Manusia merupakan makhluk yang sangat majemuk dalam segala komponennya. Keanekaragamannya dalam ras, bentuk fisik, sifat batin, hingga perasaan dan emosi yang melekat di dalamnya juga sangat bervariasi. Hal ini menjadi unik karena sewaktu-waktu, manusia juga bisa mengalami perubahan dalam dirinya, salah satunya perubahan perasaan dan emosi.Â
Seseorang bisa saja memasang senyum terbaiknya saat ia melangkah ke kantor di pagi hari, dan kembali ke rumah dengan wajah terlipat. Lantas, bagaimana hal ini dapat cepat sekali terjadi?Â
Dinamika emosi dan perasaan seseorang terjadi karena beberapa faktor. Diantaranya adalah faktor lingkungan, sikap orang lain, dan perasaan tertekan. Dengan segala aktivitas dan ekspektasi setiap harinya, seseorang akan merasa stres apabila apa yang dilakukannya tidak sesuai rencana. Untuk menyikapi hal ini, fenomena "less is more" perlu diterapkan untuk menciptakan kondisi jiwa yang stabil dan tenang.Â
"Less is More" merupakan istilah yang sudah sering digaungkan, bahkan sudah menjadi mantra keramat banyak orang untuk meraih ketenangan jiwa. Jika diterjemahkan, "Less is more" bermakna sangat kontradiktif, yakni "Semakin sedikit berarti semakin banyak".Â
Memang benar, tetapi makna yang ada di balik istilah itu sangatlah dalam. Makna tersembunyi dari istilah tersebut adalah : dengan kesederhanaan, akan timbul hasil yang maksimal. Hasil inilah yang akan membawa ketenangan dan kedamaian dalam diri kita sebagai manusia.Â
Aturan "less is more" sangat erat kaitannya dengan masalah yang kita hadapi sehari-hari. Bagaimana bisa? Walau tidak berlaku setiap saat, ternyata aturan ini memang benar apa adanya.Â
Orang-orang yang sudah terbiasa berbelanja, memenuhi rumahnya dengan barang dan pernak-perniknya, mereka justru sering merasa resah. Mereka tidak akan pernah merasa puas, karena akan selalu menginginkan yang lebih.Â
Tenaga dan waktu mereka akan terkuras, hanya untuk membawa pulang lebih banyak lagi kantong belanjaan. Jika saja mereka mengurangi barang-barang dan belanjaannya, mereka tentu akan mendapatkan sesuatu yang lebih. Bagaimana bisa jika mengurangi malah mendapatkan lebih? Ya, tentu saja bisa.Â
Mereka akan mendapatkan yang lebih dalam waktu luang, tenaga, dan pikiran mereka akan jauh lebih tenang. Dengan begitu, semakin sedikit sesuatu akan menghasilkan hal lain yang lebih banyak bukan?Â
Dalam sebuah buku karya Amy dan Charvet yang berjudul "The Joy of Less", terdapat cerita seorang pekerja firma hukum bernama Katie Drew. Melalui pekerjaan dan bisnisnya dalam bidang hukum, Katie memiliki penghasilan yang fantastis. Dengan jerih payahnya, ia mampu untuk menghidupi keluarganya lebih dari cukup.Â
Makan di restoran bintang lima, mengendarai mobil mewah, hingga berbelanja di butik kesayangannya. Tetapi, di balik itu semua, ia merasa sangat tertekan.Â