Mohon tunggu...
Azman Sidi Habibie
Azman Sidi Habibie Mohon Tunggu... Lainnya - pelajar

pelajar

Selanjutnya

Tutup

Nature

Permasalahan dan Ancaman Pertanian di Kota Jakarta

29 Agustus 2021   13:41 Diperbarui: 29 Agustus 2021   13:46 1074
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

            Indonesia merupakan negara agraris, yang berarti sebagian besar penduduknya bekerja pada bidang sekstor pertanian. Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2020, mencatat bahwa Indonesia memiliki luas baku sawah 7,46 juta hektare, dengan pulau jawa menjadi salah satu wilayah yang menyumbang hasil pertanian terbesar di Indonesia. Tapi, ternyata tidak semua wilayah dari pulau jawa yang mempunyai luas lahan dan hasil pertanian yang banyak atau besar. Misalnya adalah Kota Jakarta.

            Kota Jakarta sebagai ibu kota dari negara Indonesia ini merupakan salah satu kota tersibuk dan terpadat di dunia. Hal ini merupakan sebab dari kota Jakarta yang merupakan pusat perekonomian. Dampaknya adalah kota Jakarta selalu mengalami lonjakan jumlah penduduk setiap tahunnya. Hal ini berdampak dengan alih fungsi lahan menjadi tempat hunian. Disamping dengan kota Jakarta yang terkenal dengan gedung-gedung pencakar langit serta masalah alih fungsi lahan yang terjadi, siapa sangka ternyata kota Jakarta masih mempunyai lahan pertanian di dalamnya.

            Salah satu contoh lahan pertanian yang masih ada di kota Jakarta berada di daerah Banjir Kanal Timur (BKT), Jakarta Timur. Peran sektor pertanian di Kota Jakarta akan tetap penting, selain selain sebagai pasar potensial untuk berbagai produk pertanian, juga karena faktor multifungsi pertanian, antara lain kebutuhan Ruang Terbuka Hijau (RTH) untuk kesegaran udara kota, lingkungan, dan multifungsi lainnya. Selain itu menjadi petani di kota dianggap lebih menguntungkan dibanding di daerah kampung, hal ini dikarenakan harga jual sayur sayuran di kampung tidak sebagus di Jakarta. "Di Jakarta dan Bekasi, harganya lumayan tinggi. Kalo di kampung, murah. Susah jualnya," kata pak dudung petani kota (sumber : lokadata.id). tidak hanya itu beliau juga mengaku bahwa alasannya menjadi petani di kota karena banyaknya para petani yang memproduksi padi di kampungnya.

            Meski Jakarta menjadi daerah yang cukup menjanjikan dalam sekstor pertanian, tetapi ada beberapa masalah yang menjadi tantangan bagi para petani kota. Yakni semakin sempitnya area pertanian. Sejak tahun 2012, luas area lahan pertanian di kota Jakarta menyusut cukup signifikan, tercatat Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2017 bahwa luas lahan pertanian di Jakarta menurun 32,5 persen. Per 2017 luas telagan atau kebun di Jakarta menjadi 923,5 hektar. Selain masalah sempitnya area pertanian di kota Jakarta para petani kota juga mengalami masalah lain. Yakni, naiknya harga sewaan tanah setiap tahunnya.

            Adanya pertanian di tengah kota menjadi masalah tersendiri, dimana yang sama sama kita ketahui bahwa di Jakarta sendiri memiliki pencemaran yang banyak, tidak hanya pencemaran udara tapi juga pencemaran air. Hal ini sangat di sayangkan karena dengan adanya penecemaran tersebut dapat menyebabkan ancaman isu keamanan pangan.  Selain itu juga ancaman yang lain adalah adanya hidroponik skala besar, serta perubahan strategi pesaing market dapat mengancam usaha tanaman hidroponik skala kecil.

            Adapun beberapa strategi yang dapat di lakukan dalam mengatasi ancaman tersebut adalah penggunaan peralatan yang ramah lingkungan/ food grade, pemasaran produk secara berkelompok, serta riset pasar dan preferensi konsumen

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun