"Hai mantan wanitaku, sini merapat dan mendekat, buka telingamu lebar-lebar, dengarkan baik-baik, karena aku tak akan mengulanginya."
"Perhatikan! Tidak semua koma itu jeda, tidak semua titik itu akhir dan tidak semua apa itu tanya karena, dalam bibir yang diam, sda hati yang teriak."
"Masih mau tanya lagi?" tanyaku.
"Apa teriakan hatiku?" tanyamu.
"Masih minta dijelaskan lagi?" Jawabku sambi terguram.
"Apa maksud itu semua?" Tanyamu lagi padaku
"Baik akan aku jelaskan, bagimu, rindu ini bisa kau jeda dengan tanda koma, bagiku tidak! Karena dia masih menuntut untuk dipertemukan. bagimu, cerita kita sudah dan berakhir, bagiku belum! Karena masih sering bertanya dimana dan bagaimana keadaanmu sekarang. bagimu APA adalah kalimat tanya, bagiku tidak! Karena tidak semua pertanyaan diawali tanda tanya dan dijawab dengan nalar. Tetapi... Hati inilah yang paling tahu dan faham, apa itu cinta dan mengapa ak jatuh cinta?"
.
Kemudian suasana pun hening... sunyi dan senyap. Tiada kata, tiada tanya. Kita saling menatap, tapi tak menetap, larut dalam imajinasi kita yang liar, berselancar bebas, tanpa arah tujuan.
Akhirnya... Mulut terkatup, mata berkaca, hati teriak rindukan kasih sayang, sambil membuka semua kenangan, namun sementara nalar sibuk membuat kesimpulan.
Terkadang yang indah itu tak selalu dimiliki, cukup dipandang dari kejahuan, skenario tuhan mendatangkan dia hanya sebagai pengalaman hidup, bukan teman hidup.