Mohon tunggu...
Azmi_ Nawawi
Azmi_ Nawawi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Sastra

Saya suka mendalami Isu sosial dari berbagai media terlebih novel.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sufisme di Dalam Musik

2 Februari 2025   20:32 Diperbarui: 2 Februari 2025   21:35 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Saya sedang membaca bukunya Habib Husein Ja'far Al-Hadar yang berjudul Tuhan ada di hatimu. Pada salah satu bab di dalam bukunya "Musik haram atau halal? Tergantung kita!". Sebagaimana dengan babnya yaitu membahas musik dalam kacamata islam.

Musik telah menjadi medium manusia untuk mengutarakan pikiran, perasaan dan peritiwa. Bahkan musik bisa menjadi media dakwah. Peran musik sangat berpengaruh pada hidup saya. Dan kebetulan Akhir-akhir ini saya sedang gemar mendengarkan satu band rock indie asal jakarta yaitu Perunggu.

Band Perunggu ini berbasis di Jakarta. Band ini beranggotakan Tiga orang diantaranya Maul Ibrahim, Ildo Hasman, dan Adam Adenan. Mereka sering bermain musik selepas pulang kerja. Seiring berjalannya waktu, mereka memutuskan untuk terjun ke dunia musik, namun disaat yang bersamaan mereka tetap menjalani pekerjaan mereka sebelumnya.

Akibatnya, Perunggu disebut sebagai "Band Pulang Ngantor". Album perdana mereka, yaitu Memorandum, dirilis pada 11 Maret 2022 dan berfokus pada rutinitas dan masalah korporat. Dengan ciri khasnya, Perunggu berhasil menggambarkan kondisi pekerja urban dalam album tersebut.

Salah satu lagu yang menarik perhatian saya dalam album Memorandum yang berjudul 33x. Melihat judulnya saja membuat saya mengarah pada konteks "Dzikir" atau mengingat Tuhan, yang dimana seperti diketahui bahwa biasanya jumlah bacaan Dzikir itu berjumlah 33x. Sebuah refleksi spiritual yang kerap dikesampingkan oleh sebagian manusia-manusia perkotaan.

Lagu ini diposisikan di terakhir track, dimana setelah bergelut dengan segala hal duniawi pada akhirnya kita diminta untuk mengingat tuhan, juga berbeda dengan lagu lainnya yang bergelora pada album Memorandum. Disini perunggu membuat musik 33x lebih damai, santai, mengalun. Namun, tetap tidak menghilangkan dentuman atau esensi dari rocknya.

"Risalah terikatnya
Batin dan raga yang mengunci 

Diatas Sang Maha Daya 

Semua kendali terambil alih"

Semua makhluk hidup telah mempunyai garis takdirnya masing-masing, dan itu adalah teken kontrak dengan sang Maha daya. Dengan kita berserah kepada-Nya, maka semua urusan kita akan terasa lebih ringan seperti tanpa beban.

"Jikalau kau keluhkan
Dengung sumbang yang mengganggu 

Buka lagi visimu

Kau tahu mana urutan satu"

Kita semua pasti punya kebingungan, masalah, keresahan dan hal lain yang mengganggu jiwa dan raga kita, tapi tetap kita perlu menilik kembali apa tujuan kita saat ini; di dunia ini, kita tau mana yang perlu menjadi prioritas kita.

"Diantara pusaran nirfungsi 

Petakan semua lagi

Titik tuju yang t'lah terpatri"

Disaat kita tak berdaya, tak terpikir apa yang harus dilakukan, dan berputar-putar disitu-situ saja, perunggu mengingatkan untuk mengingat dan membangun kembali apa niat kita, sebab "segala sesuatu itu tergantung pada niat". Segala sesuatu akan berakhir percuma bila tak bertuju pada sang akhir yang pasti dan terpatri yaitu akhirat.

"Melamban bukanlah hal yang tabu 

Kadang itu yang kau butuh 

Bersandar hibahkan bebanmu"

Tak apa untuk rehat sejenak dari segala urusan, karna itu bukan hal yang menyalahi norma. Sebab, memang manusia membutuhkan itu. Berserah dirilah itu tidak membuat dirimu menjadi lemah, berikan segala bebanmu pada sang Maha daya.

"Rotasikan pandanganmu
Ambil sudut yang terbaru
Belum pernah kau coba
Lihat semua bukan dari matamu
"

Tutup matamu, buka hatimu dan ubah cara pandangmu agar kamu bisa melihat semua perspektif. Olah semua sudut pandang untuk memotivasi kita dan cobalah segala hal yang terbaru selama itu positif.

"Kelak kau kan mengingat 

Yang membawamu kesini 

Kami pernah disitu

Di posisimu
Helakan kesahmu
"

Kita tak boleh melupakan sejarah, sebab disetiap zaman ada peristiwa yang bisa kita ambil sebagai pelajaran, ingat siapa yang bisa membuat kita sampai pada titik ini. Kita bisa mengambil pengalaman orang lain yang pernah diposisi yang sama, agar kita segera beranjak dari hal yang sama.

"Tak perlu kau berhenti kurasi 

Ini hanya sementara

Bukan ujung dari rencana"

Teruslah melakukan perhitungan untuk masa depan; masa yang akan datang, hanya itu yang bisa kita lakukan saat ini walaupun itu hanya sementara dan tidak sesuai rencana, tapi itu bukan ujung dari suratan takdir.

"Jalanmu kan sepanjang niatmu 

Simpan tegar dalam hati

Dua sembilan kau terus mencari"

Selama kita berusaha, niscaya semua niat kita akan sampai pada tujuannya, kita hanya perlu bersabar dalam menjalaninya saja. Bahkan saat kita menginjak usia 29 tahun kita tetap mencari jati diri, padahal orang lain melihat kita sudah dewasa alias telah menemukan jati diri.

"Sebutlah nama-Nya 

Tetap di jalan-Nya

Kelak kau mengingat Kau akan teringat(3x)"

Puncak dari segalanya ada disini, pengulangan itu tanda dari ketegasan atau pusat dari semuanya. Dengan menyebut nama sang Maha daya, niscaya kita akan diberikan keberdayaan untuk tetap dan menjalani jalan-Nya. Teringat akan segala yang telah diberikan-Nya.

"Sebutkanlah nama-Nya 

Resapilah jalan-Nya 

Kelak kau mengingat 

Kau akan teringat"

Selain menyebut, menjalani dan mengingat-Nya. Kita juga perlu menemukan setiap makna yang terkandung di dalamnya, tak hanya sekadar terlintas tanpa makna begitu saja.

"Terus berenang 

Lanjutlah mendaki(3x)"

Seluas apapun laut, setinggi apapun gunung kita hanya perlu berusaha, kita pasti akan sampai entah ke daratan atau pada puncaknya, dan itu adalah buah hasil yang indah dari berserah, mengingat, bersabar, dan berencana.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun