Mohon tunggu...
haqqi husaini
haqqi husaini Mohon Tunggu... -

Syekh Shohibul Faroji Azmatkhan Al-Hafizh Syekh Sayyid Hafiz Shohibul Faroji Azmatkhan Ba'alawi (bernama lengkap Shohibul Faroji Azmatkhan Ba'alawi Al-Husaini ibn Muhammad Mishbah ibn Bahruddin Azmatkhan; (bahasa Arab:الشيخ السيد صاحب الفرج عظمت خان باعلوي الحسيني)‎ ; lahir di Banyuwangi 25 Jumadil Akhir 1397 H/ 13 Juni 1977 M) adalah tokoh sufi dan alawiyyin yang berasal dari Indonesia. NASAB Syekh Shohibul Faroji Azmatkhan melalui ayahnya adalah keturunan Sayyid Ja'far Shadiq Sunan Kudus, dan melalui ibunya adalah keturunan Sayyid Abdul Hamid Azmatkhan Pangeran Diponegoro. Gelar Azmatkhan diberikan karena ia keturunan dari Sayyid Abdul Malik Azmatkhan, yaitu seorang sayyid yang lahir di Tarim, Hadramaut, dan kemudian menjadi raja di India. Sayyid Abdul Malik Azmatkhan adalah leluhur Walisongo. Nasabnya adalah: Nabi Muhammad Rasulullah, Menikah dengan Sayyidah Khadijah binti Khuwailid Al-Quraishi, Wafat di Madinah 12 Rabiul Awwal 11 H, memiliki anak yaitu: Sayyidah Fathimah Az-Zahra, Menikah dengan Al-Imam Ali bin Abi Thalib Karramallahu Wajhah,Wafat di Madinah 634 M, memiliki anak yaitu: Al-Imam As-Sayyid Al-Husain, Menikah dengan Syahrbanu binti Yazdigird, kaisar terakhir Sasaniyah, Persia, Wafat di Karbala Iraq 64 H/ 680 M, memiliki anak yaitu: Al-Imam As-Sayyid Ali Zainal Abidin, Menikah dengan Fathimah binti Hasan bin Ali bin Abi Thalib, Wafat di Baqi Madinah 93 H/713 M, memiliki anak yaitu: Al-Imam As-Sayyid Muhammad Al-Baqir, Menikah dengan Ummu Farwah binti Qasim bin Muhammad bin Abu Bakar Ash-Shiddiq, Wafat di Baqi Madinah 114 H/731 M, memiliki anak yaitu: Al-Imam As-Sayyid Ja’far Shadiq, Menikah dengan Fathimah binti Husain bin Ali Zainal Abidin bin Husain bin Ali bin Abi Thalib, Wafat di Baqi Madinah 148 H/765 M, memiliki anak yaitu: Al-Imam As-Sayyid Ali Al-Uraidhi, Wafat di Al-'Uraidh Madinah 210 H, memiliki anak yaitu: Al-Imam As-Sayyid Muhammad An-Naqib, Wafat di Bashrah 243 H, memiliki anak yaitu: Al-Imam As-Sayyid Isa Ar-Rumi Al-Azraq, Wafat di Bashrah 298 H, memiliki anak yaitu: Al-Imam As-Sayyid Ahmad Al-Muhajir, Wafat di Hasys Yaman 345 H, memiliki anak yaitu: Al-Imam As-Sayyid Ubaidillah, Wafat di Sumal Yaman 383 H, memiliki anak yaitu: Al-Imam As-Sayyid Alwi, Wafat di Hadramaut Yaman 400 H, memiliki anak yaitu: Al-Imam As-Sayyid Muhammad, Wafat di Bayt Jubair Yaman 446 H, memiliki anak yaitu: Al-Imam As-Sayyid Alwi, Wafat di Bayt Jubair Yaman 512 H, memiliki anak yaitu: Al-Imam As-Sayyid Ali Khali’ Qasam, Wafat di Tarim Yaman 529 H, memiliki anak yaitu: Al-Imam As-Sayyid Muhammad Shahib Mirbath, Wafat di Marbath Oman 556 H, memiliki anak yaitu: Al-Imam As-Sayyid Alwi Ammil Faqih, Wafat di Yaman 613 H, memiliki anak yaitu: Al-Imam As-Sayyid Abdul Malik Azmatkhan, Menikah dengan Ummu Abdillah binti Raja Nasarabad India Lama. Wafat di Nasarabad India 653 H, memiliki anak yaitu: As-Sayyid Abdillah Amir Khan, Wafat di Nasarabad India 696 H, memiliki anak yaitu: As-Sayyid Ahmad Jalaluddin, Wafat di Nasarabad India 711 H, memiliki anak yaitu: As-Sayyid Jamaluddin Al-Husain, Menikah dengan Amira Fathimah binti Amir Husain bin Muhammad Taraghay (Pendiri Dinasti Timuriyyah, Raja Uzbekistan, Samarkand). Wafat di Wajo Sulawesi 760 H, memiliki anak yaitu: As-Sayyid Ibrahim Zainuddin Al-akbar (IBRAHIM ASMORO), Menikah dengan Dewi Chondro Wulan binti Raja Champa Terakhir Dinasti Ming. Wafat di desa Gesikharjo, Kecamatan Palang, Tuban, 834 H, memiliki anak yaitu: As-Sayyid Fadhal Ali Murtadha (SUNAN SANTRI), Menikah dengan Syarifah Sarah bin Maulana Malik Ibrahim Azmatkhan, Wafat di Gresik 895 H, memiliki anak yaitu: As-Sayyid Utsman Haji (SUNAN NGUDUNG), Wafat di Troloyo Mojokerto, 945 H, memiliki anak yaitu: As-Sayyid Ja’far Shadiq Azmatkhan Al-Hafizh (SUNAN KUDUS), Menikah dengan Syarifah Dewi Rahil binti Sunan Bonang Azmatkhan, Wafat di Kudus 5 Mei 1550M/ 958 H, memiliki anak yaitu: As-Sayyid Amir Hasan Azmatkhan Al-Hafizh (Panembahan Wali Qutub I), Menikah dengan Dewi Ratih binti Raden Fattah Azmatkhan, Wafat di Kudus 1570M/ 978 H, memiliki anak yaitu: As-Sayyid Shaleh Azmatkhan Al-Hafizh (Panembahan Pekaos), Menikah dengan Ratu Maduratna binti Khalifah Ismail bin Khalifah Ibrahim bin Khalifah Sughra bin Khalifah Husain (Sultan/ Raja Madura Pertama/ Pendiri Kerajaan Madura), Wafat di Surabaya 1590 M/ 998 H, memiliki anak yaitu: As-Sayyid Ahmad Baidhawi Azmatkhan Al-Hafizh (Pangeran Ketandhur Bangkal), Wafat di Sumenep Jawa Timur 1610 M/ 1019 H, memiliki anak yaitu: As-Sayyid Yusuf Azmatkhan Al-Hafizh (Pangeran Waliyul Ilmi), Menikah dengan Fathimah binti Yusuf Anggawi Al-Hasani, Wafat di Madura 1630 M/ 1039 H, memiliki anak yaitu: As-Sayyid Abdul Wahid Azmatkhan Al-Hafizh (Pangeran Dipakusuma I/ Menantu Susuhunan Abdurrahman Khalifatul Mukminin Sayyidul Imam, menikah dengan putrinya yang bernama # Raden Ayu Dipakusuma, adik dari Sultan Mansur Jayo Ing Lago), Wafat di Palembang 1712 M/ 1124 H, memiliki anak yaitu: As-Sayyid Hasan Azmatkhan Al-Hafizh (Pangeran Dipakusuma II), tercatat sebagai Imam Masjidil Haram http://madawis.blogspot.com/2013/08/4-azmatkhan-yang-pernah-menjadi-imam.html, Menikah dengan Putri Hijaz Al-Hasani, yaitu Sharifa Muzeyma binti Al-Malik Ghalib (Raja Hijaz), Wafat di Madinah Munawwarah, Saudi Arabia 1814 M/ 1229 H, memiliki anak yaitu: As-Sayyid Sulaiman Azmatkhan Al-Hafizh (Pangean Dipakusuma III), tercatat sebagai Imam Masjidil Haram http://madawis.blogspot.com/2013/08/4-azmatkhan-yang-pernah-menjadi-imam.html,. Wafat di Madinah Munawwarah, Saudi Arabia 1834 M/ 1250 H, memiliki anak yaitu: As-Sayyid Makkiy Azmatkhan Al-Hafizh (Mufti Besar Hijaz dari Pemerintahan Amir 'Abdullah Kamil Pasha bin Muhammad), tercatat sebagai Imam Masjidil Haram http://madawis.blogspot.com/2013/08/4-azmatkhan-yang-pernah-menjadi-imam.html, Menikah dengan Maryam (puteri Ke-2) binti Imam Nawawi Al-Bantani Azmatkhan (dan hidup di Makkah). Wafat di Madinah Al-Munawwarah, 1877 M/ 1294 H, memiliki anak yaitu: As-Sayyid Mujtaba Azmatkhan Al-Hafizh (Pangeran Macan Putih I/ Sultan Blambangan Islam/ Sultan Tawang Alun, Menikah dengan putri bungsu Pangeran Diponegoro, yaitu Raden Ayu Putri Muna Adimah Azmatkhan, Wafat di Banyuwangi 1897 M/ 1315 H, memiliki anak yaitu: As-Sayyid Mushthafa Azmatkhan Al-Hafizh (Pangeran Macan Putih II), Menikah dengan Syarifah Hamatun Mujahidah (Hamatun II) binti Imam Bonjol, Wafat di Banyuwangi 1917 M/ 1335 H, memiliki anak yaitu: As-Sayyid Abdurrazzaq Azmatkhan Al-Hafizh (Pangeran Macan Putih III), Menikah dengan Ummu Banin binti Syekh Ahmad Khatib Al-Minangkabawi Azmatkhan, Wafat di Banyuwangi 1937 M/ 1356 H, memiliki anak yaitu: As-Sayyid Bahruddin Azmatkhan Al-Hafizh Al-Muhaddits (Panembahan Wali Qutub II), Menikah dengan Amnah binti Munir bin Siraj bin Abdullah Faqih. Wafat di Banyuwangi 1992 M/ 1413 H, memiliki anak yaitu: As-Sayyid Muhammad Misbah Azmatkhan (Pangeran Tawang Alun II), Menikah dengan Syarifah Ummul Khoir Salmah Diponegoro Azmatkhan, memiliki anak yaitu: As-Sayyid Shohibul Faroji Azmatkhan Al-Hafizh (Syekh Mufti Kesultanan Palembang Darussalam/ Pangeran Penghulu Nata Agama). HUBUNGAN GENETIK (GENEALOGI) SYEKH SHOHIBUL FAROJI DENGAN BEBERAPA TOKOH KAISAR YAZDIGIRD (KAISAR SASANIYAH-PERSIA). Hubungan Genetiknya adalah : Syekh Shohibul Faroji Azmatkhan bin Muhammad Misbah bin Bahruddin bin Abdurrazzaq bin Musthafa bin Mujtaba bin Makkiy bin Sulaiman bin Hasan bin Abdul Wahid bin Yusuf bin Ahmad Baidhawi bin Shalih bin Amir Hasan bin Sunan Kudus bin Sunan Ngudung bin Fadhal Ali Murtadha bin Ibrahim Zainuddin Akbar Asmaraqandi bin Husain Jamaluddin bin Ahmad Jalaluddin bin Abdullah Amir Khan bin Abdul Malik Azmatkhan bin Alwi Ammul Faqih bin Muhammad Shahib Mirbath bin Ali Khali' Qasam bin Alwi bin Muhammad bin Alwi bin Ubaidillah bin Ahmad Muhajir bin Isa Ar-Rumi bin Muhammad An-Naqib bin 'Ali Uraidhi bin Imam Ja'far Shadiq bin Imam Muhammad Al-Baqir bin Imam Ali Zainal Abidin bin Syahrbanu binti Yazdigird, kaisar terakhir Sasaniyah, Persia. IMAM HASAN BIN ALI BIN ABI THALIB. Hubungan Genetiknya adalah : Syekh Shohibul Faroji Azmatkhan bin Muhammad Misbah bin Bahruddin bin Abdurrazzaq bin Musthafa bin Mujtaba bin Makkiy bin Sulaiman bin Hasan bin Abdul Wahid bin Yusuf bin Ahmad Baidhawi bin Shalih bin Amir Hasan bin Sunan Kudus bin Sunan Ngudung bin Fadhal Ali Murtadha bin Ibrahim Zainuddin Akbar Asmaraqandi bin Husain Jamaluddin bin Ahmad Jalaluddin bin Abdullah Amir Khan bin Abdul Malik Azmatkhan bin Alwi Ammul Faqih bin Muhammad Shahib Mirbath bin Ali Khali' Qasam bin Alwi bin Muhammad bin Alwi bin Ubaidillah bin Ahmad Muhajir bin Isa Ar-Rumi bin Muhammad An-Naqib bin 'Ali Uraidhi bin Imam Ja'far Shadiq bin Imam Muhammad Al-Baqir bin Fathimah binti Hasan bin Ali bin Abi Thalib. SAHABAT ABU BAKAR ASH-SHIDDIQ. Hubungan Genetiknya adalah : Syekh Shohibul Faroji Azmatkhan bin Muhammad Misbah bin Bahruddin bin Abdurrazzaq bin Musthafa bin Mujtaba bin Makkiy bin Sulaiman bin Hasan bin Abdul Wahid bin Yusuf bin Ahmad Baidhawi bin Shalih bin Amir Hasan bin Sunan Kudus bin Sunan Ngudung bin Fadhal Ali Murtadha bin Ibrahim Zainuddin Akbar Asmaraqandi bin Husain Jamaluddin bin Ahmad Jalaluddin bin Abdullah Amir Khan bin Abdul Malik Azmatkhan bin Alwi Ammul Faqih bin Muhammad Shahib Mirbath bin Ali Khali' Qasam bin Alwi bin Muhammad bin Alwi bin Ubaidillah bin Ahmad Muhajir bin Isa Ar-Rumi bin Muhammad An-Naqib bin 'Ali Uraidhi bin Imam Ja'far Shadiq bin Ummu Farwah binti Qasim bin Muhammad bin Abu Bakar Ash-Shiddiq (Khulafaur Rasyidun Ke-1). RAJA INDIA LAMA. Hubungan Genetiknya adalah : Syekh Shohibul Faroji Azmatkhan bin Muhammad Misbah bin Bahruddin bin Abdurrazzaq bin Musthafa bin Mujtaba bin Makkiy bin Sulaiman bin Hasan bin Abdul Wahid bin Yusuf bin Ahmad Baidhawi bin Shalih bin Amir Hasan bin Sunan Kudus bin Sunan Ngudung bin Fadhal Ali Murtadha bin Ibrahim Zainuddin Akbar Asmaraqandi bin Husain Jamaluddin bin Ahmad Jalaluddin bin Abdullah Amir Khan bin Ummu Abdillah binti Raja Nasarabad India Lama. RAJA MUHAMMAD TARAGHAY/RAJA UZBEKISTAN (PENDIRI DINASTI TIMURIYYAH). Hubungan Genetiknya adalah : Syekh Shohibul Faroji Azmatkhan bin Muhammad Misbah bin Bahruddin bin Abdurrazzaq bin Musthafa bin Mujtaba bin Makkiy bin Sulaiman bin Hasan bin Abdul Wahid bin Yusuf bin Ahmad Baidhawi bin Shalih bin Amir Hasan bin Sunan Kudus bin Sunan Ngudung bin Fadhal Ali Murtadha bin Ibrahim Zainuddin Akbar Asmaraqandi bin Amira Fathimah binti Amir Husain bin Muhammad Taraghay (Pendiri Dinasti Timuriyyah, Raja Uzbekistan, Samarkand) RAJA CHAMPA (RAJA TERAKHIR DINASTI MING), Hubungan Genetiknya adalah : Syekh Shohibul Faroji Azmatkhan bin Muhammad Misbah bin Bahruddin bin Abdurrazzaq bin Musthafa bin Mujtaba bin Makkiy bin Sulaiman bin Hasan bin Abdul Wahid bin Yusuf bin Ahmad Baidhawi bin Shalih bin Amir Hasan bin Sunan Kudus bin Sunan Ngudung bin Fadhal Ali Murtadha bin Dewi Chondro Wulan binti Raja Champa Terakhir Dinasti Ming MAULANA MALIK IBRAHIM. Hubungan Genetiknya adalah : Syekh Shohibul Faroji Azmatkhan bin Muhammad Misbah bin Bahruddin bin Abdurrazzaq bin Musthafa bin Mujtaba bin Makkiy bin Sulaiman bin Hasan bin Abdul Wahid bin Yusuf bin Ahmad Baidhawi bin Shalih bin Amir Hasan bin Sunan Kudus bin Sunan Ngudung bin Dewi Sarah binti Maulana Malik Ibrahim. SUNAN BONANG. Hubungan Genetiknya adalah : Syekh Shohibul Faroji Azmatkhan bin Muhammad Misbah bin Bahruddin bin Abdurrazzaq bin Musthafa bin Mujtaba bin Makkiy bin Sulaiman bin Hasan bin Abdul Wahid bin Yusuf bin Ahmad Baidhawi bin Shalih bin Amir Hasan bin Dewi Rahil binti Sunan Bonang. RADEN FATTAH (SULTAN DEMAK). Hubungan Genetiknya adalah : Syekh Shohibul Faroji Azmatkhan bin Muhammad Misbah bin Bahruddin bin Abdurrazzaq bin Musthafa bin Mujtaba bin Makkiy bin Sulaiman bin Hasan bin Abdul Wahid bin Yusuf bin Ahmad Baidhawi bin Shalih bin Dewi Ratih binti Raden Fattah Azmatkhan. SAYYID YUSUF ANGGAWI AL-HASANI (TELANGO-SUMENEP-MADURA). Hubungan Genetiknya adalah : Syekh Shohibul Faroji Azmatkhan bin Muhammad Misbah bin Bahruddin bin Abdurrazzaq bin Musthafa bin Mujtaba bin Makkiy bin Sulaiman bin Hasan bin Abdul Wahid bin Fathimah binti Sayyid Yusuf Anggawi Al-Hasani (Telango-Sumenep-Madura) SUSUHUNAN ABDURRAHMAN KHALIFATUL MUKMININ SAYYIDUL IMAM (PENDIRI KESULTANAN PALEMBANG DARUSSALAM). Hubungan Genetiknya adalah : Syekh Shohibul Faroji Azmatkhan bin Muhammad Misbah bin Bahruddin bin Abdurrazzaq bin Musthafa bin Mujtaba bin Makkiy bin Sulaiman bin Hasan binti Raden Ayu Dipakusuma bin Susuhunan Abdurrahman Khalifatul Mukminin Sayyidul Imam Azmatkhan (Pendiri Kesultanan Palembang Darussalam) AL-MALIK GHALIB AL-HASANI (RAJA HIJAZ), Hubungan Genetiknya adalah : Syekh Shohibul Faroji Azmatkhan bin Muhammad Misbah bin Bahruddin bin Abdurrazzaq bin Musthafa bin Mujtaba bin Makkiy bin Sulaiman binti Sharifa Muzeyma binti Al-Malik Ghalib (Raja Hijaz). IMAM NAWAWI AL-BANTANI AZMATKHAN. Hubungan Genetiknya adalah : Syekh Shohibul Faroji Azmatkhan bin Muhammad Misbah bin Bahruddin bin Abdurrazzaq bin Musthafa bin Mujtaba bin Maryam binti Imam Nawawi Al-Bantani Azmatkhan. PANGERAN DIPONEGORO, Hubungan Genetiknya adalah : Syekh Shohibul Faroji Azmatkhan bin Muhammad Misbah bin Bahruddin bin Abdurrazzaq bin Musthafa bin Raden Ayu Putri Muna Adimah binti Pangeran Diponegoro Azmatkhan. IMAM BONJOL, Hubungan Genetiknya adalah : Syekh Shohibul Faroji Azmatkhan bin Muhammad Misbah bin Bahruddin bin Abdurrazzaq bin Syarifah Hamatun Mujahidah (Hamatun II) binti Imam Bonjol. SYEKH KHATIB AL-MINANGKABAWI AZMATKHAN, Hubungan Genetiknya adalah : Syekh Shohibul Faroji Azmatkhan bin Muhammad Misbah bin Bahruddin bin Ummu Banin binti Syekh Khatib Al-Minangkabawi Azmatkhan MASA MUDA Dalam usia 7 tahun, Shohibul Faroji belajar dari kakeknya yang mursyid Tarekat Walisongo, yaitu Syekh Bahruddin Azmatkhan. Usia 12 tahun, Ia dapat menghafal Al-Qur'an 30 juz dalam, hafal Kitab Hadits Lubabul Hadits Imam Nawawi, dan Hafal Kitab Hadis Riyadus Sholihin Usia 14 tahun, Ia dapat menghafal Al-Qur'an 30 juz dan Qiroa'ah sab'ah, belajar ilmu nasab dan mendapat Ijazah kemursyidan Tarekat dari Syekh As-Sayyid Bahruddin Azmatkhan Al-Hafizh. Dan tabarrukan Tahfizhil Qur'an 30 juz kepada para guru bersanad yaitu Syekh KH. Adlan Ali Azmatkhan (pendiri Pesantren Walisongo, Cukir, Tebuireng, Jombang, Jawa Timur) dan Syekh KH. Yusuf Masyhar (pendiri Pesantren Madrasatul Qur'an, Tebuireng, Jombang, Jawa Timur). Usia 15 tahun, ia juga menghafal beberapa kitab hadits, seperti kitab hadits Shahih Bukhari dan Shahih Muslim, sambil sekolah umum Usia 18 tahun, ia hafal Kitab hadits kutubut tis'ah dan Menguasai Ushul Fiqih, Qawaidul Fiqhiyyah dan Fiqih Madzahibut Tis'ah, sambil sekolah umum Usia 22 tahun, belajar kepada beberapa Ulama Khos (di Jawa Timur - Madura, Jawa Tengah, Jawa Barat dan Jakarta), dalam ilmu Balaghoh, Ilmu Manthiq, Ilmu Kalam, Tafsir, Tarekat, Filsafat, Tasawwuf, Ma'rifat, Eskatologi Islam, Psikologi Islam. Sambil Kuliah S1 di beberapa perguruan tinggi. Usia 24 tahun Aktif di organisasi Nahdlatul Ulama, Pernah menjadi Sekretaris di PWNU Provinsi Bali Usia 25-26 tahun berdakwah dan pendalaman ilmu agama di beberapa negara Timur Tengah. Usia 27 tahun, Menjadi Imam Besar Majelis Dakwah Walisongo (MADAWIS) Usia 28 - 30 tahun, Naik haji pertama, dan Mulai Mengajarkan Ilmu Tarekat di seluruh Dunia, murid-muridnya tersebar di beberapa negara. Sambil S2-S3 dibeberapa perguruan tinggi dalam Negeri dan Luar Negeri. Usia 31-33 tahun, Ada di dalam Negeri Indonesia aktif dalam beberapa Ormas Islam Usia 32 tahun, Menjadi Faqih (Syekh Qadhi) di Islamic Mint Nusantara (IMN) Usia 36 tahun, Menjadi Syekh Mufti Kesultanan Palembang Darussalam. ISTRI: Irhamni binti KH.Ahmad Zaini bin KH. Syafawi bin KH.Basyir (menikah tahun 2002, bercerai tahun 2010), melahirkan 3 anak Selvya Fairuz Ratu Tajmahal (menikah tahun 2011 - sampai sekarang), melahirkan 2 anak ANAK-ANAK As-Sayyid Muhammad Asyaddu Hubballillah Azmatkhan (ibunya bernama Irhamni) As-Sayyid 'Ali Al-hAqqu Mirrabbik Azmatkhan (ibunya bernama Irhamni) Syarifah Khairani Farasyta Azka Azmatkhan (ibunya bernama Irhamni) As-Sayyid Muhammad Alwi Abdul Malik Azmatkhan (ibunya bernama Selvya Fairus) As-Sayyid Muhammad Ali Al-Mahdi Azmatkhan (ibunya bernama Selvya Fairus) AGAMA: ISLAM (AHLUSSUNNAH WAL JAMA'AH) ORGANISASI DAN JABATAN Syekh Shohibul Faroji juga Pernah aktif di beberapa organisasi, seperti Tahun 1992 , Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU), Jabatan Anggota Tahun 1996, Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), Jabatan anggota Tahun 2000-Sekarang, Paguyuban Trah Pangeran Diponogoro, Jabatan Ketua Umum Tahun 2001, Nahdlatul Ulama, Jabatan pernah menjadi Sekretaris II PWNU Prov.Bali Tahun 2004-Sekarang, Majelis Dakwah Walisongo, Jabatan Imam Besar Tahun 2005-Sekarang, Ittihadud Thoroiq Al-Islamiyyah, Jabatan Syaikhul Akbar (Ketua Umum) Tahun 2008-2010, Hizbud Dakwah Islamiyyah (HDI), Jabatan Pendiri Tahun 2008-2010, Front Pembela Islam (FPI), Pernah menjabat sebagai Wakil Sekjend DPP FPI Tahun 2008-2010, Forum Umat Islam (FUI), Pernah menjabat sebagai Pengurus DPP FUI Tahun 2008-2010, Wisma Muallaf Indonesia, Jabatan Ketua Umum Tahun 2010-Sekarang, (Hasil Munas VIII, tahun 2010, Komisi Kerukunan Antar Umat Beragama pada Majelis Ulama Indonesia (MUI), Jabatan Anggota Tahun 2007-2011, Masyarakat Ekonomi Syari'ah (MES), Jabatan Anggota Tahun 2009-2012, Islamic Mint Nusantara, Jabatan Faqih & Qadhi Tahun 2009-2013, Rabitah Azmatkhan Asia Tenggara, Jabatan Ketua Bidang Pendidikan dan Dakwah Tahun 2009-2013, Rabitah Fathimiyyah, Jabatan Sekretaris Jendral Tahun 2010-Sekarang, Baitu Ansab Lil Asyraf Azmatkhaniyyah di India, Jabatan Ketua Peneliti Tahun 2009-Sekarang, Forum Fuqaha Indonesia, jabatan Ketua Umum Tahun 2013-Sekarang, Yayasan Raja Sultan Nusantara, Jabatan Asisten Pribadi Sultan Iskandar Mahmud Badaruddin (Ketum) GELAR Pada 19 September 2000, diangkat menjadi Ketua Paguyuban Trah Pangeran Diponogoro, bergelar Pangeran Diponogoro Khalifaturrasul Khalifatullah Sayyidin Panatogomo, SK.009/SKP/PTPD/V/2000 merujuk kepada surat kelahiran keturunan dari Pangeran Diponegoro dari Jalur ibu, Kakancingan Kesultanan Yogyakarta Hadiningrat yang ditandatangani oleh Sultan Hamengkubuwana IX tanggal 13 Juni 1977 Pada 5 Mei 2013, Syekh Shohibul Faroji diangkat oleh Sri Sultan Mahmud Badaruddin (Sultan Kesultanan Palembang Darussalam) menjadi Mufti Besar Kesultanan Palembang Darussalam dan bergelar Al-Mursyid Syekh Mufti Pangeran Penghulu Nata Agama As-Sayyid Shohibul Faroji Azmatkhan Al-Hafizh, berdasarkan Surat Keputusan Keraton Kesultanan Palembang Darussalam No.074/SKP/KKPDS/V/2013 Pada 14 Juli 2013, Syekh Shohibul Faroji diangkat oleh Maharaja Kutai Mulawarman menjadi Ketua Dewan Nala Duta Igama Kerajaan Kutai Mulawarman dan bergelar Yang Mulia Sri Raja Paduka Auliya Nata Igama Al-Habib Shohibul Faroji Azmatkhan Al-Hafizh, berdasarkan Surat Keputusan Sabdo Pandito Maharaja Kutai Mulawarman Nomor Istimewa 14.07.2013 KARYA TULIS BERUPA BUKU Syekh Shohibul Faroji Azmatkhan telah menulis berbagai karya di bidang tauhid, Tafsir, Hadis, Fiqih, Ushul Fiqih, dan Tasawuf. Daftar karyanya antara lain: Tafsir Ma'rifatullah (Juni 2004) Tafsir Liqa' Allah (Juni 2004) Tafsir Mahabbatullah, volume 1-114 (Juni 2004) Panduan Menuju Pencerahan Ruhani (Juni, 2007) Tafsir Amar Ma'ruf Nahi Munkar (Agustus, 2009) Tafsir Dinar Dirham Islam (September, 2009) Hadits Dinar Dirham Islam (Oktober, 2009) Fiqih Dinar Dirham Islam (Desember, 2009) Fiqih Pasar Islam (Januari, 2010) Fiqih Baitul Mal (Agustus, 2010) Fiqih Masjid (Juni, 2011) Fiqih Khilafah Islam (Juli, 2012) Fakta Kedatangan Nabi Muhammad dan Para Sahabat Ke Nusantara (September, 2013) Kembalinya Tahta Kesultanan Palembang Darussalam (September, 2013) Fatahillah & Sejarah Asal-Usul Jakarta (September, 2013) KARYA ORASI BERUPA DVD/VCD DVD Ceramah dengan Judul "Kajian Kitab Ihya Ulumuddin Bagian 1" DVD Ceramah dengan Judul "Fakta Nabi Muhammad dan Para Sahabat Pernah Datang Ke Nusantara" TAREKAT & PARA GURU Syekh Shohibul Faroji Azmatkhan adalah Al-Mursyid dari beberapa tarekat sufi. Syekh Shohibul Faroji Azmatkhan telah berguru kepada para ulama' dan mursyid yang memiliki sanad keilmuan yang bersambung kepada keilmuan Nabi Muhammad, di antara para gurunya adalah: Asy-Syaikh As-Sayyid Bahruddin Azmatkhan, guru tarekat, fiqih Syafi'i, tafsir, dan tauhid. Kepada syaikh ini, Syaikh Shohibul Faroji menerima beberapa ijazah sanad kemursyidan dan kepada guru ini pula, ia belajar kitab ansab. Asy-Syaikh KH. 'Adlan 'Ali Azmatkhan, guru Tahfizhul Qur'an, pendiri Pesantren Walisongo, Cukir, Tebuireng, Jomban). Kepada syaikh ini, Asy-Syaikh Shohibul Faroji menerima ijazah sanad Tahfizhul Qur'an yang bersambung kepada sanad Rasulullah Asy-Syaikh Yusuf Masyhar, guru Tahfizhul Qur'an, pendiri Pesantren Madrasatul Qur'an, Tebuireng, Jombang). Kepada syaikh ini, Asy-Syaikh Shohibul Faroji menerima ijazah sanad Tahfizhul Qur'an yang bersambung kepada sanad Rasulullah Asy-Syaikh Marzuki Muslih, guru Nahwu Shorof Balaghah. Kepada syaikh ini, Asy-Syaikh Shohibul Faroji menerima ijazah sanad nahwu-shorof-balaghah. Prof. KH. Ibrohim Hosen, mantan Ketua Umum MUI. Kepada profesor ini, Syaikh Shohibul Faroji belajar Ushul Fiqih, Qawaidul Fiqhiyyah, dan Fiqih Muqaranah (perbandingan Madzhab), dan mendapatkan sanad keilmuan bidang Ushul fiqih, Qawaidul Fiqhiyyah dan Fiqih Muqaranah Asy-Syaikh Asy-Syarif As-Sayyid Abdus Salam Al-Masyisyi Al-Hasani, ulama besar Libanon. Asy-Syaikh Asy-Syarif As-Sayyid Faidullah bin Musa Al-Hakkari Al-Masyisyi Al-Hasani, ulama besar Libanon. Asy-Syaikh Asy-Syarif As-Sayyid Muhammad Yahya bin Muhammad Al-‘Abid As-Sanusi Al-Hasani, ulama besar Libya. Asy-Syaikh Asy-Syarif As-Sayyid Mahdi bin Mahmud Al-Umry Al-Hasani, ulama besar Marokko. Asy-Syaikh Asy-Syarif As-Sayyid Mustafa bin Abdurrahman Asy-Syarif Al-Hasani, ulama besar Marokko. Asy-Syaikh Asy-Syarif As-Sayyid Muhammad Nur bin Muhammad Ibrahim Al-Kutbi Al-Hasani, ulama besar Haramain. Asy-Syaikh Asy-Syarif As-Sayyid Muthahar bin Jamsid Al-Khayyath Al-Maddah Al-Hasani, ulama besar Iraq.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Akasyah bin Muhsin al-Usdi (Sahabat Nabi Yang Berdakwah di Palembang)

25 September 2013   16:41 Diperbarui: 24 Juni 2015   07:24 1234
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

oleh:

Asy-Syaikh As-Sayyid Shohibul Faroji Azmatkhan Al-Hafizh (Syekh Mufti Kesultanan Palembang Darussalam) Ketika saat ajal Rasulullah SAW datang menggamit, maka Rasulullah SAW meminta Bilal untuk melaungkan azan memanggil para sahabat untuk berkumpul. Setelah kaum Muhajirin dan Ansar berkumpul, naiklah Rasulullah SAW ke atas mimbar. Dengan linangan air mata, maka berkhutbah Rasulullah SAW : Sesungguhnya aku ini Nabi mu. Yang menyeru mu ke arah jalan Allah. Anggaplah diri ku sebagai saudara mu. Anggaplah diri ku sebagai bapa mu. Andainya ada di kalangan kamu yang merasa teraniaya oleh ku, bangkitlah diri mu sekarang untuk menuntut qisas kepada ku, sebelum aku dituntut qisas di akhirat. Tiada di kalangan para sahabat yang berdiri. Baginda mengulangi ayatnya untuk kali kedua. Masih tidak ada seorang pun yang berdiri untuk menuntut qisas dari Rasulullah SAW. Lalu baginda mengulangi lagi ayatnya untuk kali ketiga. Maka berdirilah seorang pemuda, Akasyah bin Muhsin. Dia berjalan dan berdiri betul-betul di depan Rasulullah SAW lalu berkata : Demi Allah, ayah dan ibu ku menjadi tebusan mu Ya Rasulullah. Andainya tidak engkau ulangi kata-kata mu sebanyak tiga kali, takkan mungkin aku berani menuntut hak ku terhadap diri mu..Ya Rasulullah, Ingatkah kau sewaktu peperangan Badar, unta ku dan unta mu bergerak beiringan ? Pernah ketika aku turun dari unta ku untuk mencium peha mu, engkau telah terpukul bahagian rusuk ku dengan cambuk pemukul unta. Aku tidak tahu apakah kau sengaja memukul diri ku atau kau tidak sengaja. Namun aku harap hak ku menuntut qisas diterima oleh mu.Maka aku menuntut qisas dari mu untuk memukul rusuk mu dengan cambuk pemukul unta.Terkejut seluruh para sahabat atas permintaan Akasyah. Mereka menyifatkan tindakan Akasyah itu di luar batas sopan serta mengaibkan Rasulullah SAW. Namun Rasulullah SAW dengan tenang akur dengan permintaan Akasyah. Maka Rasulullah SAW meminta Bilal ke rumah Fatimah untuk mengambil cambuk pemukul untanya. Setelah diambil, cambuk tersebut diserahkan kepada Rasulullah SAW. Lantas Rasulullah SAW menghulurkan cambuk tersebut kepada Akasyah. Perlakuan Akasyah diperhatikan oleh Abu Bakar dan Umar. Maka tampillah mereka berdua berdiri antara Rasulullah SAW dan Akasyah seraya berkata : Wahai Akasyah. Kami ini sahabat rapat Rasulullah SAW. Pukullah kami berdua sepuas hati mu. Bebaskanlah Rasulullah SAW dari qisas mu. Tapi kata-kata Abu Bakar dibidas oleh Rasulullah SAW. Duduklah kamu berdua wahai Abu Bakar dan Umar. Allah tahu kedudukan kamu berdua di akhirat. Biarlah aku menanggung akibat dari perbuatan ku sendiri. Lantas Saidina Ali bangkit dari duduknya dan berdiri didepan Akasyah seraya berkata : Wahai Akasyah, andainya pada fikiran mu Abu Bakar dan Umar bukan di kalangan keluarga Rasulullah, maka aku sebagai menantu Rasulullah berdiri didepan mu. Pukullah aku sepuas hati mu. Pukullah aku dengan tangan mu. Deralah diri ku sepuas hati mu.Tapi jangan kau pukul Rasulullah. Berkata Rasulullah SAW : Hai Ali, mundurlah kau dari Akasyah. Allah tahu kedudukan mu di sisi ku. Biarlah ku tanggung akibat perbuatan ku. Kerana aku takut qisas di akhirat yang lagi dahsyat. Kemudian tampil pula dua beradik, Hassan dan Hussein. Cucu kesayangan Rasulullah SAW. Mereka berkata : Wahai Akasyah, bukankah sudah kau tahu bahawa kami ini cucu kandung kepada Rasulullah. Qisaslah kami, bererti engkau telah mengqisas Rasulullah. Bebaskanlah Rasulullah dan ambillah kami sebagi pengganti. Berkata Rasulullah SAW kepada cucu2 baginda : Wahai cucu penyejuk mata ku. Duduklah kalian berdua. Ini bukannya sesuatu yang boleh diwariskan kepada mu. Biar ku tanggung hasil perbuatan ku. Kemudian Rasulullah SAW memalingkan mukanya dan bersemuka dengan Akasyah, lalu baginda berkata : Wahai Akasyah, pukullah aku jika kau berhasrat menuntut qisas. Berkata Akasyah : Wahai Rasulullah, sewaktu engkau memukulku, aku dalam keadaan tidak berbaju. Dengan tenang, Rasulullah menanggalkan kancing bajunya dan meleraikan bajunya ke lantai masjid. Menangislah para sahabat melihat begitu daif Rasulullah diperlakukan oleh Akasyah. Apabila terlihat Akasyah akan tubuh putih Rasulullah SAW, perlahan-lahan dihampirinya, diusap perlahan dan dicium belakang Rasulullah SAW. Tubuh Rasulullah SAW didakap erat dengan penuh kasih sayang dengan linangan air mata sambil berkata : Wahai Rasulullah. Roh ku menjadi tebusan buat dir i mu. Siapakah aku yang tergamak mengqisas kekasih Allah. Aku bukanlah sahabat mu yang hampir, tetapi sahabat mu yang jauh. Hidup ku dipinggir kota. Sabdaan mu hanya ku dengar dihujung lidah para sahabat bukan terus dari lidah mu. Aku sengaja memohon mengqisas diri mu agar dapat ku pertemukan kulit tubuh ku dengan kulit tubuh mu yang mulia agar dengannya nanti Allah akan memelihara diri ku dari menjadi bahan bakaran api neraka. Rasulullah SAW membalas dakapan Akasyah dan berkata : Ketahuilah wahai para sahabat. Barangsiapa ingin melihat penghuni syurga, lihatlah pada peribadi pemuda ini. Seluruh umat Islam di Kota Madinah bersorak melaungkan takbir menyambut berita gembira. Walaupun di awal suasana penuh emosi, namun ianya ditakdirkan merupakan berita gembira buat Akasyah kerana Rasulullah SAW telah mengisyaratkan bahawa dirinya adalah penghuni syurga.. Begitulah pengorbanan para sahabat kepada Rasulullah SAW. Apakah pengorbanan kita kepada sahabat kita sudah setimpal dengan pengorbanan sahabat Rasulullah SAW.. ???.Begitulah mulianya kehidupan seorang hamba yang Allah ciptakan di dunia ini. Walau dirinya hamba, namun Muhammad Bin Abdullah Bin Abdul Mutalib SAW itulah semulia-mulia manusia yang pernah hidup di muka bumi ini …. TIDAK CINTAKAH ENGKAU KEPADANYA ?..Rasulullah SAW, walau dirinya maksum, masih dia menuntut qisas (hukum) dari orang yang dia TIDAK PERNAH ZALIMI. Kita … berapa ramai di antara kita yang berani mengaku kesalahan dan kesilapan lalu menuntut maaf dan qisas ? Seharian beribu dosa yang kita lakukan sama ada dosa dengan makhluk mahu pun dengan Allah …. kita masih lagi merasakan diri kita ini sudah aman dan selamat dari api neraka.. Lebih malang … kita SEDAR yang kita lakukan itu maksiat dan kemungkaran … tapi kita sengaja memfitnah orang lain agar maksiat yang kita lakukan itu tertutup dari kaca mata masyarakat. Tidak takutkah kita dengan azab neraka Allah ? Inilah wajah-wajah kita yang sebenar…... Pada suatu hari pedang Akasyah bin Muhsin al-Usdi terpatah, beliau pun segera mengadu hal kepada Baginda, maka oleh Baginda diserahkan kepada Akasyah sebatang kayu, sabda Baginda: “Ayuh berperanglah kau dengan’benda ini”. Sebaik sahaja beliau mengambilnya dari Rasulullah dan diacu-acukan dengannya, tiba-tiba, ianya bertukar menjadi sebilah pedang panjang waja besinya, bermata putih dan tajam. Beliau berperang dengannya hinggalah Allah memberi kemenangan kepada kaum muslimin. Pedang itu dikenal dengan “al-A’wn” bererti pertolongan, pedang itu kekal bersama beliau dengannya beliau menghadiri pertempuran-pertempuran hinggalah beliau syahid di dalam peperangan al-Riddah dengan keadaan pedang itu kekal bersama-samanya... *** AKASYAH BERDAKWAH DI PALEMBANG Kalau kita membuka lembaran-lembaran buku sejarah Tanah Air, kita akan membaca suatu kerajaan yang terbesar di Indonesia pada abad ke-VI/VII. Sebuah kerajaan yang mencapai puncak kecemerlangannya. Wilayahnya meliputi Sumatera, Jawa, semenanjung Melayu (Malaysia), beserta pulau-pulau di sebelah Timur Sumatera, bahkan di Asia. Kerajaan tersebut adalah SRIWIJAYA namanya (683-1377), menurut naskah-naskah kuno serta tutur orang-orang tua/sesepuh terletak di Bukit Siguntang. Oleh karena Sriwijaya terletak di tepian sungai besar, maka di situlah tempat pusat kebudayaan, perdagangan dan pusat ilmu pengetahuan. Pada waktu dan gilirannya, penyebaran dakwah Agama Islam di beberapa wilayah dunia, termasuk di Indonesia, tidaklah menggunakan jalan kekerasan, peperangan, atau dengan pedang seperti yang kerap kali didengungkan oleh para orientalis. Islam disebarkan sebagai suatu agama yang mengajarkan para pengikutnya untuk berfikir dan berbuat secara rasional. Di Bumi Sriwijaya, Islam juga masuk dengan jalan damai langsung dari Arab melalui hubungan perniagaan dan hubungan perkawinan antara para pedagang asing dengan penduduk setempat, sehingga terjadi akulturasi dan transformasi budaya yang cukup signifikan antara Islam dan budaya setempat (lokal) seperti tradisi, adat istiadat, perilaku, sikap, dan pola hubungan masyarakat. Berdasarkan kesimpulan Seminar Masuk dan Berkembangnya Islam di Sumatera Selatan"29 Nopember 1984, Islam masuk ke Sumatera Selatan, terutama Palembang, terjadi sekitar abad pertama hijriyah (622 Masehi) dengan jalan damai melalui pelayaran dan perdagangan, Islam berkembang di Sumatera Selatan dibawa oleh Akasyah bin Muhsin AL-Usdi (Gadjahnata , 1986). R.M. Akib (1929: 4-5), sebelumnya telah mempertegas masuknya Islam ke Palembang: "Dalam tahun 622 M (zaman Rasulullah masih hidup), adalah Abdul Wahab diutus baginda Rasulullah pergi ke Tiongkok, akan mengembangkan agama Islam di sana. Ia berlayar melalui Selat Malaka dan Singapura singgah di Sumatera Utara. Dalam tahun 628, sewaktu Nabi Muhammad SAW, masih hayat, beliau sudah mengutus Wahab Abi Kasbah buat mengunjungi kaisar Tiongkok dengan tanda bersahabat dan merencanakan Islam serta dimintanya kaisar ini memeluk agama Islam dan mengizinkan menyiarkan Islam di antara penduduk Tiongkok. Perjalanan dan pelayaran utusan ini melalui Sumatera, Selat Malaka dan terus ke Tiongkok. Kemudian berturut-turut saudagar-saudagar Arab datang ke Indonesia, lebih-lebih setelah Rasulullah wafat. Tercatat oleh riset Syekh Mufti Kesultanan Palembang Darussalam, beberapa sahabat yang datang Ke-Nusantara: 1. Ubay bin Ka'ab (berdakwah di Aceh Darussalam dan kembali lagi ke Madinah) 2. Mahmud bin Abdurrahman bin Mu'ad bin Jabal (berdakwah dan wafat dimakamkan di Barus, Tapanuli Tengah, Sumatera Utara) 3. Akasyah bin Muhsin Al-Usdi (Berdakwah di Palembang, Sumatera Selatan dan sebelum Rasulullah Wafat, ia kembali ke Madinah) 4. Salman Al-Farisi (Berdakwah Ke Perlak, Aceh Timur dan Kembali Ke Madinah) 5. Abdul Wahab Abi Kasbah (Berdakwah ke China/Tiongkok melalui Nusantara dan Wafat dimakamkan di China) dan beberapa sahabat lainnya...menurut catatan Sejarawan Palembang Pangeran Gajahnata (1986) & R.M. Akib (1929), juga riwayat dari Sejarawan Habib Bahruddin (1929). wallahua’lam..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun