainya mindset mereka sudah berkembangan dengan komunikasi yang serba nir kabel yaitu seperti platform yang berkembang tadi.Â
Zoom, google meet sudah di anggap sebagai cara berkomunikasi yang efektif dan efisien, jangkauwannya tak terbatas dan cost yang efisien. Secara aksiologi ada hal yang positif dan ada hal lain yang ditimbulkan dari perkembangan paradima komunikasi digital ini.Â
Contoh positifnya, komunikasi atasan yang berada di luar Indonesia bisa berkomunikasi dengan karyawanya yang ada di Jakarta tanpa harus mengkhawatirkan jarak yang terbentang.
Hal ini menggambarkan begitu efektifnya dampak yang dihasilkan. Negatifnya, mungkin masih berkaitan etika komunikasi seperti camera off ketika perkuliahan sedang berlangsung. Atau, tentu, perkembangan teknologi informasi akan berdampak pada sisi peradaban masyarakat.Â
Sesuai dengan teori determinasi teknologi MacLuhan. MecLuhan mencoba menjelaskan bagaima perkambanagn teknologi akan berdampak pada pola pikir manuasia dan kebiasaan manusia. Konstruksi komunikasi yang ada tentu sangat dipengaruhi oleh perkembangan teknologi komunikasi.Â
Jika diaplikasikan dalam dunia penyuluhan, para penyuluh dan masyarakat pertanian lainyanya hendaknya mampu beradaptasi dengan perkembangan media komunikasi yang ada.Â
Seperti penyuluhan yang sebelumnya dilakukan secara tatap muka di ladang, di sawah atau diruangan kantor lurah maka dengan perubahan paradigma dan berlanjut pada perubahan media komunikasi penyuluhan bisa dilaksanakan secara zoom atau e learning.Â
Maka secara aksiologi tujuannya jelas, bahwa perubahan paradigm ini dapat meningkatkan efektifitas dan efisiensi dalam berkomunikasi namun dengan catatan literasi digital masyarakat pertanian mesti dapat mengiringi keberkembagan media komunikasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H