Hai, kalian tahu ini hari apa? Yep, ini adalah Hari Primata Nasional, tepatnya diperingati setiap tanggal 30 Januari.
Sebentar, sepertinya aku punya foto saudaraku yang berada di Kalimantan, deh. Itu loh, Si Pygma.
Aha! Ini dia!
Bagaimana? Sekilas kami terlihat mirip kan? Tapi coba perhatikan baik-baik. Bentuk wajah dan warna rambut kami berbeda bukan? Wajah Pygma terlihat lebih bulat, sedangkan wajahku cenderung berbentuk oval. Juga warna rambut yang menyelimuti tubuh kami. Lebih terang milikku, kan?
Iya, rambut. Bukan bulu! Bulu itu milik bangsa unggas. Chiko Si Ayam misalnya. Kalian masih sering tertukar ya? Si Omeng Kucing Pirang pasti marah kalau benda halus yang menyelimuti tubuhnya disebut bulu, bukannya rambut. Hihi.
Aku tinggal di suaka bersama saudara-saudaraku. Kami dilindungi oleh sejumlah orang yang peduli akan status kepunahan kami yang makin hari makin mengkhawatirkan. Kalian mau tahu mengapa aku dan saudara-saudaraku begitu sangat dilindungi? Mari ikut aku!
Kami sangat menyukai buah-buahan sebagai makanan utama kami. Maka dari itu, sebenarnya kami membantu penyebaran biji dari buah-buahan yang kami makan. Bagaimana bisa? Hmmm, agak malu mengakuinya, kami mirip dengan keluarga Elephio Si Gajah, sering BAB di sembarang tempat, hehe. Tetapi justru hal itu yang membuat biji-biji tersebar dengan baik. Biji dari buah-buahan yang kami makan tidak tercerna dengan sempurna dalam perut kami, sehingga ikut keluar bersama kotoran. Biji yang telah tercampur dengan kotoran itulah yang akan menghasilkan tanaman baru sehingga keanekaragaman di hutan akan semakin meningkat. Psttt, kotoranku penuh dengan nutrisi yang baik untuk tumbuh kembangnya biji tanaman lho, hihi. Namun kenyataannya, masih banyak pihak-pihak yang belum menyadari betapa pentingnya kehadiran kami di dalam ekosistem hutan.
Seringkali kami kehilangan rumah tempat tinggal kami. Seperti saat itu, aku lupa tepatnya kapan. Tapi di situlah aku kehilangan ayahku, ia tenggelam dilalap api saat berusaha mempertahankan rumah kami yang terbakar akibat adanya pembukaan lahan. Ketika kami kembali keesokan paginya, rumah kami yang dulu sudah ditanami sawit. Rumah kami hilang, begitupun sumber makanan kami. Tidak ada lagi pohon yang menghasilkan buah-buahan kesukaan adikku. Semuanya sawit. Keras. Dan tidak enak. Belum lagi mesin-mesin raksasa yang dengan ganas menebang pohon tempat tinggal kami, hingga semua habis tidak tersisa. Mereka mengambil batang-batang pohon besar secara tidak terkendali, demi keuntungan yang lebih besar. Hilangnya sumber makanan kami, tak jarang membuat saudara-saudaraku tersasar ke perkebunan penduduk. Aku tau, pasti mereka sangat lapar hingga mereka memberanikan diri memasuki wilayah manusia, padahal sejujurnya kami ini adalah hewan yang sangat pemalu. Tapi apa yang dilakukan oleh manusia itu? Mereka membunuh saudara-saudaraku karena dianggap mencuri dan merusak lahan perkebunan mereka. Padahal, siapakah pencuri sesungguhnya?
Hal itu juga diperparah dengan penjualan liar saudara-saudaraku yang masih kecil. Mereka dipisahkan dari Ibunya, untuk dibawa ke luar kota, bahkan ke luar negeri, berminggu-minggu terperangkap dalam kapal yang pengap dan gelap, Â untuk dipelihara oleh manusia. Menurut mereka, kami ini lucu, unik, dan mudah meniru perilaku manusia. Padahal manusia tidak tahu, bahwa kami memiliki perasaan yang sama dengan mereka, yaitu tidak bisa berada jauh dari Ibu kami. Orangutan dapat mandiri setelah usia 6-7 tahun, persis dengan kalian kan? Sebelum mencapai usia itu, kalian masih ingin disuapi, ditemani saat tidur karena takut dengan monster yang bersembunyi di dalam lemari, dimandikan pagi dan sore hari, dan berbagai hal lainnya yang hampir tidak bisa lepas dari Ibu kalian. Begitu juga dengan kami. Bayi orangutan tidak bisa dipisahkan dengan Ibunya. Untuk memisahkan bayi Orangutan, maka Ibunya harus dibunuh, Bayangkan, berapa banyak Ibu Orangutan yang terbunuh demi menyelamatkan bayinya yang diculik oleh manusia tidak bertanggung jawab?
Lantas bagaimana caranya kalian membantu kami? Sedangkan kita terpisah oleh jarak yang cukup jauh. Aku punya beberapa tips yang dapat membantu melindungi populasi Orangutan dari kepunahan. Pilihlah produk yang memiliki sertifikat eco-label atau ramah lingkungan. Itu berarti, perusahaan yang memproduksinya berkomitmen untuk bertanggungjawab terhadap ekosistem. Kurangi penggunaan benda-benda yang menggunakan kelapa sawit sebagai komposisinya. Kalian bisa baca di balik plastik pembungkusnya. Konsumsilah produk dengan bijak. Serta, selalu dukung dan doakan kakak-kakak yang sedang berjuang di kedalaman hutan untuk melindungi kami. Terima kasih.
Salam hangat, Pongo abelii
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H