Mohon tunggu...
Azma nauri
Azma nauri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hi Peeps! Aku Azma Nauri! Aku adalah remaja 18 tahun yang hobi makan, tidur, dan jalan-jalan ^^ aku juga suka menggambar dan memasak loh! Film/series favorit? tentu saja How I Met Your Mother! semoga laman ini bisa membantu teman-teman semua ya, happy reading ^^

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Less is More: Makin Sedikit Berarti Makin Banyak?

14 Juni 2022   17:36 Diperbarui: 14 Juni 2022   17:46 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Manusia merupakan makhluk yang sangat majemuk dalam segala komponennya. Keanekaragamannya dalam ras, bentuk fisik, sifat batin, hingga perasaan dan emosi yang melekat di dalamnya juga sangat bervariasi. Hal ini menjadi unik karena sewaktu-waktu, manusia juga bisa mengalami perubahan dalam dirinya, salah satunya perubahan perasaan dan emosi. 

Seseorang bisa saja memasang senyum terbaiknya saat ia melangkah ke kantor di pagi hari, dan kembali ke rumah dengan wajah terlipat. Lantas, bagaimana hal ini dapat cepat sekali terjadi? 

Dinamika emosi dan perasaan seseorang terjadi karena beberapa faktor. Diantaranya adalah faktor lingkungan, sikap orang lain, dan perasaan tertekan. Dengan segala aktivitas dan ekspektasi setiap harinya, seseorang akan merasa stres apabila apa yang dilakukannya tidak sesuai rencana. Untuk menyikapi hal ini, fenomena "less is more" perlu diterapkan untuk menciptakan kondisi jiwa yang stabil dan tenang. 

"Less is More" merupakan istilah yang sudah sering digaungkan, bahkan sudah menjadi mantra keramat banyak orang untuk meraih ketenangan jiwa. Jika diterjemahkan, "Less is more" bermakna sangat kontradiktif, yakni "Semakin sedikit berarti semakin banyak". 

Memang benar, tetapi makna yang ada di balik istilah itu sangatlah dalam. Makna tersembunyi dari istilah tersebut adalah : dengan kesederhanaan, akan timbul hasil yang maksimal. Hasil inilah yang akan membawa ketenangan dan kedamaian dalam diri kita sebagai manusia. 

Aturan "less is more" sangat erat kaitannya dengan masalah yang kita hadapi sehari-hari. Bagaimana bisa? Walau tidak berlaku setiap saat, ternyata aturan ini memang benar apa adanya. 

Orang-orang yang sudah terbiasa berbelanja, memenuhi rumahnya dengan barang dan pernak-perniknya, mereka justru sering merasa resah. Mereka tidak akan pernah merasa puas, karena akan selalu menginginkan yang lebih. 

Tenaga dan waktu mereka akan terkuras, hanya untuk membawa pulang lebih banyak lagi kantong belanjaan. Jika saja mereka mengurangi barang-barang dan belanjaannya, mereka tentu akan mendapatkan sesuatu yang lebih. Bagaimana bisa jika mengurangi malah mendapatkan lebih? Ya, tentu saja bisa. 

Mereka akan mendapatkan yang lebih dalam waktu luang, tenaga, dan pikiran mereka akan jauh lebih tenang. Dengan begitu, semakin sedikit sesuatu akan menghasilkan hal lain yang lebih banyak bukan? 

Dalam sebuah buku karya Amy dan Charvet yang berjudul "The Joy of Less", terdapat cerita seorang pekerja firma hukum bernama Katie Drew. Melalui pekerjaan dan bisnisnya dalam bidang hukum, Katie memiliki penghasilan yang fantastis. Dengan jerih payahnya, ia mampu untuk menghidupi keluarganya lebih dari cukup. 

Makan di restoran bintang lima, mengendarai mobil mewah, hingga berbelanja di butik kesayangannya. Tetapi, di balik itu semua, ia merasa sangat tertekan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun