Mohon tunggu...
Azkiya Banata
Azkiya Banata Mohon Tunggu... Laboran dan Guru -

An extrovert who spends Friday night on bed and books. And coffee. // aplanci.blogspot.co.id

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Petualangan Bersama Chelonia Si Penyu

15 Januari 2017   21:34 Diperbarui: 15 Januari 2017   22:07 265
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Halo, kawan!

Naiklah ke karapas-ku. Tidak perlu takut, kalian hanya perlu pegangan yang erat. Mirip seperti naik kuda, kok. Hihi.

Bersiap... 1... 2... 3... meluncur!

Bagaimana? Rasanya seperti terbang kan?

Sedikit bercerita, perairan Indonesia ini adalah rumah untuk 6 dari 7 jenis penyu laut saudara-saudaraku. Banyak yah?

Eits, sebentar, makananku datang. Kau lihat kan, benda bening transparan yang melayang-layang itu adalah Jellio Si Ubur-ubur, favoritku, yummy!

Hap..!!

Uhuk.. Uhuk.. Bantu aku, kawan! Aku tersedak! Uhukkkkk, hoekkkk!!

Huffff, ku kira aku akan mati tersedak, seperti Sepupu Eretmo. Syukurlah aku masih diberi kesempatan hidup, untuk menyampaikan pesan ini padamu, kawan.

Benda yang tadi ku kira makananku, ternyata adalah sampah plastik dari daratan yang kembali mencemari laut. Mirip sekali dengan Ubur-ubur, bukan? Seringkali aku dan saudara-saudaraku terkecoh, akibat bentuknya yang serupa dengan makanan kami. Tidak sedikit dari kami yang mati akibat tersedak sampah plastik itu, Sepupu Eretmo misalnya. Saat itu ia sedang mencari tempat bertelur di perairan Kepulauan Seribu, yang ternyata sudah hilang, berubah menjadi dermaga kapal. Berubahnya fungsi pesisir pantai membuat kami kehilangan tempat untuk bertelur, salah satu alasannya adalah karena kami tidak suka keramaian, kami butuh ketenangan saat bertelur.

Aku belum cerita mengenai perbedaanku dengan Tortillo ya? Itu lho, yang mirip denganku dan sering dijadikan hewan peliharaan kalian di rumah. Iya, Kura-kura, hehe. Kami memang bersaudara cukup dekat, berasal dari Nenek yang sama. Tapi coba kalian perhatikan, kaki-kaki kami berbeda bukan? Kakiku mirip seperti sirip, untuk membantuku berenang di lautan, sedangkan kaki-kaki Tortillo dilengkapi dengan cakar. Pernah lihat kura-kura yang 'ngumpet' di dalam cangkangnya? Nah, kalau penyu, tidak bisa melakukan hal itu, hehe. Sebenarnya ada lagi saudara kami yang mirip, Si Triony Labi-labi, kapan-kapan aku ceritakan.

Masalah kami bukan hanya sampah plastik dan hilangnya tempat bertelur. Tapi juga perburuan saudara-saudara kami oleh kaum manusia, mulai dari adik-adikku yang belum menetas, hingga penyu dewasa seperti Paman Dermochelys yang diambil untuk dijadikan souvenir, bahan makanan hingga kosmetik. Perburuan liar itu semakin tidak terkendali saat ini, hingga status kami ditetapkan sebagai "terancam punah".

Lantas apa yang harus kalian lakukan dalam membantu kami?

Pertama-tama, kurangi pemakaian plastik. Selain karena akan mencemari darat dan laut, sampah plastik juga membahayakan kehidupan kami. Plastik pengikat minuman kaleng misalnya, seringkali tersangkut di tubuh kami, sehingga mengganggu pertumbuhan dan keseimbangan kami. Belum lagi sendok/garpu plastik yang tidak jarang tersangkut di mulut dan hidung kami, sangat mengganggu pernapasan. Kami tidak punya jari-jari tangan yang sempurna seperti kalian, sehingga sulit bagi kami meloloskan diri saat plastik-plastik itu terperangkap di tubuh kami.

Jadilah wisatawan yang bijaksana. Dengan mengetahui titik-titik lokasi peneluran penyu, maka kalian akan menghindari segala kegiatan di lokasi tersebut sehingga kami dapat bertelur dengan tenang. Hindari juga kontak langsung dengan kami, cukup lambaikan tangan dari jauh dan katakan "Hai!", aku sudah bisa mendengarmu, kok. Bukannya aku sombong, tetapi kebanyakan saudara-saudaraku itu pemalu, hihi. Satu lagi yang paling penting, jangan pernah membeli apapun yang berasal dari tubuh kami. 

Telur? Masih ada telur si Chiko Ayam dan Duckie Si Bebek yang lebih besar dan enak. Souvenir? Cukuplah dengan membeli kaos-kaos atau tas dengan rajutan gambar wajah kami, hehe, sekalian bantu Pak Sulam dan kawan-kawan melariskan dagangannya. Daging? Masih ada daging Si Momo Sapi yang enak sekali jika dipanggang. Yum! 

Satu lagi aku ingin sampaikan, terima kasih kepada kawan-kawan yang sudah membantu kami dengan membangun pelestarian dan penangkaran penyu, semoga perbuatan baik kalian dibalas dengan kebaikan. Amin.

Ketika laut bukan lagi tanggung jawab siapa-siapa, melainkan tanggung jawab kita bersama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun