Mohon tunggu...
Aini Widayah
Aini Widayah Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

wasyhadd bi anna muslimuun....

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Pandangan Politik Yang Ckckckck

28 Mei 2011   16:56 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:06 4885
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Walaupun katanya “dijamin” kebebasannya, tapi deskriminasi tetap saja terjadi. Misal: seorang muslimah yang ingin menjalankan perintah agamanya (menutup aurat), dalam sebuah instansi tertentu ternyata mengalami penjegalan melarang wanitanya menggunakan kerudung. Dan pemerintah lepas tangan soal ini. Nah looo.. lantas kemana jaminan itu berada?

Kebebasan berpendapat_ sangking bebasnya berpendapat dan ngomong,, pemikiran JIL yang sering menafsirkan Al-Quran sesuka hatinya itu dibiarkan berkembang begitu saja. Padahal sangat berdampak pada perusakan nilai-nilai islam. Bahkan beredarnya karikatur2 menghina nabi dianggap sah karena mereka pikir itu bagian dari hak untuk berekspresi.

Kebebasan kepemilikan_ Asal punya doku, semuanya bebas dimiliki. Tidak memandang lagi apakah itu merupakan hajat orang banyak (minyak, gas, air, dll) ataukah bukan. Apakah itu fasilitas umum (sekolah, rumah sakit, dll) atau bukan. Semuanya bebas dimiliki oleh segelintir individu yang bermodal. Walhasil yang kaya semakin jaya, yang kere semakin tertindas. Asing yang berdolar banyak mampu menjadi imprealis lumbung, rakyat jelata cukup mengais nasi karena kelaparan dilumbung padi sendiri.

Kebebasan berperilaku_ sadar atau tidak ide ini justru telah menyeret mereka untuk mengambil gaya hidup serba boleh (permisiveness) yang najis, yang bahkan tidak dijumpai dalam pergaulan antar binatang sekalipun. Atas jaminan ini, hubungan seksual menjadi aktivitas yang sah-sah saja-seperti minum air-.

Liberalisme tapi istiqomah di jalan Allah…

Sekali lagi untaian kalimat ini membuatku kasian pada mahasiswi itu. Bagaimana mungkin saat dia melakukan aktivitas kebebasannya (seperti 4 poin diatas) kemudian ia dikatakan sedang istiqomah di jalan Allah… Saat dia gaul bebas, saat dia membuat aturan sendiri untuk hidupnya, apa itu bisa dikatakan istiqomah? Sungguh,, kebebasan bagi seorang muslim dibatasi oleh hukum syara. Kita sebagai makhluk yang serba kurang dan lemah ini tidak layak membuat aturan sendiri. Apalagi ingin bebas dan ga mau terikat dengan hukum Allah.

“Hidup bebas dalam naungan liberalisme” itu bukan zonanya seorang muslim yang istiqomah. Kalaupun mau sekalian aja, istiqomah dalam kebebasan/liberal. Tapi naudzubillah…

Maka saya tegaskan, liberalisme tidak akan pernah sejalan dengan islam. Liberalisme itu adalah musuh islam. Sehingga salah kaprah jika kita menyandingkan dua makhluk yang saling bertentangan ini. Justru bagi seorang muslim, tugasnya adalah memerangi liberalisme bukan malah mengambilnya sebagai paradigma hidup.

Wallahualam bishawab.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun