"Ya", jawab tegasku.
.
"Dari 24 huruf itulah, terlahir jutaan bahkan miliaran untaian kata, yang mengekspresikan suatau cerita. dari cerita, komedi yang mengundang gelak tawa. romansa yang mengandung bucin, nestapa yang mengandung galau. politik yang mengandung siast dan kekuasaan"
Heehe... "Tambah pintar ya kau sekarang"
itulah pujian basa-basimu padaku
"Ya pastilah", jawab jengkelku. "Semenjak kau tinggalkan diriku, aku bertekad hijarah dari kegelapan, ku ucapkan sayonara pada kebodohan dan kedenguan, akan ku tunjukan pada dunia, bahwa diriku telah berubah Terkhusus, kepada orang yang pernah mencampakkan cita-cita dan cintaku."
Sambil senyum simpul, kau katakan "Masih punya nyali juga kau bung?"
"Huuh," gumamku.
"Kok nggak dari dulu kau puji lelakimu ini?"
.
"Hai penulis amatairan! Bukankah tanda baca tulisan itu sudah jelas dan lugas? Mengapa masih kau uraikan?" Tanyamu lagi padaku.