Mohon tunggu...
Aini Widayah
Aini Widayah Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

wasyhadd bi anna muslimuun....

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Pandangan Politik Yang Ckckckck

28 Mei 2011   16:56 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:06 4885
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Teringat dua hari lalu pas buka akun fb salah satu mahasiswi di kampusku. Tiba-tiba bikin tanganku gatel pengen ngomentari pandangan politiknya. Hehee.. Cuma karena beberapa hari ini lagi ‘sok sibuk’, jadilah baru malam ini sempat kulampiaskan rasa gatel di tanganku itu.

Gini kata mahasiswi itu…

Pandangan Politik     : Liberalisme tp istiqomah sama Allah InsyaAllah

Pandangan politik yang cukup mengesankan, menggelikan, mengharukan, memprihatinkan, mengenaskan & membuat mulutku berdecak ckckck. Jadilah perasaan nano-nano dihatiku; gemes, grigitan, pengen ketawa tapi aku tahan.

Ga abis pikir, bagaimana mungkin punya paradigma yang bertentangan dengan islam (liberalisme) tapi tetap istiqomah?

itu sii sama aja STMJ "sholat terus maksiat jalan" atau pengennya mah masuk surga, tapi doyannya ngelanggar aturan Allah mulu... secara logika aja sudah lewa…t.

Kenapa dan apa itu liberalisme?

Menurut Wikipedia : Liberalisme atau Liberal adalah sebuah ideologi, pandangan filsafat, dan tradisi politik yang didasarkan pada pemahaman bahwa kebebasan adalah nilai politik yang utama.[1]

Secara umum, liberalisme mencita-citakan suatu masyarakat yang bebas, dicirikan oleh kebebasan berpikir bagi para individu. [2] Paham liberalisme menolak adanya pembatasan, khususnya dari pemerintah dan agama.[2]

Dalam masyarakat modern, liberalisme akan dapat tumbuh dalam sistem demokrasi, hal ini dikarenakan keduanya sama-sama mendasarkan kebebasan mayoritas. Bandingkan [3]

Lahirnya…

Liberalisme untuk pertama kalinya dikobarkan oleh kaum Borjuis, Prancis pada abad ke-18 sebagai reaksi protes terhadap kepincangan yang telah berakar lama di Prancis. Sebagai akibat warisan sejarah masa lampau, di Prancis terdapat pemisahan dan perbedaan yang tajam sekali antara golongan I dan II yang memiliki berbagai hak tanpa kewajiban dan golongan III yang tanpa hak dan penuh dengan kewajiban. Golongan Borjuis mengajak seluruh rakyat untuk menentang kekuasaan raja yang bertindak sewenang-wenang dan kaum bangsawan dengan berbagai hak istimewanya guna mendapatkan kebebasan berpolitik, berusaha, dan beragama. Gerakan ini diilhami oleh pendapat Voltaire, Montesquieu, dan J.J. Rousseau. Gerakan liberalisme akhirnya meningkat menjadi gerakan politik dengan meletusnya Revolusi Prancis. Selanjutnya, lewat kekuasaan Napoleon Bonaparte, paham liberal ini disebarluaskan ke negara-negara Eropa melalui semboyan liberte, egalite, dan fraternite.

Sumber: http://id.shvoong.com/humanities/history/2070227-sejarah-munculnya-paham-liberalisme/#ixzz1NQA9BhlW

Sampai disini mungkin teman2 tahu kenapa tangan saya mendadak gatel ketika baca pandangan politik yang “rada” mustahil unreasonable itu….

Sebagaimana definisinya, liberalisme akan dapat tumbuh dalam sistem demokrasi. Bukan dalam diri umat muslim. Right? Jadi mungkinkah kita bisa istiqomah di jalan Allah dalam paham keliberalan itu? Sementara liberalisme sendiri sudah mengkultuskan dirinya hanya dapat tumbuh dalam sistem Democrazy… huhh?

Liberalisme juga menolak adanya pembatasan, khususnya dari pemerintah dan agama. Ya seperti di negara kita ini, masyarakatnya dijamin dalam 4 hal kebebasan,

~ Kebebasan beragama (Freedom of religion)

~ Kebebasan berpendapat (freedom of speech)

~ Kebebasan Kepemilikan (Freedom of ownership)

~ Kebebasan berperilaku (Personal behaviour)

Apakah terkesan begitu manis jaminan2 ini? Padahal faktanya justru merugikan dan malah menghantarkan pada penghancuran agama dan masyarakat.

Kebebasan beragama_ salah satu dampaknya bisa dilihat pada kasus artis2 yang dengan mudahnya pindah2 agama atas nama cintrong. Halah. Atas jaminan itu, mempermainkan agama ga jadi soal. Hari ini islam, besok kristen, besok lusa katolik, lusanya lagi budha dan lusa2nya lagi hindhu… ckckck. Bahkan mau tidak beragama juga monggooo…  ini kata democrazy dalam jaminannya freedom of religion.

Walaupun katanya “dijamin” kebebasannya, tapi deskriminasi tetap saja terjadi. Misal: seorang muslimah yang ingin menjalankan perintah agamanya (menutup aurat), dalam sebuah instansi tertentu ternyata mengalami penjegalan melarang wanitanya menggunakan kerudung. Dan pemerintah lepas tangan soal ini. Nah looo.. lantas kemana jaminan itu berada?

Kebebasan berpendapat_ sangking bebasnya berpendapat dan ngomong,, pemikiran JIL yang sering menafsirkan Al-Quran sesuka hatinya itu dibiarkan berkembang begitu saja. Padahal sangat berdampak pada perusakan nilai-nilai islam. Bahkan beredarnya karikatur2 menghina nabi dianggap sah karena mereka pikir itu bagian dari hak untuk berekspresi.

Kebebasan kepemilikan_ Asal punya doku, semuanya bebas dimiliki. Tidak memandang lagi apakah itu merupakan hajat orang banyak (minyak, gas, air, dll) ataukah bukan. Apakah itu fasilitas umum (sekolah, rumah sakit, dll) atau bukan. Semuanya bebas dimiliki oleh segelintir individu yang bermodal. Walhasil yang kaya semakin jaya, yang kere semakin tertindas. Asing yang berdolar banyak mampu menjadi imprealis lumbung, rakyat jelata cukup mengais nasi karena kelaparan dilumbung padi sendiri.

Kebebasan berperilaku_ sadar atau tidak ide ini justru telah menyeret mereka untuk mengambil gaya hidup serba boleh (permisiveness) yang najis, yang bahkan tidak dijumpai dalam pergaulan antar binatang sekalipun. Atas jaminan ini, hubungan seksual menjadi aktivitas yang sah-sah saja-seperti minum air-.

Liberalisme tapi istiqomah di jalan Allah…

Sekali lagi untaian kalimat ini membuatku kasian pada mahasiswi itu. Bagaimana mungkin saat dia melakukan aktivitas kebebasannya (seperti 4 poin diatas) kemudian ia dikatakan sedang istiqomah di jalan Allah… Saat dia gaul bebas, saat dia membuat aturan sendiri untuk hidupnya, apa itu bisa dikatakan istiqomah? Sungguh,, kebebasan bagi seorang muslim dibatasi oleh hukum syara. Kita sebagai makhluk yang serba kurang dan lemah ini tidak layak membuat aturan sendiri. Apalagi ingin bebas dan ga mau terikat dengan hukum Allah.

“Hidup bebas dalam naungan liberalisme” itu bukan zonanya seorang muslim yang istiqomah. Kalaupun mau sekalian aja, istiqomah dalam kebebasan/liberal. Tapi naudzubillah…

Maka saya tegaskan, liberalisme tidak akan pernah sejalan dengan islam. Liberalisme itu adalah musuh islam. Sehingga salah kaprah jika kita menyandingkan dua makhluk yang saling bertentangan ini. Justru bagi seorang muslim, tugasnya adalah memerangi liberalisme bukan malah mengambilnya sebagai paradigma hidup.

Wallahualam bishawab.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun