Mohon tunggu...
Azmi Aufi
Azmi Aufi Mohon Tunggu... Mahasiswa - sibuk nggak ngapa-nagapin, suka yang bersajak, dan tidak suka tolilet duduk.

Lahir di Gresik, 01 Desember 2001. Dua bersaudara dan sangat membenci toilet duduk. Masa-masa hidupnya terlebih di pondok pesantren dengan tuntunan salafnya. 8 kali ketolak mendaftar di perguruan tinggi negri (PTN) dan Al Hamdulillah Sekarang sebagai Mahasiswa UIN Sunan Gunung Djati Bandung, jurusan Ilmu Al Qur’an dan Tafsir, Bi Haulillah Wa Quwwatillah.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Aksara Rasa

16 Februari 2022   14:31 Diperbarui: 16 Februari 2022   14:34 559
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Hai mantan wanitaku, sini merapat dan mendekat, buka telingamu lebar-lebar, dengarkan baik-baik, karena aku tak akan mengulanginya."

"Perhatikan! Tidak semua koma itu jeda, tidak semua titik itu akhir dan tidak semua apa itu tanya karena, dalam bibir yang diam, sda hati yang teriak."

"Masih mau tanya lagi?" tanyaku.

"Apa teriakan hatiku?" tanyamu.

"Masih minta dijelaskan lagi?" Jawabku sambi terguram.

"Apa maksud itu semua?" Tanyamu lagi padaku

"Baik akan aku jelaskan, bagimu, rindu ini bisa kau jeda dengan tanda koma, bagiku tidak! Karena dia masih menuntut untuk dipertemukan. bagimu, cerita kita sudah dan berakhir, bagiku belum! Karena masih sering bertanya dimana dan bagaimana keadaanmu sekarang. bagimu APA adalah kalimat tanya, bagiku tidak! Karena tidak semua pertanyaan diawali tanda tanya dan dijawab dengan nalar. Tetapi... Hati inilah yang paling tahu dan faham, apa itu cinta dan mengapa ak jatuh cinta?"

.

Kemudian suasana pun hening... sunyi dan senyap. Tiada kata, tiada tanya. Kita saling menatap, tapi tak menetap, larut dalam imajinasi kita yang liar, berselancar bebas, tanpa arah tujuan.

Akhirnya... Mulut terkatup, mata berkaca, hati teriak rindukan kasih sayang, sambil membuka semua kenangan, namun sementara nalar sibuk membuat kesimpulan.

Terkadang yang indah itu tak selalu dimiliki, cukup dipandang dari kejahuan, skenario tuhan mendatangkan dia hanya sebagai pengalaman hidup, bukan teman hidup.

TAMAT.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun