Mohon tunggu...
Azkiya Musfirah A
Azkiya Musfirah A Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pelajar

Life To Learn

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Rokok, Salah Satu Perenggut Kesehatan Paling Mematikan di Dunia

10 Juli 2024   21:31 Diperbarui: 10 Juli 2024   21:35 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar yang memiliki lebih dari 200 juta penduduk di dalamnya mempunyai satu kebiasaan fatal yang tidak pernah bisa hilang, bahkan cenderung naik dari tahun ke tahun. Parahnya lagi, semakin kesini kebiasaan tersebut semakin dianggap normal dan tidak dipertanyakan eksistensinya, padahal dengan begitu banyak riset dan penelitian yang menunjukkan bahaya kebiasaan tersebut.

Kebiasaan merokok. Ya, habits ini bahkan sudah semakin mudah dijangkau oleh anak usia belia di bawah umur tanpa larangan yang tegas. Dalam kurun waktu sepuluh tahun belakang, peningkatan jumlah perokok dewasa aktif terhitung sebanyak 8,8 juta orang dari yang semula sebanyak 60,3 juta orang pada tahun 2011 menjadi 69,1 juta perokok pada tahun 2021. Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2023 juga mencatat bahwa penduduk Indonesia mulai dari 15 tahun keatas yang sudah menjadi perokok berjumlah 28,62%, persentase ini telah meningkat sebesar 0,36% dari tahun lalu yang sebesar 28,6%.

Data tersebut dengan jelas menunjukkan kebiasaan merokok masyarakat Indonesia yang semakin dinormalisasi tanpa menyadari bahayanya. Menjadi perokok aktif berarti memunculkan secara 'sengaja' penyakit-penyakit serius yang mengancam kematian. Meskipun demikian, yang justru lebih dirugikan adalah orang-orang yang sudah menjaga tubuhnya dengan tidak merokok tetapi terpaksa ikut menghirup asap rokok dari lingkungan sebagai perokok pasif.

Seberapa berbahaya rokok dan asap rokok itu? Sangat berbahaya. Di dalam asap rokok, ada setidaknya 5.000 senyawa toksik berbeda yang bersifat racun bagi tubuh dan pada rokok itu sendiri setidaknya mengandung 250 jenis zat beracun dan lebih dari 50 jenis diantaranya diketahui bersifat karsinogenik/penyebab kanker. Beberapa senyawa yang terkandung dalam rokok dan asap rokok antara lain nikotin, tar, karbon monoksida, hidrogen sianida, benzena, formaldehida, arsenik, kadmium, dan amonia. Dari kandungan tersebut, 3 diantaranya adalah zat paling berbahaya, yakni:

  • Nikotin; adalah senyawa alkaloid toksik yang bersifat racun dan menyerang sel-sel saraf. Nikotin termasuk zat adiktif golongan stimulant (upper) yang merangsang fungsi tubuh sehingga memicu produksi hormon adrenalin lebih banyak dan berakibat pada peningkatan tekanan darah, denyut jantung, dan pernapasan yang memberatkan kerja jantung.
  • Tar; adalah zat karsinogenik yang dapat mengendap pada paru-paru dan masuk ke peredaran darah. Efek pengendapan tar dalam paru-paru dapat mengakibatkan kerusakan jaringan hingga menjadi kanker paru-paru, emfisema, ataupun bronkitis. Masuknya tar ke peredaran darah juga memicu efek negatif pada organ tubuh lain seperti menyebabkan diabetes, gangguan kesuburan (infertilitas), dan penyakit jantung.
  • Karbon monoksida; adalah gas beracun yang tidak berasa dan berbau yang dapat dengan mudah berikatan dengan hemoglobin dalam darah dan menyebabkan keracunan karbon monoksida dengan gejala sakit kepala, mual dan muntah, kelelahan, dan pingsan. Bahkan dalam kasus keracunan karbon monoksida berat, penderita dapat mengalami koma sampai mengalami kematian.

Tiga kandungan utama pada rokok tersebut sudah cukup membahayakan, belum lagi penambahan dari puluhan zat karsinogenik dan beracun yang lainnya. Masyarakat Indonesia membutuhkan edukasi dan sosialisasi yang gencar dan konsisten terhadap bahaya merokok, mungkin saja dengan begitu akal sehat dan hati mereka bisa tergerak untuk lebih menyayangi dan menghargai kesehatan diri masing-masing.

Namun memang pada kenyataannya, solusi yang dibutuhkan tidak sesimpel itu. Perusahaan rokok di Indonesia telah melebarkan cakar dan sayapnya ke seluruh penjuru, mengakar dengan kuat dan menguasai hampir seluruh aspek usaha dengan omset yang tidak ternilai. Sangat sulit mengalihkan pandangan masyarakat dari perusahaan raksasa seperti itu, ditambah lagi, belum ada kebiasaan yang dianggap dapat menyeimbangi kesenangan dan kenikmatan yang didapatkan dari rokok namun baik bagi tubuh sebagai pengganti rokok. Setidaknya itu tanggapan kebanyakan masyarakat perokok di Indonesia.

Maka dari itu, harapan ada pada individu masing-masing, bagaimana mereka mengubah sudut pandang kesenangan dari rokok itu menjadi sebuah ancaman untuk kesehatan mereka sendiri dan mengganti kebiasaan tersebut kepada sesuatu yang lebih menyehatkan. Apabila usaha menggalakkan bahaya rokok sudah sering dilakukan, maka yang bisa diharapkan adalah perubahan akal dan hati nurani masing-masing untuk bisa lebih terbuka menghadapi fakta bahayanya rokok dan dengan segenap hati berhenti darinya. Karena jika ada tekad dan kemauan, maka berhenti total bukan hal yang mustahil, bahkan bagi perokok berat sekalipun.

Pada kesimpulannya, kebiasaan merokok yang sudah menjalar di negeri kita akibat masih banyak yang belum menyadari bahayanya dapat menjadi pembunuh nomor satu bagi diri mereka sendiri. Nikotin, tar, karbon monoksida, dan puluhan bahan kimia toksik dan kasinogenik lainnya yang terkandung dalam rokok adalah fakta yang tidak terbantahkan. Harapan terbesar ada pada individu masing-masing, apakah mereka ingin membuka hati dan akal pikiran untuk menerima fakta dan bertekad untuk berhenti, ataukah memutuskan tidak peduli demi perasaan 'nikmat' walaupun nantinya itu akan berbalik membunuh mereka.

 Pilihan ada di tangan masing-masing.

Sumber:

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun